Simbol Seks dan Kejantanan Hollywood Ini Ternyata Orang Jepang

Pria Jepang yang pernah mencoba bunuh diri ini memutuskan pindah haluan karier dan bersinar menjadi bintang.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 15 Agu 2017, 19:40 WIB
Where Lights Are Low (1921). (Sumber Wikimedia Commons)

Liputan6.com, Jakarta - Biasanya, ketika orang bicara soal "simbol seks" Hollywood, maka nama yang muncul pertama adalah Marilyn Monroe (MM).

Dengan gaya unik, rambut pirang, dan cara bicara, ia menduduki peringkat pertama dalam sejarah Hollywood sebagai salah satu bintang paling seksi di Abad ke-20.

MM boleh saja menjadi yang paling lama memegang status simbol seks, tapi ia bukan yang pertama dan jelas bukan yang terakhir.

Sesudah MM, hadir Elizabeth Taylor, Ingrid Bergman, Ava Gardner, dan Rita Hayworth yang menandai suatu era tersendiri di Hollywood.

Lalu bagaimana dengan kaum pria?

Kaum pria elegan, tegap, gaya, dan seksi di Hollywood menggetarkan hati banyak wanita. Mereka berbakat dan kehadiran yang sensual melengkapi resep keberhasilan dalam dunia selebritas yang gemerlap itu. 

Para penggemar film mungkin ingat Rudolph Valentino, pencinta legendaris Latino yang paling menjadi bahan pembicaraan pada era film bisu.

Ternyata aktor pertama yang menjadi "Sexiest Man Alive" di Hollywood adalah seorang pria Jepang bernama Sessue Hayakawa. Bersama dengan Fannie Ward ia pernah membintangi drama bisu The Cheat karya Cecil B. DeMille.


Siapakah Sessue Hayakawa?

Sessue Hayakawa pada 1919. (Sumber Wikimedia Commons)

Hayakawa dilahirkan pada 10 Juni 1889 di Chiba, Jepang, ke tengah keluarga kaya. Sewaktu muda, ia tidak terlalu tertarik dengan dunia akting dan lebih ingin menjadi perwira Angkatan Laut (AL) Kekaisaran Jepang.

Ia kecewa ketika ditolak oleh pihak AL karena gangguan pendengaran yang disebabkan oleh lubang pada gendang telinga. Hayakawa bahkan sempat mencoba bunuh diri karena penolakan itu. Beruntung ia diselamatkan pada detik-detik terakhir oleh ayahnya.

Setelah pemulihan, ia fokus pada karier perbankan dan berkuliah jurusan ekonomi politik di University of Chicago. Tapi, ia bosan dan pergi ke Los Angeles untuk bergabung dengan Teater Jepang di kawasan Little Tokyo agar bisa menjadi aktor.

Hayakawa kemudian berkeliling Amerika Serikat (AS) bersama dengan kelompok teater dan menarik perhatian produser Thomas H. Ice yang kemudian langsung menawari kontrak film.

Penampilannya dalam The Wrath of the Gods (1914) dan The Typhoon (1914) segera membawa kesuksesan dan menjadikannya bintang Asia-Amerika pertama di Hollywood.

Kemudian ia ditawari kontrak oleh Jesse L. Lasky Feature Play Company dan lahirlah seorang bintang. Hanya perlu 1 tahun baginya untuk menjadi bintang internasional lewat film The Cheat karya Cecil B. DeMille.

Sessue Hayakawa pada 1920. (Sumber Wikimedia Commons)

Aktor Jepang tersebut menjadi superstar dalam masa film bisu, sama terkenalnya dengan Douglas Fairbanks, Charlie Chaplin, dan John Barrymore.

Bukan hanya ketenaran, Hayakawa juga menjadi salah satu aktor yang dibayar paling mahal di Hollywood dan mengerti caranya membelanjakan uang yang diperolehnya.

Ia berpesta hingga fajar dan menghamburkan ribuan dolar setiap malam. Ia mengambil alih Hollywood dan menempatkan dirinya sebagai simbol seks utama pada masanya.


Pengaruh Perang Dunia pada Karir Hayakawa

Kaum wanita Amerika memuja Hayakawa, tapi ada saja yang tidak bisa menerima fakta bahwa dialah "Pria Paling Seksi" di Hollywood.

Mereka yang tidak bisa menerima mengajukan protes terhadap film-film yang menggambarkan Hayakawa sebagai pahlawan romantis yang berseberangan dengan bintang-bintang terbesar pada zaman itu seperti Jack Holt dan Marin Sais.

Walaupun begitu, Hayakawa melanjutkan dominasinya atas box office Barat. Dengan demikian, ia bisa meninggalkan Famous Players-Lasky untuk membentuk perusahaan produksinya sendiri, Haworth Pictures Corp.

Perusahaan itu cukup sukses pada awalnya, tapi meningkatnya sentimen anti-Asia di AS dalam tahun-tahun sesudah Perang Dunia I mengganjal mimpi Amerika bagi Hayakawa.

Sessue Hayakawa pada 1923. (Sumber Wikimedia Commons)

Ia mencoba melanjutkan karier di Jepang, namun gagal sehingga ia memutuskan untuk pergi ke Prancis. Di sana, ia menjadi terkenal.

Setelah Perang Dunia II usai, Hayakawa memutuskan kembali ke Hollywood. Tapi para aktor Jepang tidak terlalu diterima di AS sebagaimana penerimaan pada dekade pertama Abad ke-20.

Di tengah arus penolakan, Hayakawa menerima nominasi Best Supporting Actor untuk peran sebagai Kolonel Saito dalam The Bridge on the River Kwai karya David Lean.

Simbol seks pria pertama Hollywood itu lanjut tampil dalam layar lebar hingga 1966. Ia kemudian pensiun, kembali ke Jepang dan kemudian menjadi mahaguru Zen.

Hingga kini belum pernah ada bintang Asia-Amerika lain yang pernah menyamai tingkat ketenarannya.

 

Saksikan juga video menarik berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya