Liputan6.com, Jakarta - Pada tahun1690-an, ahli astronomi Edmund Halley menemui masalah.
Halley adalah sahabat baik Isaac Newton dan beberapa dekade sebelumnya ia menganjurkan Newton agar menerbitkan karya tulis monumental berjudul "Principia." Dalam karya itu, Newton mengungkapkan bahwa "gaya gravitasional" bersifat universal.
Karya Newton memungkinkan Halley dan teman-temannya membuat beragam prediksi perbintangan dengan sangat teliti, termasuk prediksi waktunya gerhana matahari total Inggris pada 1715. Prediksinya hanya meleset 4 menit.
Halley kemudian menelaah catatan riwayat gerhana matahari yang tersedia baginya. Catatan itu bertarikh hingga ribuan tahun, yang dikumpulkan para ahli astronomi yang ditugaskan oleh kaisar-kaisar China.
Nah, masalahnya adalah karena tidak semuanya cocok.
Baca Juga
Advertisement
Seperti dikutip dari Space.com pada Jumat (18/8/2017), perhitungan-perhitungan gerhana purba berselisih jauh dari catatan-catatan sejarah.
Semakin jauh Halley membaca catatan masa lalu, semakin besar selisih pencatatannya – bahkan hingga meleset ribuan tahun.
Generasi-generasi ahli astronomi dan fisika di kemudian hari menemukan jawabannya. Benar, rotasi Bumi memang melambat dan Bulan semakin menjauh. Dan keduanya berkaitan dengan pasang surut permukaan laut.
Bulan menaikkan pasang laut di sisi Bumi yang berseberangan dengannya, tapi Bumi berputar sehingga menggeser pasang laut sedikit mendahului posisi bulan di orbit. Jadi, dipandang dari bulan, seakan seperti ada bongkahan air di depannya.
Tarikan gravitasional dari himpunan air itu bertindak seakan seperti tali yang menyeret bulan dan melemparkannya ke orbit yang lebih tinggi. Sebagai akibatnya Bumi kehilangan sedikit energi dan melambat.
Kita melihat proses ini terjadi di mana-mana dalam sistem tata surya kita. Hasil akhirnya adalah terkuncinya pasang laut ketika sisi yang sama suatu benda selalu menghadap ke pasangan orbitnya.
Hal ini sudah berlangsung pada bulan sejak lama sekali sehingga bulan selalu menghadapkan sisi yang sama ke Bumi.
Pluto dan bulan terbesarnya yang bernama Charon sudah saling dalam posisi mengunci. Demikian juga dengan bulan-bulan kecil lainnya yang mengorbit planet-planet raksasa dalam sistem tata surya kita.
Interaksi pasang-surut Bumi dan bulan tidak terlalu besar. Kita berpisah dengan kecepatan hanya 3,8 sentimeter per tahun.
Tapi, seiring berjalannya dekade, abad, dan milenium, ukuran penampakan bulan semakin menyusut hingga gerhana matahari total akan semakin langka.
Pada akhirnya, setelah 620 juta tahun, bulan akan terlihat terlalu kecil di angkasa sehingga tidak bisa sepenuhnya menutupi matahari. Saat itu, gerhana matahari total tidak terjadi lagi.
Simak penjelasan lintasan orbit bulan dan sisi yang selalu menghadap Bumi: