Emiten Ramai-Ramai Terbitkan Obligasi Global

Sejumlah emiten di pasar saham Indonesia menerbitkan surat utang berdenominasi dolar Amerika Serikat, yang digunakan untuk refinancing.

oleh Agustina Melani diperbarui 22 Agu 2017, 12:25 WIB
Ilustrasi Foto Suku Bunga (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah emiten menerbitkan obligasi atau surat utang berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS). Penerbitan obligasi global itu sebagian digunakan untuk restrukturisasi utang.

Salah satunya PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC). Perseroan melalui anak usahanya Medco Straits Services Ltd menerbitkan surat utang berdenominasi dolar Amerika Serikat senilai US$ 300 juta.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (22/8/2017) obligasi tersebut memiliki tingkat bunga 8,5 persen per tahun. Tenor obligasi selama lima tahun dengan jatuh tempo pada 17 Agustus 2022.

Bunga akan dibayarkan setiap enam bulan yang akan dimulai pada 17 Februari 2018, dan berakhir pada 17 Agustus 2022. Obligasi itu dicatatkan di bursa saham Singapura pada 18
Agustus 2017.

Pembeli awal obligasi itu antara lain CLSA Limited, Credit Suisse Limited, Australia and New Zealand Banking Group Limited, Mandiri Securities Pte Ltd.

Dana hasil penerbitan surat utang antara lain digunakan untuk melunasi fasilitas Natuna 2016, program medium term notes 2015 termasuk bunga dan biaya yang timbul.

Selain itu, PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) juga menerbitkan obligasi global. Perseroan mengeluarkan obligasi global senilai US$ 250 juta. Dana hasil penerbitan obligasi untuk melunasi seluruh kewajiban perseroan termasuk pokok dan bunganya yang terutang berdasarkan surat utang jatuh tempo pada 2018 senilai US$ 500 juta.

Surat utang berdenominasi dolar AS itu akan jatuh tempo pada 2022. Bunga yang ditawarkan sebesar 8,375 persen per tahun. Setiap enam bulan merupakan jatuh tempo pembayaran bunga. Adapun jaminan penerbitan obligasi tersebut yaitu jaminan fidusia tagihan, gadai rekening, dan agunan yang dibagi oleh perseroan.

Kemudian PT ABM Investama Tbk (ABMM). Perseroan menerbitkan surat utang senilai US$ 300 juta pada 1 Agustus 2017. Obligasi berdenominasi dolar Amerika Serikat itu memiliki jangka waktu lima tahun dengan jatuh tempo pembayaran utang pokok pada 2022. Perseroan menawarkan bunga obligasi sebesar 7,125 persen per tahun.

"Adapun bunga akan dibayarkan setiap enam bulan yang akan dimulai pada 1 Februari 2018, dan berakhir pada Agustus 2022," tulis manajemen dalam prospektus singkat.

Perseroan menerbitkan obligasi berdenominasi dolar AS untuk melunasi utang antara lain club deal facility dan utang pemegang saham. Jumlah yang terutang termasuk bunga dan biaya berdasarkan club deal facility dan utang pemegang saham sebesar US$ 298,49 juta.

PT Bayan Resources Tbk (BYAN) juga menerbitkan obligasi senilai US$ 600 juta atau sekitar Rp 8,06 triliun (asumsi kurs Rp 13.436 per dolar Amerika Serikat). Obligasi tersebut bertenor tujuh tahun dengan jatuh tempo pembayaran pada 2024. Adapun bunga ditawarkan maksimum 10 persen.

"Hasil penerbitan obligasi akan digunakan untuk pembiayaan kembali atau refinancing utang perseroan dan modal kerja," tulis manajemen.

Untuk melakukan aksi korporasi itu, perseroan akan meminta persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Rabu 23 Agustus 2017.

Analis PT Mandiri Sekuritas Handy Yunianto menilai ada dua pertimbangan emiten menerbitkan obligasi global. Pertama, ada kebutuhan financing atau keuangan perseroan seiring harapan perbaikan bisnis ke depan. Kedua, momentum global dengan suku bunga rendah juga dimanfaatkan emiten untuk dapat pembiayaan lebih murah.

"Ini momentum pas pada semester kedua, dengan yield relatif lebih rendah. Outlook ke depan belum tahu dengan kebijakan suku bunga bank sentral dari negara maju dan rencana pengurangan balance sheet oleh the Federal Reserve," jelas Handy saat dihubungi Liputan6.com.

Adapun terkait dana hasil penerbitan surat utang global sebagian untuk melunasi utang, menurut Handy itu lantaran kebutuhan refinancing perusahaan cukup besar. Selain itu emiten mengharapkan biaya lebih murah.

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya