SEA Games 2017, Awal Bangkitnya Senam Indonesia

Di awal kebangkitannya, Ilya mengakui Persani mengalami kesulitan pendanaan.

oleh Adyaksa Vidi diperbarui 24 Agu 2017, 19:45 WIB
Pesenam putri Rifda Irfanaluthfi usai berlaga pada nomor senam lantai di SEA GAMES 2017 Kuala Lumpur, Rabu (23/8). Rifda meraih perunggu di nomor senam lantai dan medali emas ke-13 untuk Indonesia di nomor balok keseimbangan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Tangerang - Atlet senam Indonesia sukses meraih prestasi menawan di ajang SEA Games 2017, Kuala Lumpur, Malaysia. Ini jadi kebangkitan cabang senam Indonesia setelah mati suri selama 10 tahun.

"Persani (Persatuan Senam Indonesia) ini sudah mati suri selama 10 tahun, tidak ada yang mengurus. Nah, dua tahun terakhir ini kita gerakan kembali," tutur Ketua Persani, Ilya Avianti saat ditemui di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta (Soetta) Kota Tangerang, dalam penyambutan atlet senam SEA Games 2017, Kamis (24/8/2017).

Di awal kebangkitannya, Ilya mengakui Persani mengalami kesulitan pendanaan. Tempat berlatih pun tidak punya, alat yang dibutuhkan pun sangatlah minim. Maka tak heran bila para atlet ini berlatihnya pun berpencar di berbagai daerah di Indonesia.

Hingga sampai akhirnya sebelum SEA Games, mereka masuk karantina atlet senam di Doha, Qatar. "Kami kirimkan atlet putra 7 orang, putri 4 orang dan pelatihnya 3 orang," ujar Ilya.

Karantina pun membuahkan hasil, dari SEA Games, mereka membawa pulang 7 medali untuk Indonesia. Yakni 1 medali emas, 2 medali perak dan 4 medali perunggu.

Dengan pencapaian ini, Ilya berharap atlet senam Indonesia harus mendapatkan pelatihan rutin minimal enam bulan. Hal ini dilakukan untuk penyempurnaan gerakan.

"Target dari Satlak Prima untuk senam di SEA Games adalah hanya 1 perak, dan kita sudah bisa menyumbang 7 medali," tutur Ilya.

Ketua Umum PB Persani, Ilya Avianti (tengah) menyambut kedatangan atlet senam Indonesia yang baru tiba dari SEA Games di Bandara Soetta, Kamis (24/8)

Dan itu persiapannya bukan 6 bulan, melainkan hanya dalam waktu relatif empat bulan saja, termasuk try out di Doha, satu bulan. Dengan demikian, Persani sangat mengharapkan adanya perhatian dari Pemerintah untuk memberikan fasilitas pelatihan bagi atlet.

Termasuk kesempatan try out mengikuti pertandingan, minimal dua kali pertandingan. "Sama seperti cabang olah raga lain, berikan kami fasilitas penunjang," katanya.

Selain itu, Ilya juga berharap, pemerintah bisa membantu mereka mendatangkan pelatih asing, minimal untuk jangka waktu enam bulan. Begitu juga dengan fasilitas hall senam untuk Pelatnas.

(Pramita Tristiawati)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya