Liputan6.com, Jakarta Dalam doa Sidang Tahunan MPR 2017, Menteri Komunikasi dan Informatika Kabinet Indonesia Bersatu II yang juga politisi PKS Tifatul Sembiring, memanjatkan doa bagi kesehatan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dia mendoakan agar Presiden ke-7 RI ini tidak terlalu kurus.
"Gemukanlah badan beliau yang semakin kurus," ucap Tifatul dalam doa tersebut. Tubuh Jokowi memang terbilang kurus dan ramping, tapi menurut dr Sophia Benedicta Hage, SpKO tubuh kurus seperti Jokowi tidak selalu berarti tidak sehat.
Advertisement
Sophia menjelaskan, untuk melihat status kesehatan seseorang, tidak bisa dinilai secara penampilan fisik saja atau penilaian subjektif, tapi juga memerlukan data medis secara objektif.
"Kalau kita mau menilai sehat atau tidak, enggak bisa cuma dengan melihat penampilan saja, tapi didukung juga dengan data berat badan, tinggi badan, tingkat kebugaran secara ilmiah atau obyektif," ujarnya saat dihubungi Health-Liputan6.com, Rabu (16/8/2017).
Sophia juga menjelaskan, untuk memastikan status kesehatan dari Jokowi, lebih mendalam lagi dibutuhkan data tambahan seperti hasil pemeriksaan kesehatan yang teratur atau medical check up.
"Data tambahan lebih obyektif lagi itu setidaknya setahun sekali atau dua kali sekali melakukan check up, nanti disitu kan keluar hasil gula darah, kolesterol dan lainnya, kalau (hasilnya) oke ya sebenarnya sehat-sehat aja," kata Sophia.
Secara fisik memang tubuh Jokowi nampak kurus. Namun menurut Sophia, hal tersebut tidak bisa dijadikan parameter sehat atau tidaknya Jokowi. Sebab, Sophia berpendapat penampilan fisik dari luar tidak selalu berkorelasi dengan status kesehatan.
"Jadi kita enggak bisa mengatakan kalau tubuh Jokowi yang kurus itu tidak sehat dan sebaliknya," ujarnya.
Sophia menambahkan, secara kasat mata, selama seseorang dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan dan tidak sering sakit, maka tingkat kebugarannya baik-baik saja. *
