Liputan6.com, Freetown - Sebuah negara di pantai barat Afrika, Sierra Leone, menjadi tempat yang paling berbahaya untuk anak muda -- rentang usia 15 hingga 29 tahun. Hal tersebut diungkap dalam analisis The Guardian dengan menggunakan data terbaru badan kesehatan dunia PBB, WHO, yang disponsori oleh Ford Foundation.
Di Sierra Leone, terdapat satu kematian di setiap 150 pemuda pada 2015. Jika dilihat dari angka yang lebih besar, terdapat 671 kematian dari 100.000 anak muda. Jumlah itu 100 orang lebih tinggi dibanding negara yang menempati posisi kedua, Suriah.
Baca Juga
Advertisement
Sementara itu, Siprus (Cyprus) merupakan negara paling aman bagi anak muda -- dari 184 negara yang dianalisis. Di sana tingkat kematiannya pemudanya adalah satu di setiap 4.763 anak muda.
Denmark yang merupakan negara kelima paling aman, jumlah kematian anak mudanya berkurang hingga separuh sepanjang tahun 2000 hingga 2015.
Analisis tersebut juga menemukan, anak muda di Amerika Serikat enam kali lebih mungkin untuk meninggal akibat dibunuh. Anak muda di sana juga tiga kali lebih mungkin untuk tewas dalam kecelakaan mobil dan dua kali lebih mungkin untuk bunuh diri atau overdosis.
Secara global, kematian anak muda berkurang sebesar 21 persen antara tahun 2000 hingga 2015, di mana kematian akibat HIV menurun secara signifikan. Namun, kesenjangan antara negara maju dan berkembang justru kian melebar.
Seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (23/8/2017), berikut 10 negara yang paling berbahaya bagi anak muda:
1. Sierra Leone
2. Suriah
3. Pantai Gading
4. Republik Afrika Tengah
5. Nigeria
6. Chad
7. Angola
8. Sudan Selatan
9. Mozambik
10. Somalia
4 Penyebab Tertinggi Kematian Anak Muda
1. Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan lalu lintas adalah penyebab terbesar kematian anak muda di seluruh dunia. WHO memperkirakan, terdapat kematian 350.000 anak muda yang terkait kecelakaan lalu lintas pada 2015.
Namun, pola tersebut di seluruh dunia berbeda-beda. Sebagai contoh, kematian terkait kecelakaan lalu lintas di Ekuador meningkat 110 persen, dari tahun 2000 hingga 2015. Namun, di Spanyol, kematian akibat hal tersebut turun sebesar 85 persen dalam rentang waktu yang sama.
2. Tindakan Menyakiti Diri Sendiri (Self Harm)
Meski kematian akibat tindakan menyakiti diri sendiri turun selama tahun 2000 hingga 2015, WHO memperkirakan bahwa 220.000 anak muda memutuskan bunuh diri pada 2015. Hal tersebut membuatnya menjadi penyebab kematian anak muda paling umum kedua.
Sejumlah negara seperti Sri Lanka, Rusia, Selandia Baru, dan Argentina memiliki angka kematian akibat tindakan menyakiti diri sendiri lebih dari 20 jiwa di setiap 100.000 anak muda. Sementara itu, hampir setengah kematian anak muda di Islandia pada 2015, juga karena penyebab yang sama.
3. Kekerasan
Tingkat kematian global terkait kekerasan telah menurun sebanyak 14 persen. Namun, angka tersebut masih tergolong tinggi di sejumlah negara Amerika Latin, seperti Brasil, El Salvador, Kolombia, Honduras, dan Venezuela.
Di El Salvador, angka kematian akibat kekerasan mencapai 104 kematian dari 100.000 anak muda pada 2015. Angka tersebut 10 kali lebih tinggi dibanding rata-rata global dan 500 kali lebih tinggi dari Jepang, salah satu negara dengan tingkat kekerasan terendah di dunia.
Kejahatan terorganisasi, tingkat ketidaksetaraan yang tinggi, penegakan hukum yang tak memadai, dan posisi strategis negara-negara tersebut di pasar obat internasional berkontribusi membuat masalah itu terus-menerus terjadi.
4. Penyakit yang Dapat Dicegah
Dari tahun 2000 hingga 2015, kematian di negara-negara Afrika yang terkait dengan kehamilan, tuberkulosis, penyakit parasit, dan diare jumlahnya turun hingga sepertiga. Kematian itu mudah dicegah dengan perawatan kesehatan dan sanitasi yang memadai.
Meski demikian, hal tersebut masih menjadi penyebab kematian anak muda paling umum di banyak negara Afrika.
Di Sierra Leone, 74 dari 100.000 anak muda meninggal terkait kehamilan. Angka itu sangat kontras dengan rata-rata global, yakni kurang dari sembilan kematian dari 100.000 anak muda.
Simak video berikut:
Advertisement