Royal Enfield Ingin Berdikari

Royal Enfield ingin menjadi perusahaan otomotif yang berdiri di atas kaki sendiri (berdikari).

oleh Rio Apinino diperbarui 23 Agu 2017, 11:43 WIB
Royal Enfield Himalayan.

Liputan6.com, Chennai - Royal Enfield ingin menjadi perusahaan otomotif yang berdiri di atas kaki sendiri (berdikari). Salah satu pejabatnya bilang kalau mereka tidak butuh kemitraan dari pihak mana pun, baik untuk pengembangan teknologi ataupun perakitan motor.

Siddhartha Lal, Managing Director and Chief Executive Officer of Eicher Motors, pemilik Royal Enfield, mengatakan kalau untuk saat ini mereka masih bisa melakukan semua sendiri.

"Tidak ada kemitraan yang kami butuhkan. Jika melihat tiga aspek bisnis - distribusi pemasaran, manufaktur, dan teknologi, kami tidak memerlukan partner sekarang. Ini bukan kebutuhan yang nyata," terangnya, dikutip dari business-standard.com, Selasa (22/8/2017).

Pendapat ini ia utarakan setelah kompetitornya di India, Bajaj, menjalin kerja sama dengan Triumph. Keduanya akan bersama memproduksi motor berkapasitas menengah untuk pasar India dan ekspor.

Lal mengatakan bahwa kemandirian mereka memang telah dirancang dari awal. Jenis pekerjaan yang dilakukan Royal Enfield dalam pengembangan teknologi dan produk selama dua tahun terakhir sengaja dibuat agar mereka bisa melakukan semuanya sendiri, dengan sumber daya sendiri.

Faktanya, Royal Enfield sendiri punya sumber daya yang cukup besar untuk bisa percaya diri tidak bekerja sama dengan yang lain. Mereka, misalnya, adalah pembuat sepeda motor paling bernilai di India. Model-modelnya pun dirancang agar tetap disukai konsumen.

"Orang ingin torsi dan efisiensi bahan bakar yang baik di India. Dan tentu saja pada titik harga di mana kami bisa menumbuhkan pasar," sambung Lal.

Beraliansi dengan kompetitor sendiri bukanlah hal yang tabu saat ini. Bahkan musuh abadi Honda dan Yamaha saja di negeri asalnya sepakat untuk bekerja sama mengembangkan motor listrik.

Simak Video Menarik Berikut Ini:


Royal Enfield Menuju Era Baru

PT Distributor Motor Indonesia (DMI) selaku distributor resmi Royal Enfield di Indonesia merilis Classic 350 Redditch. (Septian/Liputan6.com)

Sebelumnya disebutkan, Royal Enfield siap menuju era baru dengan melakukan perombakan besar terhadap jajaran sepeda motor mereka. Dalam lima tahun ke depan, seluruh produk akan mengalami penyegaran, baik yang sifatnya besar atau kecil.

"Lima tahun dari sekarang, ketika kami memiliki rentang motor yang telah benar-benar dirombak, Anda pasti akan melihat lebih banyak lagi motor klasik," ujar Siddhartha Lal, CEO Eicher Motors, pemilik Royal Enfield, kepada motorcycle-magazine.com.

Menurut Siddhartha, dari sekian banyak produk yang bakal dirombak itu, ada beberapa yang tetap dipertahankan sebagai "inti" perusahaan. Beberapa model yang dimaksud adalah Royal Enfield Bullet, Royal Enfield Classic dan Continental GT.

Model klasik kami akan berasal dari warisan kami, akar kami, seperti Continental GT dan Bullet Classic," tambahnya.

Menyegarkan beberapa produk sebetulnya telah jadi agenda Royal Enfield sejak tahun lalu. Maret 2016, mereka dilaporkan sedang mengerjakan suksesor model Classic dan Thunderbird yang diberi nama kode D41 dan D61.

Selain melakukan penyegaran, Siddhartha juga bakal melakukan langkah besar lain. Mereka, misalnya, akan membuat model baru yang sama sekali tidak klasik. Siddhartha mengatakan bahwa ini adalah cara mereka berinovasi.

Pada motor terbarunya, Himalayan, mereka baru saja mengganti sistem karburator dengan injeksi. Namun ini lebih kepada mengikuti regulasi yang ada.

Tentu, jika ini terealisasikan, Royal Enfield di seluruh dunia bakal terkena dampak, tidak terkecuali Indonesia yang memang masih mengimpor secara utuh dari India.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya