Liputan6.com, London - Untuk ketujuh kalinya, Melbourne dinobatkan sebagai kota paling layak huni di dunia. Ibu kota negara bagian Victoria yang terkenal dengan kafe, bar dan jalanannya itu berada di puncak survei yang dikeluarkan oleh Economist Intelligence Unit.
Baca Juga
Advertisement
Dikutip dari laman Telegraph, Rabu (16/8/2017), Economist Intelligence Unit (EIU) adalah perusahaan konsultan yang meneliti dan menganalisis perkiraan ekonomi dunia.
Badan tersebut menganalisis kota layak huni berdasarkan lima kriteria yang terdiri dari stabilitas kota, kesehatan, budaya dan lingkungan, pendidikan dan infrastruktur. Keseluruhan aspek itu dilakukan terhadap beberapa kota yang tersebar di beberapa negara.
EIU yang berpusat di Inggris itu juga menobatkan Melbourne di posisi pertama dengan nilai 97,5 dari angka 100. Tak hanya Melbourne, posisi kedua diisi oleh Wina 97,4 dan Vancouver (97,3). Posisi keempat dan kelima diisi oleh dua kota Kanada lainnya yaitu Toronto dan Calgary.
Sementara itu, posisi sepuluh besar masih sama dengan peringkat tahun lalu yang diisi dengan Adelaide, Perth, Auckland, Helsinki dan Hamburg.
Beda halnya dengan Manchester yang turun delapan peringkat ke posisi 51 akibat ancaman teror yang disusul dengan serangan bom pada Mei 2017. Serangan tersebut bertepatan pula konser artis kenamaan dunia, Ariana Grande.
Nasib serupa juga dialami oleh Stockholm yang harus turun peringkat karena serangan bom pada April lalu.
Tak menarik rasanya ketika telah mengetahui kota layak huni di dunia tanpa mengetahui kota tak layak huni di dunia.
Masih dalam survei yang sama, EIU menempatkan Damaskus sebagai kota tak layak huni di muka bumi. Ibu kota Suriah itu dianggap sebagai lokasi menyeramkan mengingat peperangan, ledakan bom dan serangan teror terjadi hampir setiap hari.
Kota tak layak huni berikutnya diikuti oleh Lagos, Tripoli, Dhaka dan Port Moresby sebagai lima besar terbawah lainnya.
Jon Copestake, editor survei tersebut mengatakan, "Manchester telah bergabung dengan sejumlah kota di Eropa yang mengalami serangan teror dalam satu dekade terakhir. Akibatnya beberapa penjagaan ketat dan rasa ketakutan terus dirasa oleh warga dan petugas untuk mengatisipasi kejadian serupa."
Copestake juga mengatakan, kota yang paling banyak ditinggali sejak tahun 2002 hingga 2010 adalah Vancouver (Kanada).
Tak hanya Economist Intelligence Unit yang melakukan survei serupa. Ada beberapa badan survei lain yang melakukannya, namun merilis hasil berbeda.
Mercer's 2017 Quality of Living Ranking misalnya yang menetapkan Wina berada diposisi pertama diikuti oleh Zurich, Auckland, Munich dan Vancouver pada posisi lima besar.
Lantas bagaimana dengan Jakarta? Seperti dikutip dari situs Mercer, ibukota Indonesia ada di posisi 143, di bawah Kuala Lumpur (86), Bangkok (131), dan Manila (135).
Saksikan video menarik berikut ini: