Liputan6.com, Manila - Serangkaian penyergapan terkait narkoba yang dilakukan polisi Filipina dalam kurun 24 jam menewaskan 32 orang.
Itu merupakan angka kematian tertinggi yang terjadi dalam satu hari terkait perang narkoba yang sedang gencar dilakukan di negara tersebut.
Advertisement
Puluhan penyergapan itu dilakukan di Provinsi Bulacan, sebelah utara ibu kota Manila, pada 15 Agustus 2017. Lebih dari 100 orang ditahan dan pihak berwenang menyita obat-obatan terlarang dan sejumlah senjata.
Dikutip dari BBC, Kamis (17/8/2017), polisi mengatakan bahwa mereka yang tewas diduga merupakan pengedar dan pemakai narkoba yang bersenjata dan melawan petugas.
Ribuan orang tewas sejak Presiden Rodrigo Duterte melancarkan perang narkoba kontroversial pada 2016. Kebijakannya juga dikecam dunia internasional.
Namun, pria yang akrab disapa Digong itu tak menunjukkan tanda untuk mengubah sikap kerasnya. Dalam pidatonya bulan lalu, Duterte memperingatkan para pengguna narkoba bahwa ia akan mengantarkan mereka ke 'gerbang pintu neraka'.
"Saya tidak akan membiarkan kehancuran kaum muda, disintegrasi keluarga, dan kemunduran masyarakat yang disebabkan penjahat yang keserakahannya tak terpuaskan karena tidak memiliki tujuan moral," ujar Duterte.
"Jika Anda menyakiti anak-anak yang mana masa depan negara ini ada di tangan mereka, saya akan membawa Anda ke gerbang neraka," tegas dia.
Dalam masa kampanye, Duterte berjanji untuk menghentikan perdagangan narkoba di Filipina. Menurut Dangerous Drugs Board, terdapat 1,8 juta pengguna narkoba di negara tersebut.
Namun, kritikus berpendapat bahwa dalam upayanya, Duterte membenarkan adanya pembunuhan di luar hukum terhadap terduga pengguna dan pengedar narkoba. Meski kontroversial, banyak warga Filipina yang mendukung kampanye perang narkoba Duterte.
Simak video berikut ini: