4 Reaksi Anak Bangsa Saat Bendera Indonesia Terbalik di Malaysia

Ada berbagai macam reaksi yang ditunjukkan masyarakat terkait insiden bendera Indonesia terbalik ini. Berikut ulasannya...

oleh Rita Ayuningtyas diperbarui 22 Agu 2017, 08:35 WIB
Ilustrasi Bendera Indonesia. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Gambar bendera Indonesia terbalik dalam buku panduan SEA Games 2017. Pada buku tersebut, bendera Indonesia terbalik menjadi putih merah. Insiden ini menjadi viral setelah Menpora Imam Nachrowi mengungkapkan kekesalannya dengan berkicau di media twitter.

Pemerintah Indonesia pun menyampaikan kekecewaannya atas insiden terbaliknya bendera Indonesia dalam buku panduan SEA Games di Malaysia.

Malaysia bereaksi cepat dengan meminta maaf kepada Indonesia. Presiden Joko Widodo atau Jokowi pun menerima permintaan maaf dari Pemerintah Malaysia terkait bendera Indonesia terbalik di buku panduan SEA Games 2017. Demikian pula dengan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla.

Pemerintah Malaysia melalui Menteri Belia dan Sukan Malaysia Khairy Jamaluddin secara resmi meminta maaf atas kesalahan mencetak terbalik gambar bendera Merah Putih pada buku panduan SEA Games 2017.

Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nachrowi menyambut baik sikap Malaysia dan membawa surat resmi permintaan maaf tersebut kepada Presiden Joko Widodo. Kasus ini selanjutnya dibahas di tingkat Menteri Luar Negeri kedua negara.

Bendera Merah-Putih dicetak terbalik pada buku Opening Ceremony SEA Games 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia (20/8/2017). Indonesia melalui Kementrian Luar Negeri mengajukan note protes atas kesalahan tersebut. (AP Photo/Yau)

Namun, reaksi berbeda ditunjukkan oleh masyarakat Republik Indonesia. Mereka masih kesal dengan insiden bendera Indonesia terbalik tersebut.

Ada berbagai macam reaksi yang ditunjukkan masyarakat terkait insiden ini. Berdasar catatan Liputan6.com, ada yang menanggapinya secara bijak. Lainnya, geram dan menggelar sejumlah protes untuk Malaysia. Mulai dari demonstrasi hingga meretas sejumlah laman. Berikut ini ulasannya:


1. Peretasan Puluhan Laman Malaysia

Tampilan desktop laman diduga milik Malaysia tersebut berisi kalimat bernada peringatan, "Bendera Negaraku Bukanlah Mainan".

Puluhan situs Malaysia diduga diretas oleh hacker Indonesia. Hal ini merupakan buntut dari insiden bendera Indonesia yang terbalik dalam buku panduan SEA Games 2017.

Sebagian besar dari situs asal Malaysia yang diretas itu menampilkan latar berwarna hitam putih. Ada gambar bendera Indonesia terbalik seperti di buku panduan SEA Games 2017.

Gambar itu bersanding dengan foto sebuah koran harian memuat bendera Indonesia terbalik. Lalu di bawahnya terdapat tulisan, "Bendera Negaraku Bukanlah Mainan!" dengan embel-embel telah diretas oleh "KidsZonk".

Tak cuma itu, hacker juga memasang alunan Indonesia Pusaka sebagai lagu latarnya.

Dari puluhan situs yang dikerjai hacker, ada pula yang alamat situsnya dipindahkan ke alamat web lain dengan latar belakang warna hitam.

Lantas, beberapa situs web yang Liputan6.com pantau seperti behappymillionaire.com, bellowmarketvalue.properties, dan lawyerhartanah.com tak bisa diakses. Hanya ada keterangan 'DNS Couldn't Be Found'.


2. Balas Balik Bendera Malaysia

Pria Solo berkeliling kota sambil menempelkan bendera Malaysia terbalik bersanding dengan Bendera Merah Putih. (Liputan6.com/Fajar Abrori)

Salah satu warga Solo menggelar protes terkait insiden gambar Sang Saka yang dicetak terbalik di buku panduan panitia SEA Games 2017. Warga bernama Bambang Saptono itu membalasnya dengan berkeliling kota Solo membawa gambar bendera Malaysia yang dicetak terbalik.

Dia menempel bendera Malaysia yang terbalik berdampingan dengan Bendera Merah Putih dalam posisi yang benar.

Kedua bendera negara tersebut dipasang di mobilnya, yakni di bagian depan, samping, dan belakang mobil. Di atas gambar kedua bendera negara serumpun itu, tertulis '29 TH SEA GAMES 2017'. Di bawah gambar Bendera Malaysia yang terbalik itu tertulis keterangan 'Malaysia'.

Dia lalu berkeliling di sejumlah sudut kota Solo. Aksi tersebut mengundang perhatian pengguna jalan dan masyarakat di pinggir jalan.

Bambang juga beraksi membentangkan gambar Bendera Malaysia yang dicetak terbalik itu di Bundaran Gladag Solo pada, Senin 21 Agustus 2017.

"Di SEA Games ini ada kejadian yang tidak mengenakkan terhadap simbol negara kita Bendera Merah Putih yang dilecehkan. Ini jelas melukai negara dan bangsa Indonesia," kata Bambang di Solo, Senin, 21 Agustus 2017.


3. Surat untuk Perdana Menteri Malaysia

Salah satu peserta aksi saat berunjuk rasa di depan Kedubes Malaysia, Jakarta, Senin (21/8). Aksi ini terkait kasus terbaliknya bendera Merah Putih pada buku panduan pelaksanaan SEA Games 2017. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Ajang SEA Games 2017 yang berlangsung di Malaysia menuai luka mendalam bagi Indonesia. Pasalnya, dalam buku panduan ajang olahraga terbesar di bagian Asia Tenggara tersebut, bendera Indonesia yang seharusnya merah putih tercetak terbalik menjadi putih merah.

Mendadak sontak hal tersebut menuai protes keras dari masyarakat Indonesia. Kementerian Luar Negeri RI menyesalkan kejadian tersebut dan menuntut Malaysia untuk meminta maaf atas kesalahan itu.

Selama 72 tahun Indonesia merdeka, mustahil Malaysia tak paham tentang Sang Saka yang hanya memiliki dua warna, merah dan putih. Bahkan tanpa embel-embel lainnya. Terlebih lagi, Indonesia dan Malaysia merupakan negara serumpun yang diibaratkan sebagai kakak beradik.

Hal ini mengusik Adinda Saraswati Akbar. Remaja berusia 15 tahun itu terbakar nasionalismenya. Dia pun menulis surat terbuka kepada PM Malaysia Najib Razak terkait insiden warna bendera terbalik tersebut.

Tak banyak yang terungkap dari sosok Adinda. Dalam laman Facebook-nya, hanya tertera bahwa ia pernah bersekolah di salah satu sekolah Internasional, ACS Jakarta. Remaja itu juga berasal dari Makassar yang tinggal di Jakarta.

Pada suratnya, dia mengungkapkan bendera merah putih diraih dengan tetesan darah para pejuang. Karenanya, kesalahan warna bendera itu dianggap dapat melukai hati Ibu Pertiwi.

Berikut isi surat terbuka Adinda untuk Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, yang diunggah dalam laman Facebook-nya.

YM Perdana Menteri Malaysia, Tuan Najib Razak,

Nama saya Adinda Saraswati Akbar dan saya adalah anak perempuan Indonesia yang berusia 15 tahun dan saat ini sedang duduk dibangku kelas 9. Mohon maaf bila bahasa yang saya pakai tidak begitu menyenangkan dihati Yang Mulia. Tapi tampaknya harus ada yang memberi tahu Yang Mulia secara langsung bahwa cara negara Yang Mulia memperlakukan Indonesia sudah berlebihan dan tidak layak sebagai saudara jika anda menganggap kami saudara serumpun.

Awalnya saya ingin menulis dalam bahasa Inggris, tapi saya ingin menjaga perasaan Yang Mulia sebab anda pernah dijajah oleh Inggris dan diberi kemerdekaan oleh mereka. Jadi saya akhirnya menulis kepada dalam bahasa Indonesia dimana induk bahasa Malaysia juga berasal dari bahasa kami.

Kami tak pernah berniat menggunakan bahasa Belanda karena once upon a time, Belanda telah menjajah kami dan para pendahulu kami berjuang mati-matian untuk mendapat kemerdekaan dari mereka dan bendera merah-putih, bendera yang Yang Mulia dan Malaysia lecehkan hari ini di arena Sea Games, bendera yang kami dapatkan setelah berpuluh tahun berjuang.

Bangsa Yang Mulia dan Yang Mulia sendiri sudah lebih dari sekali mengecewakan bangsaku, Indonesia dan saya. Dan setiap kesalahan yang dibuat diakhiri dengan permintaan maaf. Saya sebagai anak muda Indonesia berpikir permintaan maaf Yang Mulia dan Malaysia buat sudah biasa.

Saya berpikir Indonesia dan Malaysia memiliki ikatan yang kuat layaknya seperti hubungan kakak-adik. Indonesia menurut saya sudah menjadi 'kakak' yang baik untuk Malaysia, adik kami.

Kami, bangsa Indonesia telah mengirim banyak pendidik dan mengajar warga Malaysia ketika momen kemerdekaan Malaysia baru terjadi. Kami, bangsa Indonesia yakin kami memainkan peran sebagai kakak dengan baik untuk Malaysia. Kami, bangsa Indonesia telah mendidik bangsa Malaysia sampai kami mengetahui bahwa bangsa yang kami didik selama ini sudah maju menjadi bangsa yang lebih baik dari kami sendiri.

Tentu sebagai 'kakak', kami bangga dan terus menghormati Malaysia. Tetapi semakin lama kemajuan bangsa Yang Mulia berlangsung semakin sering bangsa Indonesia mempertanyakan keterikatan Indonesia dan Malaysia.


4. Bijak

Seorang peserta 'Aksi Kita Indonesia' ikut membentangkan Bendera Merah Putih raksasa di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (4/12). Aksi Kita Indonesia adalah acara perayaan kegembiraan atas keberagaman dan kebangsaan Indonesia. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri menyinggung mengenai posisi terbalik Bendera Merah Putih di Malaysia. Dia, sebagai warga, bangga terhadap masyarakat Indonesia yang langsung melayangkan protes.

"Di Malaysia kemarin terjadi bagaimana sampai bendera kita saja, Merah Putih itu, ditampilkan terbalik. Ya tentu, saya merasa bangga protesnya cepat sekali," kata Megawati dalam sambutan di acara Festival Prestasi Indonesia, Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta Pusat (21/8/2017).

Ketua Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) ini mengatakan, dengan protes keras Bendera Merah Putih terbalik tersebut, artinya warga bangsa Indonesia itu masih sangat mencintai simbol negara.

"Artinya warga bangsa Indonesia itu masih sangat mencintai simbol negara. Kalau bukan kita, siapa lagi yang menghormati?!" kata Megawati.

Pemerintah Malaysia memasang gambar Bendera Merah Putih terbalik di dalam buku panduan SEA Games 2017. Di dalam buku tersebut, bendera Indonesia terbalik menjadi Putih Merah.

Tidak hanya itu, panitia SEA Games 2017 juga salah menempatkan bendera Indonesia sebagai juara umum SEA Games 2011. Bendera Indonesia malah bergambar bendera Thailand. Kejadian ini pun membuat masyarakat Indonesia geram.

Insiden cetak bendera ini menjadi viral setelah Menpora Imam Nahrawi berkicau melalui akun Twitter-nya. Imam mengunggah foto buku panduan SEA Games 2017 yang memperlihatkan bendera Indonesia menjadi putih merah layaknya bendera Polandia.

 

Saksikan video berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya