Liputan6.com, Palembang - Edward Limba (35), pengemudi taksi online yang ditemukan tak bernyawa di Kecamatan Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel) pada Senin (21/8/2017) malam, kini sudah dimakamkan.
Jenazah korban yang tercatat sebagai warga Jalan Kedukan No.712 B RT 24 RW 07 Kelurahan 5 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu 1, Palembang sebelumnya disalatkan di Musholla Roudhotus Salikin, di kawasan tempat tinggal korban.
Lalu, jenazah dibawa ke kawasan Pasar Cinde Palembang, di Jalan Jendral Sudirman Palembang. Jasad korban dimakamkan di kawasan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Cinde Welan, yang merupakan kawasan pemakaman keluarga.
Ada yang berbeda saat jenazah dibawa ke lokasi pemakaman. Ratusan pengendara taksi online, baik sepeda motor maupun kendaraan roda empat berbondong-bondong mengiringi mobil jenazah dari rumah duka ke pemakaman.
Saat prosesi pemakaman istri korban, Rosalina (33) dan kedua anak korban yaitu Cantika (10) dan Farhan (5) terlihat menangis saat jenazah Edward dimasukkan ke liang kubur.
Meskipun terlihat sedih, Rosalina tampak menenangkan kedua anaknya yang menangis histeris di depan jenazah ayahnya.
Baca Juga
Advertisement
Kapolres Palembang, Kombes Wahyu Bintoro Hari Bawono dan Wali Kota Palembang, Harnojoyo, hadir dan mengikuti prosesi pemakaman korban. Di tengah prosesi pemakaman tersebut, salah satu pelayat tiba-tiba berteriak dan tubuhnya kejang-kejang.
Pria tersebut bertingkah seperti kerasukan dan tubuhnya bergerak tidak terkontrol. Karena suasana sedang ramai, beberapa orang langsung membawa pria tersebut menjauh dari lokasi pemakaman.
Menurut Sandi (28), salah satu pengemudi taksi online, ia bersama ratusan teman-teman taksi online merasa prihatin terhadap peristiwa yang dialami korban.
"Ini sebagai bentuk dukungan kami, karena kami juga merasakan mencari nafkah di pekerjaan ini," ujarnya kepada Liputan6.com, Rabu (23/8/2017).
Setelah prosesi pemakaman selesai, Wali Kota Palembang, Harnojoyo, langsung berpamitan ke istri dan anak-anak korban.
Saat memeluk Chantika dan Farhan, Harnojoyo terlihat meneteskan air mata. Ia juga berpesan kepada kedua anak korban agar bisa tabah dan terus semangat belajar dan bersekolah.
Suasana semakin haru ketika Farhat memanggil-manggil korban dengan sebutan ‘papa’ berulang kali. Tangisan Farhat pun membuat banyak pelayat ikut menangis dan sedih. Harnojoyo kemudian mengecam keras tindakan sadis yang dilakukan oleh perampok tersebut.
"Kita mengutuk perlakuan sadis tersangka, apapun itu motifnya. Saya yakin dengan kerja pihak kepolisian, mudah-mudahan pelaku bisa segera ditangkap dan diberi ganjaran setimpal. Untuk keluarga korban, semoga diberi ketabahan," ujarnya.
Istri korban yang masih terlihat syok akhirnya angkat bicara. Ia mengucapkan terima kasih kepada Wali Kota Palembang dan Kapolres Palembang yang telah menyempatkan hadir ke pemakaman suaminya.
"Doakan agar kami tabah dan kuat menghadapi cobaan ini. Saya harapkan juga kepada pihak kepolisian agar segera menangkap pelaku pembunuhan suami saya," ujar Rosalina.
(https://www.vidio.com/watch/828994-proyek-mangkrak-jembatan-sungai-ini-bahayakan-warga-liputan6-pagi)
Jasad di Perkebunan
Jasad Edward Limba pertama kali ditemukan oleh Feriansyah, penjaga malam di Balai Penelutian Perkebunan (Balitbun) Sembawa, pada Senin malam, 21 Agustus 2017. Kawasan tersebut masuk di Desa Lalan Kecamatan Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Sumsel.
Menurut Feriansyah, saat itu dirinya bertugas jaga malam dan berkeliling kawasan Balitbun Sembawa menggunakan sepeda motor. Ketika melewati pinggiran perkebunan, ia melihat sesosok tubuh yang telentang dan tak bergerak.
Saat mendekat, Feriansyah kaget melihat tubuh pria asing dengan wajah berlumuran darah dan diperkirakan sudah tidak bernyawa lagi. Ia langsung menghubungi Polres Banyuasin dan mengabarkan kepada warga sekitar.
Tak lama kemudian, petugas langsung mendatangi lokasi kejadian dan membawa jenazah ke Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Palembang.
Menurut Kapolres Banyuasin, AKBP Andri Sumardani, selain tubuh korban dianiaya menggunakan senjata tajam, beberapa barang pribadi korban juga dicuri, seperti satu unit mobil Toyota Avanza berwarna abu dengan pelat polisi BG 1103 QZ, tiga unit telepon genggam dan dompet.
Dari identifikasi luka di tubuh korban, diduga saat perampokan korban berusaha melawan. Namun pelaku menjerat leher korban menggunakan kawat sling hingga meninggal.
"Selain di leher, ada beberapa luka seperti di mulut dan tangan. Mungkin ini karena korban berusaha melawan pelaku. Iya sudah (mengantongi identitas terduga pelaku)," ujarnya.
Saat ditemukan, korban memakai baju kaos hitam, celana pendek, jam tangan di pergelangan tangan kiri dan ikat pinggang. Di lehernya juga masih melingkar kawat sling yang berdiameter sekitar 2 mm.
Sebelum terbunuh, Edward yang bekerja di jasa taksi online ini mendapatkan pesanan antar penumpang dari Jalan Sudirman Palembang menuju Sembawa, Banyuasin pada Senin siang.
Dari aplikasi taksi online, pemesan bernama Rohman yang minta dijembut di Jalan Sudirman No.1072, m Sungai Pangeran, Ilir Timur 1 Palembang. Tarif jasa antar yang dibebankan ke pemesan sebesar Rp 213.000.
Namun sejak berangkat mengantar pelanggannya hingga keesokan harinya, tidak ada kabar dari Edward.
Advertisement
Baru Kerja Sehari
Pada Selasa pagi, kendaraan milik korban ditemukan di semak-semak di kawasan Jalan Kolonel Dhani Efendi, Lorong Bersama RT 14 RW 05, Kelurahan Talang Betutu, Kecamatan Sukarame Palembang.
Letak mobil korban tak jauh dari pagar belakang kawasan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang. Kondisi mobilnya ditemukan dalam keadaan kehabisan bensin.
Mobil, pertama kali ditemukan sekitar pukul 06.00 WIB oleh Ida (37), warga sekitar. Ida dan suaminya Margono (54) mengira mobil tersebut punya seseorang yang ingin melihat tanah di kawasan tersebut.
Karena merasa curiga, Ida dan suaminya menghubungi Polresta Palembang dan melaporkan penemuan mobil tersebut. Tak lama kemudian, pihak polisi datang dan langsung memasang garis polisi di TKP.
"Memang banyak yang sering datang ke sini melihat-lihat tanah. Kami kira mau beli atau jual tanah. Tapi lama-lama ditunggu tapi tidak ada orangnya, kami langsung takut dan lapor polisi," ungkapnya.
Tak lama kemudian petugas kepolisian langsung datang dan mengamankan mobil yang ternyata memang benar milik korban. Saat diperiksa, ditemukan bercak darah di dalam mobil, tepatnya di kursi tengah sebelah kanan.
Jenazah korban yang sudah dibawa ke RS Bhayangkara Palembang langsung bisa diidentifikasi identitasnya. Selasa siang, keluarga korban langsung datang dan memastikan bahwa korban pembunuhan tersebut adalah anggota keluarganya.
Saat diperiksa, ternyata korban benar bernama Edward Limba. Tak ayal, Rosalina dan keluarga lainnya langsung menangis histeris.
Fitri (37), kerabat korban mengatakan bahwa Edward baru mencari peruntungan sebagai pengemudi taksi online beberapa hari lalu.
"Saat kejadian, dia baru pertama kali gabung dan mendapatkan pelanggan. Karena Edward tak kunjung pulang, istrinya gelisah, sampai mencari-cari ke seputaran kota Palembang menggunakan sepeda motor," katanya.
Pagi harinya mereka baru mendapatkan kabar bahwa suami Rosalina sudah meninggal dunia. Keluarga korban juga terlihat syok atas kabar tersebut.
Baca Juga
Deretan Bisnis Sri Meilina, Ibu Mahasiswi yang Picu Penganiayaan Dokter Koas Unsri di Palembang
Kejanggalan Kasus Penganiayaan Dokter Koas Unsri di Palembang, Sopir Honorer BPJN hingga Dugaan Pelat Mobil Palsu
Hanya Diam Lihat Adik Ipar Meregang Nyawa, Tersangka Peracik Jamu Beracun di Palembang Kabur ke Lampung