Liputan6.com, Yogyakarta - Proyek pembangunan bandara baru Yogyakarta di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), terus dipercepat. Namun, pembangunan fisik bandara internasional itu masih menunggu terbitnya keputusan presiden atau keppres.
Manajer Proyek Pembangunan Bandara Kulon Progo PT Angkasa Pura I, R Sujiastono, mengatakan masih menunggu keppres tersebut. Ia tidak bisa memastikan kapan keppres itu dapat diterbitkan. Ia hanya berharap keppres itu segera diterbitkan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
"Proses keppresnya di pusat. Sampai kapan? Saya harap secepatnya," ucap dia saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (22/8/2017).
Sekretaris Daerah kabupaten Kulon Progo, Astungkoro, membenarkan sudah ada kontraktor yang akan membangun fisik bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA), Kulon Progo.
Baca Juga
Advertisement
Kontraktor itu bernama PT Pembangunan Perumahan yang berperan sebagai mitra pembangunan bandara dan berkedudukan sebagai investor. Namun, ia membantah kontraktor itu hasil penunjukan dari Presiden Jokowi.
"Berita ditunjuk Presiden (Jokowi) tidak benar," katanya.
Terkait penunjukan kontraktor pembangunan bandara baru Yogyakarta di Kulon Progo, bupati setempat, Hasto Wardoyo, mengatakan bahwa hal itu bisa saja terjadi. Sebab, menurutnya, presiden punya kewenangan itu. Hanya saja, informasi terkait penunjukan kontraktor itu belum bisa dipastikan.
"Presiden punya kewenangan. Tapi saya belum dapat info secara resminya. Belum ada hitam di atas putih," tutur Hasto.
Bandara Sekelas Changi
Beberapa waktu yang lalu, Hasto menerangkan, Bandara NYIA itu akan ditunjang dengan sarana dan fasilitas bertaraf internasional. Ini termasuk daya tampung penumpang di bandara yang juga akan dibuat lebih luas dari Bandara Adisujipto.
Landasan pacu juga akan dibuat sepanjang 3,2 kilometer, sehingga akan membuat pesawat-pesawat berbadan besar bisa merapat di bandara ini. Dengan begitu, penerbangan internasional langsung ke NYIA akan bisa dibuat.
"Bandara ini memang ini di-setting (dirancang) sekelas internasional, yang dirancang bisa seperti Changi (Singapura)," ujar lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut, saat berbincang dengan Liputan6.com, Jumat, 24 Maret 2017.
Bahkan, ucap Hasto, Bandara Yogyakarta yang baru itu juga akan menjadikan Yogyakarta sebagai transit area. Misalnya, penerbangan dari Indonesia barat menuju ke Indonesia timur bisa transit di sini. Apalagi, untuk mencapai itu, Yogyakarta memiliki modal, yakni sebagai Kota Budaya, Kota Pelajar, sekaligus Kota Wisata.
"Contoh 2011 itu ada 3 juta penumpang dalam setahun, tapi pada 2016 sudah naik hingga 7 juta penumpang dalam setahun," tutur Hasto.
Dengan anggaran mencapai sekitar Rp 8 triliun, dia optimistis pembangunan bandara baru Yogyakarta ini selesai tepat waktu.
Advertisement