Liputan6.com, Jakarta Film dokumenter merupakan sebuah karya yang memiliki potensi besar dalam berbagai aspek. Mulai dari edukasi publik dan budaya berpikir kritis. Namun, film dokumenter belum memiliki wadah yang memadai untuk dikembangkan lebih lanjut.
Pertanyaan kapan Indonesia memiliki wadah film dokumenter yang memadai, muncul dalam sebuah gelaran akbar di Asia Tenggara Docs By The Sea. Sebagai milestone baru film dokumenter di Asia Tenggara, tentunya banyak talenta dokumenter yang perlu ditampilkan dalam pameran skala internasional pada 29-30 Agustus 2017 ini.
Advertisement
“Kita membutuhkan portofolio dan reputasi dulu. Tentunya banyak PR yang harus diselesaikan dulu sebelum kita bisa mencari celah bagaimana ada Film Fund untuk dokumenter di Indonesia,” ungkap Ricky Pesik, Wakil Ketua Badan Ekonomi Kreatif, pada Senin (14/8/2017).
Wadah yang mengumpulkan berbagai kreator film dokumenter dinilai penting, untuk kemajuan kebudayaan di Indonesia. Karena tanpa adanya sebuah wadah, para kreator dokumenter hidup dalam tempurung dan hanya menyelesaikan karyanya dengan apa adanya. Selain itu wadah ini juga dinilai penting untuk mengembangkan karya dokumenter, sehingga bisa ditampilkan di berbagai media.
“Jalan menyelesaikan film dokumenter ini sebenarnya banyak, salah satunya adalah melalui Docs By The Sea. Nantinya tidak harus berakhir di Youtube atau televisi saja, karena banyak decision maker yang datang sehingga ikut membantu perkembangan film dokumenter Indonesia,” ungkap Amalia Hapsari, Direktur Program In-Docs, di @Amerika.
Ricky dan Amalia juga berharap, nantinya wadah dimana kreator Indonesia mampu untuk mengembangkan film dokumenter akan hadir 3 hingga 4 tahun kedepan. Karena pembentukannya sendiri memerlukan proses yang panjang dan kesadaran berbagai pihak, untuk menghargai film dokumenter sebagai kreasi anak bangsa.