Liputan6.com, Yogyakarta - Museum Sandi yang bertempat di Kotabaru Yogyakarta adalah salah satu dari dua museum bernuansa kriptologi yang ada di dunia. Selain Yogyakarta, museum yang menyimpan benda riil persandian ada di Amerika Serikat.
Yogyakarta terpilih menjadi lokasi museum yang berdiri pada 29 Juli 2008 itu karena sisi sejarah persandian yang tidak bisa dipisahkan dari perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI.
"Awalnya, museum ini menumpang di Museum Perjuangan di Jalan Letkol Sugiyono Yogyakarta dan pada 29 Januari 2014 dipindahkan ke Kotabaru," ujar Setyo Budi Prabowo, Koordinator Museum Sandi, kepada Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
Bangunan seluas 361 meter persegi di atas lahan 1.358 meter persegi ini menyimpan ratusan koleksi benda yang berkaitan dengan persandian. Mendapatkan koleksi mesin sandi tidak mudah karena sifatnya yang rahasia dan penyimpanannya pun di ruangan khusus bernama tempes room dengan teralis besi, terbuat dari beton sehingga sulit ditembus sinyal.
Baca Juga
Advertisement
Salah satu koleksi yang tergolong masterpiece adalah mesin sandi milik National Security Agency (NSA) -badan sandi milik AS- yang diperoleh dari hasil rampasan Fretilin, faksi anti-integrasi di Timor Timur sebelum reformasi. Mesin sandi KLB 7 merupakan mesin sandi langka yang hanya ada di AS, Belanda, dan Yogyakarta.
"Susah didapatkan. Ketika ketahuan prinsip orang sandi mesin dihancurkan, orangnya pergi atau bunuh diri," kata Setyo.
Sampai sekarang, ia pun masih bertanya-tanya bagaimana cara Fretilin memperoleh mesin sandi itu. Beberapa kemungkinan yang muncul, mesin didapat dari Australia, Amerika Serikat, atau membeli di pasar gelap.
Selain mesin sandi, museum yang buka setiap hari untuk umum dan diakses gratis itu, juga menjelaskan sejarah persandian di dunia dengan menampilkan beragam sandi yang pernah digunakan di muka bumi.
Tingkat kunjungan ke Museum Sandi relatif tinggi jika dibandingkan dengan usianya yang seumur jagung. Kunjungan per bulan bisa mencapai 3000-5000 orang jika ada event khusus, sedangkan pada hari biasa berkisar 800-1000 orang per bulan.
Saksikan video menarik di bawah ini:
Aksi Heroik Sandiman Indonesia
Setyo mengungkapkan pemindahan Museum Sandi ke Kotabaru Yogyakarta bukan tanpa alasan. Pasca-proklamasi kemerdekaan RI, Yogyakarta pernah menjadi ibu kota republik. Lembaga sandi yang berada di bawah Kantor Kementerian Pertahanan berlokasi di Kotabaru.
Kala itu, Menteri Pertahanan Amir Sjarifuddin memerintahkan Roebiono Kertopati untuk membentuk Dinas Kode pada 4 April 1946. Pembentukan Dinas Kode berlatar sulitnya menjaga kerahasiaan informasi karena pola komunikasi tentara Indonesia saat itu mudah dipecahkan.
Setyo menuturkan peran code officer (CDO) atau sandiman tidak banyak diungkapkan dalam sejarah, padahal saat itu mereka berperan cukup penting, termasuk proses diplomasi.
"Peran CDO ketika perang gerilya, misalnya, penangkapan, penyergapan, informasi rahasianya berupa kode, dikirim menggunakan kurir," tuturnya.
Saat Agresi Militer Belanda II, Yogyakarta diserang dan sandiman melakukan long march ke Dekso Kulonprogo. Mereka membagi tugas sampai Jawa Timur dan mendirikan kamar sandi darurat di Dukuh Purworejo, Kulon Progo.
Tujuannya, untuk mengirimkan informasi rahasia kepada kantung gerilya sekaligus sebagai titik pengecekan mengingat banyak orang Indonesia yang menjadi mata-mata Belanda.
Pada Agresi Militer Belanda I 1947, Sukarno menugaskan duta besar dan sandiman ke India, supaya ada orang yang bertugas saat ada pemberitaan internasional.
Demikian pula ketika dunia internasional mengetahui soal Serangan Umum 1 Maret, informasi itu berasal dari kode yang disandikan via Playen-Pemerintahan Darurat RI di Widar Alam Sumatera Barat-Aceh-Rangoon Myanmar-India.
Ketika perundingan Renville, sandiman juga terlibat di Kapal Renville Jakarta, untuk memberi masukan negosiasi. Sandiman juga memberikan sinyal Belanda akan menyerang saat Perundingan Kaliurang dan ternyata informasinya benar ketika meletus Agresi Militer Belanda II.
"Saat ini juga masih ada jejak peninggalan berupa Monumen Sanapati atau Sanata Parokhsarta Bhakti yang artinya mengabdi kepada hal-hal yang bersifat rahasia di Kotabaru," ucap Setyo.
Pada 1950, ibu kota kembali ke Jakarta dan Dinas Kode berganti nama menjadi Djawatan Sandi, lalu berubah menjadi Lembaga Sandi Negara dan pada 2017 berubah menjadi Badan Siber Sandi Negara.
Advertisement