Liputan6.com, Jakarta - Penerapan sistem ganjil-genap di jalan tol Jakarta-Cikampek masih menjadi wacana. Penerapan ini juga masih jadi perbincangan yang menimbulkan pro dan kontra.
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono mengatakan, secara teknis sistem ganjil-genap tidak akan melakukan penyetopan kendaraan di dalam jalan tol, tetapi dilakukan sebelum memasuki pintu masuk.
Advertisement
"Bukan nyegat kendaraan itu di dalam tol, itu tidak boleh. Tapi kita nyegatnya di sebelum pintu masuk," kata Bambang di Kemenhub, Jakarta Pusat, Kamis 24 Agustus 2017.
Menurut dia, sistem tersebut mirip dengan ramp metering atau meteran jalan yang dipasang pada jalur masuk untuk mengendalikan frekuensi kendaraan yang melintas secara otomatis.
"Harus langsung tutup otomatis kira-kira gitu. Yang kita batasi itu di pintu masuk yang tinggi seperti Bekasi Barat," ujar Bambang.
Bambang juga menyatakan alternatif lainnya dalam mengurangi kemacetan yang ada. Seperti dalam pengaturan perjalanan truk atau pembawaan barang berat di jalan tol.
"Misal dalam jam sibuk, seperti pukul 06.00 WIB hingga 09.00 WIB dilarang melintas di tol-tol tertentu sepanjang Jakarta-Cikampek," kata Bambang.
Tak hanya itu, dia juga mengatakan terdapat alternatif lainnya, seperti penggunaan bahu jalan tol untuk angkutan. Padahal sebelumnya, jalur itu sebagai jalur darurat seperti ambulans ataupun pemadam kebakaran.
"Nanti itu nunggu hasil evaluasi kapan itu oleh Menteri Perhubungan," jelas Bambang.
Pengaturan Truk
Direktur Operasional II PT Jasa Marga (Persero) Subakti Syukur menilai, penerapan kebijakan ganjil genap di ruas tol Jakarta-Cikampek kurang tepat untuk mengurangi kemacetan. Sebab, selama ini yang membuat jalan tol adalah keberadaan truk yang melintas di tol tersebut.
"Kita inginnya pembatasan kendaraan berat seperti truk itu saja di jam-jam tertentu saat arus padat, misalnya saat weekend atau seperti arus mudik itu," ujar Subakti di Kantor Kementerian Perhubungan, Kamis 24 Agustus 2017.
Dia mengatakan, kendaraan berat menjadi alasan kemacetan tol Jakarta-Cikampek bisa dibuktikan dengan data yang dikumpulkan Jasa Marga.
Menurut dia, saat pelaksanaan pembatasan kendaraan berat pada momen arus mudik, jumlah kendaraan yang melintas tol Jakarta-Cikampek mencapai 120 ribu kendaraan. Dengan jumlah kendaraan yang cukup banyak itu, tol Jakarta-Cikampek tetap lancar.
Sementara jika dibandingkan trafik harian tol Jakarta-Cikampek hanya sekitar 70 ribu kendaraan. Dengan jumlah yang sedikit, tol Jakarta-Cikampek justru lebih macet.
"Yang lebih parah lagi truk itu sering mogok. Kedua, dia jalannya lambat, overload lagi," tegas dia.
Saksikan video menarik di bawah ini:
Advertisement