Bali Jadi Tuan Rumah Konferensi Perkebunan Terbesar di Dunia

Salah satu program penting yang dibutuhkan masyarakat dari pemerintah adalah peningkatan produktivitas perkebunan rakyat melalui peremajaan.

oleh Septian Deny diperbarui 18 Agu 2017, 18:47 WIB
Candi Bentar, Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali. (Sumber Foto: itraviel/Instagra)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia akan menggelar Konferensi dan pameran komoditas perkebunan terbesar di dunia. Konferensi bertajuk World Plantation Conferences and Exhibition (WPLACE) 2017 akan berlangsung pada 18-20 Oktober 2017 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC).

Direktur Utama PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) Teguh Wahyudi mengatakan, ‎komoditas perkebunan seperti gula, teh, kopi, karet, kakao, kelapa sawit dan rempah merupakan andalan ekspor Indonesia. Bahkan, hingga saat ini Indonesia masih dikenal sebagai negara penghasil enam komoditi utama perkebunan.

"Namun komoditas tersebut mengalami kemunduran cukup signifikan karena turunnya harga dan rendahnya produktivitas tanaman perkebunan," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (18/8/2017).

Dia mengungkapkan, produksi hasil perkebunan Indonesia juga turut menurun tajam dalam 5 tahun terakhir. Sebagai contoh, pada komoditas karet turun sebesar 5,6 persen dan kopi sebesar 0,1 persen.

"Bahkan minus pada kakao dan teh masing-masing sebesar 7,8 persen dan 4,5 persen. Sementara luas areal komoditas umumnya tumbuh stagnan, bahkan negatif, kecuali kelapa sawit dan kakao yang meningkat di atas 5 persen per tahun," lanjut dia.

Menurut Teguh, salah satu program penting yang dibutuhkan masyarakat dari pemerintah adalah peningkatan produktivitas perkebunan rakyat melalui peremajaan tanaman (replanting). Program ini akan mampu menjawab tantangan produktivitas dan keberlanjutan (sustainability) serta isu keterbatasan lahan untuk perluasan tanaman perkebunan.

‎Oleh sebab itu, dengan digelarnya ‎NWPLACE diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah guna mempercepat pembangunan sektor hulu perkebunan khususnya karet, tebu, kopi, kakao, kelapa sawit dan penyelematan teh nasional. Pemerintah juga diharapkan mendorong investasi produk hilir perkebunan Indonesia.

“Kita ingin WPLACE menjadi ajang pertemuan stakeholder perkebunan terbesar di Indonesia. Kita juga ingin megembalikan kejayaan perkebunan Indonesia,” kata Teguh.

Selain itu, WPLACE 2017 dapat menjadi forum penting bagi pemerintah Indonesia untuk mensosialisasikan program strategis yang berpihak pada rakyat kecil ke forum internasional.

WPLACE 2017 juga mengundang narasumber penting internasional maupun nasional sebagai pembicara. Director of China National Renewable Energy Centre untuk memaparkan kebijkan biodiesel B5, di mana China diperkirakan akan memerlukan tambah impor CPO sebesar 9 juta ton.

Selain itu, pembicara dari luar negeri sebanyak 75 narasumber dari 28 negara, termasuk diantaranya, Direktur Eksekutif International Coffee Organization (ICO), Direktur Eksekutif International Cocoa Organization (ICCO), Direktur Eksekutif International Sugar Organization (ISO), Direktur Eksekutif International Rubber Research and Development Board (IRRDB), CEO CIRAD (Prancis), Malaysian Rubber Board (MRB) dan beberapa CEO perusahaan mutinasional berbasis agro.

"WPLACE juga diharapkan menjadi ajang pertemuan para pebisnis internasional," tandas dia.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya