Liputan6.com, Jakarta - Ajang SEA Games 2017 yang berlangsung di Malaysia menuai luka mendalam bagi Indonesia. Pasalnya, dalam buku panduan event olahraga terbesar di bagian Asia Tenggara tersebut, bendera Indonesia yang seharusnya merah putih tercetak terbalik menjadi putih merah.
Sontak hal tersebut menuai protes keras dari masyarakat Indonesia. Kementerian Luar Negeri RI menyesalkan kejadian tersebut dan menuntut Malaysia untuk meminta maaf atas kesalahan itu.
Advertisement
"Beliau (Menlu Retno Marsudi) langsung berkomunukasi dengan Menlu Malaysia untuk sampaikan kekecewaan dan meminta mereka meminta maaf," ucap Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmatha Nasir di Gedung Kemlu, Jakarta, Senin (21/7/2017).
Atas kejadian ini, Pemerintah Malaysia melalui Menteri Belia dan Sukan Khairy Jamaluddin meminta maaf kepada rakyat Indonesia. Permintaan maaf disampaikan Khairy usai melakukan pertemuan dengan Menpora Imam Nahrawi di Hotel Shangrilla, Kuala Lumpur, Malaysia.
Selama 72 tahun Indonesia merdeka, mustahil Malaysia tak paham warna sang saka yang hanya memiliki dua warna, merah dan putih. Bahkan tanpa embel-embel lainnya. Terlebih lagi, Indonesia dan Malaysia merupakan negara serumpun yang diibaratkan sebagai kakak beradik.
Hal tersebut yang mengusik perasaan Adinda Saraswati Akbar. Remaja berusia 15 tahun itu terbakar nasionalimse. Dia pun menulis surat terbuka kepada PM Malaysia Najib Razak, terkait insiden warna bendera terbalik tersebut.
Tak banyak yang terungkap dari sosok Adinda. Dalam laman Facebook-nya hanya tertera bahwa ia pernah bersekolah di salah satu sekolah Internasional, ACS Jakarta. Remaja itu juga berasal dari Makassar yang tinggal di Jakarta.
Dalam suratnya, ia mengungkapkan bahwa bendera merah putih diraih dengan tetesan darah para pejuang. Karenanya, kesalahan warna bendera itu dianggap dapat melukai hati Ibu Pertiwi.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini
Isi Surat Adinda
Berikut isi surat terbuka Adinda untuk Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, yang diunggah dalam laman Facebook-nya.
YM Perdana Menteri Malaysia, Tuan Najib Razak,
Nama saya Adinda Saraswati Akbar dan saya adalah anak perempuan Indonesia yang berusia 15 tahun dan saat ini sedang duduk dibangku kelas 9. Mohon maaf bila bahasa yang saya pakai tidak begitu menyenangkan dihati Yang Mulia. Tapi tampaknya harus ada yang memberi tahu Yang Mulia secara langsung bahwa cara negara Yang Mulia memperlakukan Indonesia sudah berlebihan dan tidak layak sebagai saudara jika anda menganggap kami saudara serumpun.
Awalnya saya ingin menulis dalam bahasa Inggris, tapi saya ingin menjaga perasaan Yang Mulia sebab anda pernah dijajah oleh Inggris dan diberi kemerdekaan oleh mereka. Jadi saya akhirnya menulis kepada dalam bahasa Indonesia dimana induk bahasa Malaysia juga berasal dari bahasa kami.
Kami tak pernah berniat menggunakan bahasa Belanda karena once upon a time, Belanda telah menjajah kami dan para pendahulu kami berjuang mati-matian untuk mendapat kemerdekaan dari mereka dan bendera merah-putih, bendera yang Yang Mulia dan Malaysia lecehkan hari ini di arena Sea Games, bendera yang kami dapatkan setelah berpuluh tahun berjuang.
Bangsa Yang Mulia dan Yang Mulia sendiri sudah lebih dari sekali mengecewakan bangsaku, Indonesia dan saya. Dan setiap kesalahan yang dibuat diakhiri dengan permintaan maaf. Saya sebagai anak muda Indonesia berpikir permintaan maaf Yang Mulia dan Malaysia buat sudah biasa.
Saya berpikir Indonesia dan Malaysia memiliki ikatan yang kuat layaknya seperti hubungan kakak-adik. Indonesia menurut saya sudah menjadi 'kakak' yang baik untuk Malaysia, adik kami.
Kami, bangsa Indonesia telah mengirim banyak pendidik dan mengajar warga Malaysia ketika momen kemerdekaan Malaysia baru terjadi. Kami, bangsa Indonesia yakin kami memainkan peran sebagai kakak dengan baik untuk Malaysia. Kami, bangsa Indonesia telah mendidik bangsa Malaysia sampai kami mengetahui bahwa bangsa yang kami didik selama ini sudah maju menjadi bangsa yang lebih baik dari kami sendiri.
Tentu sebagai 'kakak', kami bangga dan terus menghormati Malaysia. Tetapi semakin lama kemajuan bangsa Yang Mulia berlangsung semakin sering bangsa Indonesia mempertanyakan keterikatan Indonesia dan Malaysia.
Advertisement
Sulit Dipercaya
Saya sulit untuk percaya bahwa sebagai saudara serumpun, bendera kami pun anda tidak ketahui padahal kami mengetahui Malaysia dan warganya dengan baik. Bendera merah-putih Indonesia itu dibayar dengan air mata, darah, dan usaha mati-matian para pendahulu dan pahlawan nasional kami.
Ketika kami mengetahui bahwa bendera Indonesia dicetak dengan salah, kami merasa bahwa ibu kandung kami telah dihina oleh Malaysia dan luka yang dalam telah dibuat dihati kami bangsa Indonesia. Kasus warna bendera Indonesia putih-merah ini sudah meninggalkan luka yang akan sulit dihilangkan di hati kami bangsa Indonesia, bisa saja tidak akan pernah pudar.
Sebenarnya, permohonan maaf tidak akan pernah cukup untuk menebus semua kesalahan negeri Yang Mulia kepada kami. Indonesia dan Malaysia sudah melalui hal banyak bersama tetapi sepertinya hormat respek yang kami beri tidak mendapat balasan dari Malaysia.
Jika dibandingkan dengan angka kesalahan yang telah dibuat Indonesia untuk Malaysia dan kesalahan yang dibuat Malaysia sendiri, Malaysia memiliki angka yang jauh lebih tinggi. Jadi apa yang tersisa dalam keterikatan kakak-adik ini? Bangsa Indonesia berharap kasus ini adalah kasus terakhir yang dibuat oleh Malaysia kepada kami karena kasus ini meninggalkan luka yang sangat dalam disetiap hati warga negara Indonesia.
Kami sangat yakin peran kami sebagai 'kakak' kami lakukan dengan baik. Tetapi selama ini tidak pernah ada balasan atas kebaikan kami dari Malaysia, jadi kami berharap Malaysia akan belajar makna persaudaraan dan peran adik. Indonesia layak memiliki ikatan persaudaran dengan bangsa yang thauncara menghormati kami pula. Kami tidak ingin kesabaran kami selalu diuji dengan kekecewaan yang bangsa anda dan Yang Mulia sendiri buat karena kesabaran selalu ada batasnya.
Terima kasih. Yang Mulia boleh merespon tulisan ini atau tidak. Saya hanya menyampaikan hal yang harus saya sampaikan. Saya yakin tulisan ini akan sampai ke Yang Mulia Perdana Menteri sebab dunia ini sudah dihubungkan oleh teknologi. Teknologi menghubungkan antara satu manusia dengan manusia lain dengan cepat dan tanpa batas. Saya juga tidak tahu alamat Yang Mulia di Malaysia.
Hormat saya,
Adinda Saraswati Akbar