Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak melambung pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Pendorong kenaikan harga minyak karena adanya penurunan data persediaan minyak mentah di AS.
Mengutip Reuters, Rabu (23/8/2017), harga minyak mentah Brent yang merupakan patokan dunia naik 21 sen atau 0,4 persen menjadi US$ 51,87 per barel. Sedangkan untuk harga minyak berjangka AS untuk pengiriman September ditutup naik 27 sen atau 0,6 persen ke level US$ 47,64 per barel. Sementara untuk kontrak bulan selanjutnya yang lebih aktif naik 30 sen menjadi US$ 47,83 per barel.
Dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters, persediaan minyak mentah AS diperkirakan turun 3,5 juta barel pada pekan lalu. Penurunan angka persediaan tersebut sudah berjalan selama enam pekan berturut-turut. Hal tersebut mendorong ekspektasi pelaku pasar bahwa perekonomian AS telah mulai bergerak dan menaikkan harga minyak.
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, badai tropis di Teluk Meksiko juga mendorong kenaikan harga minyak. Badai tropis yang sebenarnya tidak terlalu besar tersebut membuat aktivitas pengeboran minyak di daerah tersebut tertanggu. "Meskipun bukan badai besar tetapi setidaknya akan membuat penyulingan berhenti," jelas analis Citi Futures Tim Evans.
Namun kenaikan pada perdagangan Selasa sedikit tertahan karena data internasional. Pembukaan kembali ladang minyak milik Libya mendorong kekhawatiran akan kenaikan pasokan minyak dunia.
Negara tersebut memang terbebas dari kesepakatan negara-negara anggota organisasi pengeskpor minyak (OPEC). Sejak awal tahun ini OPEC memang mengendalikan produksi guna mendorong kenaikan harga minyak. Selain negara-negara di bawah OPEC, beberapa negara nonOPEC seperti Rusia pun juga ikut bergabung.
OPEC dan beberapa negara lainnya berjanji untuk memotong produksi sekitar 1,8 barel per hari sejak Januari 2017 hingga Maret 2018 nanti.
Tonton Video Menarik Berikut Ini: