Mental Timnas Indonesia U-22 untuk Hapus Kegagalan Masa Lalu

Timnas Indonesia U-22 membuka partisipasi SEA Games 2017 dengan mengimbangi pemenang emas dua edisi terakhir.

oleh Harley Ikhsan diperbarui 15 Agu 2017, 19:40 WIB
Striker Marinus Manewar berduel dengan bek Thailand saat Timnas Indonesia U-22 bermain imbang 1-1 melawan Thailand di babak penyisihan Grup B SEA Games 2017, Selasa (15/8/2017). (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Liputan6.com, Jakarta - Timnas Indonesia U-22 mendapat satu angka pada laga pembuka Grup B SEA Games 2017 di Stadion Shah Alam, Selasa (15/8/2017). Sebuah modal bagus mengingat kondisi dan sejarah. 

Pasukan Luis Milla sempat tertinggal gol Chaiyawat Buran di pertandingan tersebut. Dalam kondisi ini, kekalahan sudah membayangi Timnas Indonesia U-22.

Prospek tersebut muncul melihat rekor pertemuan sebelumnya. Indonesia gagal meraih kemenangan pada lima pertemuan melawan Gajah Putih.

Cenderung tidak berkutik di hadapan Thailand, Merah Putih bahkan tumbang tiga kali dengan selisih besar pada lima pertemuan terakhir. Dalam kurun tersebut, Indonesia dipermalukan 1-4 (SEA Games 2013), 0-6 (Asian Games 2014), dan 0-5 (SEA Games 2015).

Namun, Evan Dimas dan kawan-kawan menunjukkan karakter pada pertemuan terakhir. Tidak lagi terima hasil negatif, timnas akhirnya mampu menyamakan kedudukan melalui penalti Septian David Maulana.

Hasil imbang ini menumbuhkan harapan Timnas Indonesia U-22 pada turnamen kali ini. Memang masih terlalu jauh mengimpikan emas. Terlebih mengingat seringnya timnas membuat pecinta sepak bola tanah air sakit hati, menyusul euforia yang mereka berikan di awal kompetisi.


Acap Antiklimaks

Salah satu contoh besarnya ekspektasi hadir pada Piala AFF 2010. Ketika itu timnas menyapu bersih rival di fase grup, termasuk Thailand. Namun, skuat Garuda kemudian menyerah dengan agregat 2-4 dari Malaysia di final.

Pada level SEA Games, timnas melakukannya di edisi 2011. Keberhasilan menumbangkan Singapura dan Thailand membawa Indonesia ke babak gugur. Di sana mereka kemudian menumbangkan Vietnam.

Timnas Indonesia U-22 bermain imbang 1-1 saat meladeni Thailand pada laga perdana Grup B SEA Games 2017 di Stadion Shah Alam, Selangor, Selasa (15/8/2017). (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)


Sayang, capaian timnas menjadi antiklimaks karena ditumbangkan Malaysia pada perebutan medali emas.

Serangkaian kegagalan ini membuat nestapa Indonesia pada pentas internasional berkelanjutan. Kemenangan SEA Games 1991 merupakan capaian terakhir di level Asia Tenggara.


Vietnam Rintangan Terbesar

Septian David Maulana melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang Thailand untuk Timnas Indonesia U-22 pada laga Grup B SEA Games 2017, Selasa (15/8/2017). (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Walau prospek kegagalan tetap membayangi, Timnas Indonesia U-22 harus menggunakan kesuksesan mengimbangi Thailand sebagai modal demi menggenggam tiket semifinal. Dari empat pertandingan berikutnya, timnas setidaknya membutuhkan sebelas poin tambahan untuk menjaga harapan meraup medali.

Di antara empat lawan tersisa, Vietnam merupakan rintangan terbesar. Timnas meraup satu kemenangan dan satu kekalahan pada dua duel sebelumnya di level SEA Games.

Selain itu, Indonesia semestinya tidak kesulitan menumbangkan tiga rival. Timnas sempat ditahan Timor Leste di SEA Games 2013. Namun, mereka kemudian menghancurkan lawan dengan total gol 12-0 pada pertarungan di Asian Games 2014 dan SEA Games 2015. Indonesia U-22 juga selalu berjaya melawan Kamboja (tiga laga) dan Filipina (satu pertandingan).

Berbekal catatan tersebut, timnas wajib menjaga momentum dengan menumbangkan Filipina di Shah Alam Stadium, Kamis (17/8/2017).

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya