Liputan6.com, Hagatna - Meski dibayang-bayangi ancaman tembakan rudal dari Korea Utara, warga Guam berusaha tetap tenang walau deg-degan. Orang-orang beraktivitas seperti biasa, para pegawai menuju tempat kerja, sementara turis membanjiri Pantai Tumon untuk menikmati pemandangan indah sembari berjemur di atas hamparan pasir putih.
Ketenangan itu buyar pada Selasa 15 Agustus 2017, saat dua stasiun radio di pulau itu menyiarkan peringatan bahaya.
Advertisement
Dikutip dari The Guardian pada Selasa (15/8/2017), awalnya musik mengalun dari salah satu stasiun radio. Sementara lainnya memperdengarkan program agama Kristiani.
Saat jarum jam menunjuk ke pukul 00.25 waktu setempat, lepas tengah malam, warga yang masih terjaga dan mendengar siaran radio dikagetkan suara alarm yang muncul tanpa peringatan.
Seperti dikutip dari situs pacificnewscenter.com, peringatan serupa juga muncul di stasiun televisi lokal.
Peringatan itu hanya berlangsung 15 menit, tapi cukup untuk memicu kepanikan di pulau yang masuk wilayah teritorial Amerika Serikat tersebut.
Pasalnya, tak diketahui pasti maksud alarm bahaya itu. Banyak yang menduga, itu adalah momentum misil Korut melesat menuju Guam, apa yang mereka khawatirkan sedang terjadi.
Parahnya lagi, aliran listrik di sejumlah desa terputus beberapa jam sebelum peringatan bahaya dibunyikan.
Warga yang frustrasi, bingung, sekaligus panik ramai-ramai menelepon kantor Homeland Security dan kepolisian Guam. Aparat dua lembaga keamanan tersebut dibuat sibuk karenanya.
Baru beberapa saat kemudian, pejabat Homeland Security mengeluarkan pernyataan. Mereka menyebut, alarm darurat itu tak sengaja dibunyikan.
"Tidak terkait dengan keadaan darurat, ancaman atau peringatan," kata lembaga itu dalam sebuah pernyataan.
Kesalahan manusia atau human error dituding menjadi biang keladi. Pencegahan, tambah mereka, telah dilakukan agar hal serupa tak terjadi lagi.
Sebelumnya, Korea Utara berkoar akan menembakkan empat rudal ke perairan di sekitar Guam, yang dihuni 162.000 orang dan menjadi lokasi dua pangkalan militer AS.
Namun, baik pemerintah lokal maupun petinggi di Washington DC meminta warga tetap tenang, dengan mengatakan, ancaman Pyongyang hanya sekadar retorika.
"Kami terus berkomunikasi dengan mitra federal dan militer. Sejauh ini belum ada informasi resmi terkait ancaman langsung terhadap Guam," kata penasihat Homeland Security, George Charfauros.
Sementara itu, laporan terkini menyebut, Kim Jong-un menghentikan sementara rencana untuk menyerang Guam. Dalihnya adalah menanti manuver AS.
Pemimpin Korea Utara mendorong AS untuk menghentikan "retorika provokatif" untuk meredakan ketegangan dan mencegah konflik militer yang berbahaya di Semenanjung Korea.
Namun, media corong rezim Korut juga merilis foto yang menunjukkan Kim Jong-un memeriksa peta dan rencana peluncuran rudal yang diarahkan ke Guam.
Di sisi lain, Menteri Pertahanan AS James Mattis memperingatkan, jika rudal sampai jatuh di Guam, serangan balasan akan segera dilakukan. Perang niscaya tak akan terelakkan.
Saksikan video berikut ini: