Tukang Becak Naik Haji Setelah Menabung 20 Tahun

Secara materi, kakek 79 tahun asal Madura ini jauh dari kesan mampu. Namun, dia bisa berangkat haji.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 24 Agu 2017, 06:44 WIB
Tukang becak naik haji. (Liputan6.com/Taufiqurrohman)

Liputan6.com, Jakarta Haji adalah panggilan. Demikian pesan bijak yang sering didengar. Maka, mereka yang berhaji diidentifikasi sebagai orang yang mendapat panggilan.

Haji diwajibkan bagi yang mampu. Namun, kemampuan tidak selalu identik dengan kekayaan materi. Karena, berapa banyak orang yang mampu secara materi tidak kunjung berhaji.  Sebaliknya, ada juga orang yang tidak mampu secara materi, mendapat panggilan untuk menunaikan ibadah haji.

Salah satunya adalah Maksum Sapii Bunet bin Wahab. Secara materi, kakek 79 tahun asal Madura ini jauh dari kesan mampu. Maklum, profesinya adalah tukang becak dengan penghasilan harian yang tidak menentu. Adakalanya sampai Rp 50 ribu, namun tidak jarang juga jauh dari angka itu.

Kondisi ini tidak menyurutkan niatnya untuk berhaji. Pelajaran rukun iman yang didapatnya sewaktu kecil, menjadi pondasi dasar akan keyakinannya untuk menunaikan rukun Islam kelima ini.

"Saya dulu ngaji arkanul iman (rukun iman). Satu, harus percaya kepada Allah, baik dan buruknya takdir Allah," kata Maksum saat ditemui di hotel 605 tempatnya menginap, yang berada di wilayah Syisyah, Mekah, Rabu 23 Agustus 2017.

Ia pun mengaku tak pernah meragukan fitman Allah dalam Alquran, yakni jika Allah menghendaki apapun akan bisa terwujud.

"Kedua, saya meyakini pesan ayat Surat Yasin, Innama amruhu idza arada syaian an yaquula lahu kun fayakun. Kalau Allah menghendaki, tidak ada yang bisa menghalangi. Saya percaya itu," ujar dia.

Jika semuanya sudah dipasrahkan kepada Allah, Maksum menambahkan, maka semua hal akan terssa mudah.

"Jadi kuncinya percaya kepada Allah, lalu berusaha sambil meminta. Kalau Allah mentakdirkan, saya yakin. Kalau Allah menghendaki, saya akan berangkat," ucap dia.


Percaya Kekuasaan Allah

Ia berpesan, kepercayaan akan kekuasaan Allah adalah pondasi utama. Selanjutnya, Maksum berusaha untuk mewujudkan niatnya berhaji di Baitullah.

Dengan becak, Maksum mencari nafkah untuk dirinya yang kini sudah tidak lagi direpoti anak-anaknya. Enam dari empat belas keturunannya yang masih hidup sudah mempunyai kehidupan sendiri-sendiri. Maka, jika masih ada sisa dari hasil menarik becak, Maksum mengumpulkannya sampai 20 tahun hingga dia bisa mendaftar haji pada 2010 lalu.

"Saya nabung sedikit demi sedikit. Sebab, pendapatannya tidak tentu, kadang dapat Rp 50 ribu, kadang kurang. Saya narik becak di Pasar Atum Surabaya. Tiap hari. Tapi kalau nabungnya tidak tentu," kenang dia.

Setelah menunggu selama tujuh tahun, Maksum bisa berangkat haji tahun ini. Tergabung dalam kloter 6 Embarkasi Surabaya (SUB 06), dia mengaku bahagia dan kaget bisa memenuhi panggilan Allah, sesuai yang dicitakannya sejak lama.

"Alhamdulillah, sampai di sini juga. Saya merasa kagum dan kaget," tuturnya dalam Bahasa Jawa.

Maksum mengaku sampai sekarang masih menarik becak, meski usianya sudah mulai senja. Sepulang haji, dia juga mengaku ingin terus menarik becak, karena profesi itu yang selama ini ia jalani.

"Setelah haji, tetap narik becak. Kalau masih kuat kerja, masih pengen terus agar tidak merepotkan anak. Kita ke sini kehendak Allah. Kalau Allah tidak menghendaki ya tidak bisa," tutup Maksum.

 

Saksiksan video menarik di bawah ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya