Liputan6.com, Lombok - Perlambatan ekonomi dan daya beli masyarakat mempengaruhi bisnis PT Bank Mandiri Tbk di segmen komersial dan Usaha Kecil Menengah (UKM). Banting stir,perbankan pelat merah itu, kini fokus menggenjot kredit konsumer, yakni Kredit Pemilikan Rumah (KPR), otomotif, dan kartu kredit.
Direktur Retail Banking Bank Mandiri, Tardi mengungkapkan, pasang surut dalam pertumbuhan ekonomi mempengaruhi kinerja perbankan. Yang paling terkena dampak dari perlambatan ekonomi adalah kredit komersial dan UKM.
"Segmen tengah, yakni pembiayaan komersial dan UKM yang paling kena kalau ekonomi turun karena rentan. Makanya, kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) segmen komersial dan UKM agak berat," kata dia saat acara Media Gathering di Lombok, Jumat (25/8/2017).
Baca Juga
Advertisement
Tak mau terpuruk, Tardi bilang, Bank Mandiri akan mendorong pembiayaan sektor konsumer sebagai sebuah strategi baru. Perusahaan akan mulai membangun kekuatan bisnis di lini tersebut, selain dari kredit korporasi yang sudah menjadi keunggulan Bank Mandiri.
"Kita ambil sikap mendorong di segmen konsumer, karena pertumbuhannya di atas pasar. Selama ini segmen ini tidur, tapi kita akan bangun jadi core kompetensi kita selain dari segmen korporat," Tardi menegaskan.
Hingga kuartal II-2017, pembiayaan Bank Mandiri ke segmen konsumer banking mencapai Rp 91,3 triliun, tumbuh 20,03 persen secara year on year (yoy).
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:
Dongkrak Pembiayaan Sektor Properti
Tardi menjelaskan, perseroan akan meningkatkan pembiayaan ke sektor properti dan kepemilikan kendaraan, serta di sektor kartu kredit. Ketiga sektor tersebut menjadi penopang utama pertumbuhan bisnis konsumer pada tahun ini.
Segmen KPR misalnya, tumbuh 13,82 persen menjadi Rp 31,5 triliun. Sedangkan segmen autoloan tumbuh 24,95 persen menjadi Rp 23,7 triliun, dan kartu kredit tumbuh 9,6 persen menjadi Rp 9,6 triliun.
"Kita ingin menjadikan segmen konsumer ini sebagai sumber pertumbuhan perseroan. Targetnya bisa mengakselerasi pertumbuhan kredit konsumer hingga di atas 20 persen di 2017," kata dia.
Salah satu strategi yang didorong, tambahnya, adalah meningkatkan kolaborasi dengan Bank Mandiri group, termasuk lebih dari 2.600 kantor cabang dan sekitar 3.000 jaringan mikro di seluruh Indonesia.
"Khusus KPR, kita menawarkan program suku bunga 6 persen fix 1 tahun dan 6,5 persen fix 2 tahun di developer tertentu," ucap Tardi.
Sementara untuk segmen auto loan, ia menuturkan, pembiayaan yang dilakukan Mandiri Tunas Finance dan Mandiri Utama Finance akan didukung pola refferal atau pemberian referensi dari jaringan cabang Mandiri serta via jaringan mobile apps.
"Untuk kartu kredit, kita dorong adanya perubahan mindset nasabah dari kartu kredit sebagai alat utang, menjadi alat intermediasi yang bisa memudahkan nasabah dalam bertransaksi," Tardi mengatakan.
Untuk itu, ucap Tardi, pihaknya juga gencar mendorong peningkatan pemanfaatan kartu kredit melalui keterlibatan pada program promo wisata, seperti program travel fair yang diselenggarakan oleh agen perjalanan, perusahaan BUMN ataupun merchant travel online.
"Kartu kredit ada isu kena pajak, tingkat bunga, jadi agak malas pakai kartu kredit. Makanya kita gandeng Traveloka untuk pembelian tiket hotel, pesawat, dan lainnya, bisa bayar pakai debet atau kartu kredit," ujar dia.