Harga Masih Rendah, Target Produksi Minyak RI di 2018 Turun

Produksi minyak Indonesia ‎pada 2018 diprediksi mengalami penurunan.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 16 Agu 2017, 20:00 WIB
Harga minyak dunia kembali tertekan seiring permintaan melambat, sedangkan produksi minyak melimpah dan kekhawatiran ekonomi global.

Liputan6.com, Jakarta Produksi minyak Indonesia ‎pada 2018 diprediksi mengalami penurunan. Hal ini diakibatkan masih rendahnya harga minyak dunia yang mengakibatkan lesunya kegiatan pencarian minyak.

Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan, dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2018, yang telah diumumkan Presiden Joko Widodo dalam pidato no‎ta keuangan, harga minyak Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) ditetapkan US$ 48 per barel.

Sedangkan target produksi minyak Indonesia sebesar 800 ribu barel per hari (bph) dan gas 1,2 juta barel setara minyak per hari (Barel Oil Equivalent Per Day/BOEP). Dengan begitu, total produksi minyak dan gas bumi Indonesia (migas) 2018 sebesar 2 juta BOEPD.

"Jadi tadi sesuai pidato Pak Presiden tentang nota keuangan RAPBN 2018 sidang paripurna di DPR," kata Jonan, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (16/8/2017).

Jonan mengakui, target produksi minyak yang ditetapkan dalam RAPBN 2018 tersebut jauh lebih rendah, dari targe‎t yang ditetapkan dalam APBN 2017 yaitu 815 ribu bph.

‎"Tahun ini targetnya 815 ribu, agak turun," ucap Jonan.

Menurut Jonan, penurunan target produksi minyak tersebut diakibatkan oleh kondisi produksi sumur minyak Indonesia yang menurun, serta kegiatan pencarian minyak yang kurang bergairah akibat belum membaiknya harga minyak dunia.

"Karena kondisi lapangan turun, program Enhance Oil Recovery ( EOR) tidak banyak, karena EOR dengan kondisi harga sekarang di bawah US$ 50 per barel, sekarang rata-rata US$ 48 per barel, EOR nggak terlalu menarik," paparnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya