Tugu Yogya Bersolek dan Makna Magis di Baliknya

Tugu Yogya menjadi salah satu ikon Kota Yogyakarta, sehingga penampilan tugu terus diperhatikan.

oleh Yanuar H diperbarui 24 Agu 2017, 19:00 WIB
Petugas sedang merawat dan memperbaiki beberapa bagian Tugu Yogyakarta. (Liputan6.com/Yanuar H)

Liputan6.com, Yogyakarta - Tugu Yogya menjadi salah satu ikon Kota Yogyakarta. Tak mengherankan, bila penampilan Tugu Yogyakarta terus diperhatikan.

Kepala Seksi Perlindungan dan Pengembangan Balai Pelestarian Warisan Budaya dan Cagar Budaya (BPWBCB) Yogyakarta, Agus Suwarto (47), mengatakan perawatan Tugu Yogya dilakukan karena ada beberapa bagian yang mengelupas, sehingga perlu dicat.

"Jadi, tugu mengelupas ada beberapa bagian, yang bagian selatan cuma pengecatan, tapi kan juga dikerok kurang lebih dua minggu," ucap dia melalui sambungan telepon, Rabu, 23 Agustus 2017.

Tak hanya itu, beberapa bagian lain dari tugu juga mendapatkan perawatan seperti lampu dan taman. Agus menjelaskan, lampu yang menerangi Tugu Yogyakarta juga perlu diganti. Sebab, ada lampu yang mati ditambah mengganti pagar di sisi bawah Tugu Yogyakarta yang juga bengkok karena padatnya pengunjung.

Selain itu, pihaknya juga merawat diorama tugu yang juga mengalami kerusakan di beberapa bagian. Menurut Agus, petugas harus pula mengecat dan mengganti lampu.

Adapun diorama itu menjelaskan sumbu filosofi mulai dari Gunung Merapi, Tugu Yogya, Keraton Ngayogyakarta Hadinigrat, panggung Krapyak hingga Laut Selatan atau Laut Kidul. Dengan demikian, bakal ada penambahan penjelasan terkait sumbu filosofi di diorama tugu itu, baik berbahasa Indonesia maupun Inggris.  

"Diorama di bawahnya ada papan informasi yang rusak mulai memudar mulai diganti," ujar dia.

Sementara, tempat informasi yang ada kertas dan aklirik, diganti sekrup pada copot mau diganti. "Atas lampu juga diganti. Bagian atas cat ulang," katanya.

Agus menambahkan, perawatan juga akan diadakan di panggung Krapyak hingga awal November nanti. Sebab di panggung Krapyak juga mengalami rusak di beberapa bagian. Khususnya di bagian selatan ditambah matinya lampu di panggung Krapyak.

"Pengaman besi pada ketabarak mobil. Ini mumpung belum hujan. Juga karena aliran dana baru Agustus-September ini," ujarnya.

Menurut dia, biaya perawatan di beberapa bagian Tugu Yogya tersebut diambil dari Dana Keistimewaan (Danais). Danais itu bisa digunakan untuk perawatan dan memelihara penanda keistimewaan Yogyakarta. Dana yang dianggarkan mencapai Rp 195 juta.

"Tugu Yogya itu roboh karena gempa (abad 19 Masehi). Walaupun tidak sesuai asli, sudah masuk cagar budaya," ujarnya.


Makna Magis Tugu Yogya

Puluhan seniman Yogyakarta yang tergabung dalam Komunitas Surjan menggelar happening art Gatotkaca Lahir di Tugu Yogya. (Liputan6.com/Yanuar H)

Berdasarkan informasi yang dihimpun Liputan6.com, Tugu Yogyakarta adalah sebuah monumen yang kerap dipakai sebagai simbol atau lambang dari Kota Yogyakarta. Tugu ini dibangun oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda setelah tugu sebelumnya runtuh akibat gempa yang terjadi sekitar abad 19 Masehi.

Tugu yang sebelumnya bernama Tugu Golong Gilig atau Tugu Pal Putih dibangun pada 1755 oleh Sultan Hamengku Buwono I, pendiri Keraton Yogyakarta. Tugu yang berlokasi di perempatan Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Margo Utomo ini, memiliki nilai simbolis dan merupakan garis bersifat magis menghubungkan Laut Selatan, Keraton Yogyakarta, dan Gunung Merapi.

Bila memandang dari Keraton Yogya ke arah utara, maka akan terbentuk garis lurus antara Jalan Malioboro, Jalan Margo Utomo, tugu ini, dan Jalan A.M. Sangadji akan membentuk satu garis lurus persis dengan arah ke puncak Gunung Merapi.

Konon, saat bermeditasi, Sultan HB I pada waktu itu menggunakan tugu tersebut sebagai patokan arah menghadap puncak Gunung Merapi.

Kini, tugu tersebut menjadi salah satu objek pariwisata Yogya, dan sering dikenal dengan istilah Tugu Pal Putih, meski kata "pal" juga berarti tugu. Selain itu, warna cat yang digunakan sejak dahulu adalah putih.

Tugu Yogyakarta juga secara tegas menggambarkan Manunggaling Kawula Gusti, semangat persatuan rakyat dan penguasa untuk melawan penjajahan. Semangat persatuan atau yang disebut golong gilig itu tergambar jelas pada bangunan tugu, tiangnya berbentuk gilig (silinder) dan puncaknya berbentuk golong (bulat), hingga akhirnya dinamakan Tugu Golong Gilig.


Tugu Batas Kota Yogya Dibongkar

Pembongkaran Tugu Batas Kota Yogyakarta (Ist)

Berbeda dengan Tugu Yogya, tugu batas Kota Yogyakarta yang berada di Jalan Laksda Adisucipto, justru dibongkar, pada Selasa, 8 Agustus 2017. Pembongkaran itu terkait dengan antisipasi roboh karena terjangan angin kencang.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Yogyakarta, Agus Tri Haryono menjelaskan, struktur konstruksi tugu batas Kota Yogyakarta mengalami banyak kerusakan.

"Sekitar 60 persen bangunan mengalami defleksi dan melebihi batas aman terjangan angin," ucap dia, dilansir Antara.

Pasalnya, tugu yang menjadi batas Kota Sleman dengan Kota Yogyakarta itu telah berumur lebih dari 10 tahun. Pihaknya akan segera mengganti tugu batas kota yang baru dengan konstruksi yang lebih baik.

"Tugu penanda batas Kota Yogyakarta akan diganti dengan yang baru, sekaligus memperbaiki model konstruksi agar tidak membahayakan masyarakat," ia mengungkapkan.

Pembongkaran tugu batas Kota Yogyakarta berlangsung mulai Selasa dini hari dan rampung sekitar pukul 12.00 WIB. Untuk itu, Agus meminta maaf kepada pengguna jalan jika terjadi kemacetan lalu lintas.

Penutupan jalan, kata Agus, karena pembongkaran sisi melengkung tugu, membutuhkan waktu yang cukup lama. Selain itu, seluruh bagian tugu batas kota itu akan langsung diangkat, sehingga sangat berbahaya jika ada kendaraan yang melintas di bawahnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya