Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia menguat pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Hal itu mengabaikan risiko pasar keuangan usai Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam menghentikan pemerintahan.
Pada perdagangan saham Kamis, (24/8/2017), indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,15 persen. Indeks saham Jepang Nikkei melemah 0,25 pesen usai yen menguat. Indeks saham Jepang Topix tergelincir 0,1 persen. Diikuti indeks saham Australia melemah 0,3 persen. Sedangkan indeks saham Korea Selatan Kospi naik 0,2 persen. Bursa saham Hong Kong pun kembali buka usai terjadi badai Hato.
Pergerakan bursa saham Asia ini berlawanan dengan bursa saham Amerika Serikat. Indeks saham S&P 500 turun 0,3 persen. Indeks saham Dow Jones merosot 0,4 persen.
Baca Juga
Advertisement
Tekanan itu terjadi usai Trump akan menghentikan pemerintahan untuk menjaga keamanan pendanaan pembangunan tembok di perbatasan Meksiko.Komentar ini terjadi jelang masa tenggat waktu untuk menaikkan batas plafon utang Amerika Serikat.
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:
Pasar Uang
Sementara itu, di pasar uang, dolar Amerika Serikat juga melemah terbatas. Namun indeks dolar AS cenderung stabil. Dolar AS sedikit berubah di kisaran 108,98 terhadap yen.
"Trump menggunakan salah satu triknya untuk mendapatkan apa yang diinginkan, dan kelihatannya tidak peduli terhadap konsekuensi penghentian sementara pemerintahan terhadpa ekonomi. Apa yang menjadi fokus Trump yaitu bangun tembok seperti yang dijanjikan pada masa kampanye," jelas Naeem Aslam, Chief Market Analsyt Think Markets, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (24/8/2017).
Selain itu, pelaku pasar juga fokus terhadap pertemuan bank sentral di Jackson Hole, Wyoming. Pimpinan the Federal Reserve Janet Yellen dan Pimpinan Bank Sentral Eropa Mari Draghi akan memberikan pidatonya.
Di pasar komoditas, harga minyak cenderung stabil. Harga minyak Amerika Serikat sedikit berubah di kisaran US$ 48,39 per barel usai naik 2,2 persen. Harga minyak Brent di kisaran US$ 52,59. Harga emas berada di posisi US$ 1.289,69 per ounce.
Advertisement