Liputan6.com, New York - Harga emas naik seiring dolar Amerika Serikat (AS) dan wall street yang tertekan. Harga emas untuk pengiriman Desember naik US$ 3,7 atau 0,3 persen ke level US$ 1.294,70 per ounce usai melemah 0,4 persen. Sebelumnya harga emas sempat berada di level tertinggi US$ 1.296,70 pada awal pekan ini. Harga emas itu termasuk di level tertinggi sejak awal Juni.
Pergerakan indeks dolar AS membayangi harga emas. Indeks dolar AS turun 0,4 persen. Tekanan indeks dolar AS juga diikuti dengan bursa saham AS yang tertekan. Adapunn bursa saham AS atau wall street yang merosot membuat emas lebih menarik. Ini dapat mengangkat harga emas.
Pada awal perdagangan dolar AS sempat menguat dan harga emas tertekan di kisaran sempit. Ini seiring sentimen pemerintahan AS di bawah kepemimpinan Donald Trump membuat kemajuan untuk reformasi pajak sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga
Advertisement
Namun momentum tersebut melambat seiring Donald Trump siap untuk menutup pemerintahan. Langkah ini agar mendapatkan pendanaan untuk membangun tembok perbatasan dengan Meksiko.
Selain itu, pelaku pasar juga hati-hati jelang pertemuan bank sentral di Jackson Hole. Pasar akan mencari petunjuk soal perubahan kebijakan moneter bank sentral terutama AS dan Eropa.
Tingkat suku bunga lebih tinggi cenderung mendorong dolar AS. Selain itu mengurangi permintaan emas. "Pasar akan melihat lebih banyak aksi lagi pada Jumat. Ketika kita akan mendapatkan pidato "duel" dari Draghi dan Yellen," ujar Edward Meir, Konsultan INTL FCStone seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (24/8/2017).
Ia menuturkan, harga emas akan bergerak lebih tinggi jika kedua bankir tersebut menyatakan pandangan lebih lembut. Ini lantaran kekhawatiran inflasi yang melambat.
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini: