Liputan6.com, Jakarta Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyebut nama GenPI (Generasi Pesona Indonesia) dan GenWI (Generasi Wonderful Indonesia) bakal menjadi andalan promosi pariwisata Indonesia.
"Mereka adalah anak-anak muda yang cinta Indonesia dan terus mempromosikan Wonderful Indonesia melalui media sosial," ujar Arief, di depan mimbar.
Advertisement
Sekitar 100 pengusaha yang mewakili brand produk nasional pun terdiam.
"Anak-anak muda itulah yang membuat trending topic di media sosial. Mereka juga akan mempromosikan bersama co-branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia," ucap Arief di Balairung, Kamis (10/8/2017).
Co-branding pula yang akan membuat media value Kementerian Pariwisata (Kemenpar) semakin kuat. Termasuk dalam melakukan kolaborasi co-branding dengan Dapur Solo.
"Spiritnya sama, Indonesia Incorporated," kata Arief, yang mencontohkan trending topic #CoBrandWonderfulIndonesia itu.
"Kuliner efektif sebagai sarana promosi. Selain itu, kuliner juga bisa menjadi pintu masuk yang bagus untuk pariwisata," tambah Deputi Bidang Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar, Esthy Reko Astuti.
Kuliner dipilih menjadi alat promosi karena memiliki keragaman dan potensi besar yang dapat memikat wisatawan berlibur ke Indonesia.
"Indonesia potensial menjadi negara pusat kuliner karena mempertimbangkan berbagai potensi kuliner sekaligus bahan baku yang kita miliki di seluruh pelosok nusantara,”ujar Esthy, yang juga disetujui Plt Asdep Strategi Pemasaran Pariwisata Nusantara, Hariyanto.
Founder Dapur Solo, Swan Kumarga, mengaku sangat antusias bisa bekerja sama dengan Kemenpar. Wanita berambut pendek itu juga akan menyandingkan brand Dapur Solo dengan brand Pesona Indonesia atau Wonderful Indonesia di setiap box makanan serta alat promosi lainnya yang diproduksi Dapur Solo.
“Saya antusias sekali Pak Menteri. Sebelum MoU pada (10/8/2017), saya sudah mencetak (logo WI dan PI) di setiap kemasan Dapur Solo. Kuliner itu bagian dari pariwisata, dan sebagai pendiri Dapur Solo, walaupun belum begitu besar, saya yakin dengan melakukan kolaborasi bersama ini, Dapur Solo akan semakin besar,” ucap Swan.
Lebih lanjut, ia menjelaskan latar belakang berdirinya Dapur Solo yang sudah dirintisnya sekitar 30 tahun lalu. Sebagai seorang ibu rumah tangga yang harus mengurus anaknya yang masih kecil waktu itu, tidak memungkinkan Swan untuk bekerja di luar rumah. Berkat saran sang suami untuk menjalankan usaha di rumah, akhirnya dia kemudian berjualan jus dan rujak, salah satu makanan kesukaan Swan waktu itu.
“Dengan bermodalkan sebuah brosur tulisan tangan sederhana dan sebuah sepeda ontel milik kami waktu itu, saya menyebarkan selebaran tersebut ke rumah-rumah tetangga. Usaha yang sangat sederhana ini saya mulai di garasi rumah kami pada tahun 1988. Pendapatan dari Rp. 3.000,- per hari, kian hari kian bertambah. Karena kecintaan saya akan kuliner Jawa, terutama Solo asal kota kelahiran saya, saya kemudian menambahkan menu masakan rumah khas Solo,” kata dia.
Kini, lanjut Swan, tanpa terasa telah 25 tahun berlalu, proses panjang yang tidak mudah telah dia lewati. Berkat dukungan sang suami, usaha kuliner mereka berkembang pesat. Pada 2006 masih usaha rumahan, kini telah menjadi sebuah restoran terkenal dengan merk terdaftar, Dapur Solo.
“Dengan visi melestarikan budaya Indonesia, terutama makanan tradisional Jawa khas Solo, kami berkomitmen akan terus mengembangkan kualitas produk kami melalui pelayanan yang prima oleh segenap sumber daya manusia kami yang berkarakter bangsa Indonesia,” ujarnya.
Beragam hidangan andalan Dapur Solo siap disajikan dan menjadi andalan kuliner otentik Indonesia. Terdapat juga beberapa hidangan khas yang didatangkan langsung dari Solo. Hidangan yang ditawarkan seperti Sosis Solo, Cabuk Rambak, Nasi Liwet, Tumpang Lethok, Brambang Asem, Selat Solo, Asem-asem Iga, Lontong Solo, Bubur Lemu, dan Pecel Ndeso Wijen Hitam.
“Selain camilan dan hidangan utama, tersaji juga hidangan penutup yang manis dan legit. Seperti ketan bubuk juruh, meniran, gethuk, dan wedut. Tidak ketinggalan sajian hangat seperti wedang ronde, kacang tanah, dan wedang jahe gepuk khas angkringan Solo,” ucap Swan.
Arief pun mengapresiasi kolaborasi antara Wonderful Indonesia dan Dapur Solo untuk co-branding. Ia terus mendorong kuliner nusantara untuk tampil di pentas dunia. Sebab, Thailand, Vietnam, dan Malaysia sudah lebih dahulu menggunakan makanan sebagai alat promosi dan diplomasi pariwisata.
"Potensi kita tidak kalah. Jenis makanan kita juga seabrek jumlahnya. Tinggal mengemas menjadi kekuatan yang memiliki commercial value, bukan hanya cultural value," kata Arief.
(*)