Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) raih fasilitas pinjaman US$ 500 juta. Pinjaman itu akan digunakan untuk ekspansi bisnis.
Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (25/8/2017), BNI telah menandatangani facility agreement atas fasilitas pinjaman US$ 500 juta dengan konsorsium yang terdiri dari enam bank global pada 22 Agustus 2017. Pinjaman itu bertenor lima tahun.
"Pencairan fasilitas pinjaman tersebut (drawdown) direncanakan dilakukan pada 30 Agustus 2017 melalui BNI KCLN London," ujar Sekretaris Perusahaan BNI Kiryanto.
Baca Juga
Advertisement
Ia menuturkan, pinjaman itu dengan persyaratan clean basis (tanpa jaminan). Dana pinjaman akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan cashflow valas BNI dan ekspansi bisnis.
"Besarnya nominal pinjaman dengan jangka waktu relatif panjang, tingkat suku bunga pinjaman yang rendah, dan persyaratan tanpa jaminan menunjukkan kepercayaan counterpart yang tinggi terhadap BNI," jelas dia.
Pada perdagangan saham sesi pertama Jumat pekan ini, saham PT Bank Negara Indonesia Tbk turun 0,34 persen ke level 7.400. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 700 kali dengan nilai transaksi Rp 5,4 miliar.
BNI Raup Laba Rp 6,41 Triliun
Sebelumnya, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) membukukan laba Rp 6,41 triliun pada semester I 2017 atau naik 46,7 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya. Laba BNI semester I 2016 tercatat Rp 4,37 triliun.
Peningkatan laba tersebut ditopang oleh pertumbuhan kredit yang signifikan, di mana kredit perseroan naik 15,4 persen atau mencapai Rp 412,18 triliun. Pertumbuhan kredit hampir mencapai dua kali lipat dari pertumbuhan kredit industri perbankan pada Mei 2017 yang tercatat 8,7 persen.
Dari pencapaian kredit, sebanyak Rp 296,1 triliun atau 71,8 persen disalurkan ke segmen bisnis, Rp 67,1 triliun atau 16,3 persen ke segmen konsumer. Sisanya 11,9 persen disalurkan melalui kantor cabang luar negeri dan perusahaan anak.
Direktur Keuangan dan Risiko Kredit BNI Rico Budidarmo mengatakan, pertumbuhan kredit ditopang oleh realisasi business banking pada semua segmen. Penyaluran kredit ke debitur usaha korporasi dan BUMN melaju cepat seiring menggeliatkan proyek infrastruktur dan pertanian.
"Kredit yang tersalurkan pada proyek infrastruktur terfokus pada proyek jalan tol khususnya di Pulau Jawa yang dilaksanakan oleh BUMN. Adapun kredit yang tersalurkan ke sektor pertanian terfokus pada pengembangan perkebunan oleh perusahaan-perusahaan nasional yang memiliki jaringan internasional," kata dia.
Dana pihak ketiga (DPK), pada semester I 2017 mencapai Rp 463,86 triliun. Porsi dana murah (CASA) mencapai 60,9 persen.
Lebih lanjut, pendapatan bunga bersih (NII) mencapai Rp 15,40 triliun atau naik 10,7 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya Rp 13,91 triliun. Margin bunga bersih (NIM) 5,6 persen. Lalu, pendapatan nonbunga naik 17,9 persen dari Rp 3,95 triliun menjadi Rp 4,65 triliun.
"Dengan pencapaian indikator-indikator kinerja di atas, BNI mampu mencatat pertumbuhan laba bersih konsolidasian sebesar Rp 6,41 triliun atau tumbuh 46,7 persen," ujar dia.
Advertisement