Proyek Jembatan Cisadane Bikin Macet, Pengusaha Angkutan Merugi

Tak mau merugi, sebagian pengusaha bahkan meliburkan angkutannya hingga menunggu selesainya pembangunan Jembatan Cisadane.

oleh Achmad Sudarno diperbarui 26 Agu 2017, 09:10 WIB
Kemacetan di jalur Bogor-Sukabumi akibat pembangunan jembatan Cisadane, Jumat (25/8/2017). (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Liputan6.com, Bogor - Kemacetan di jalur Bogor menuju Sukabumi menyesakkan para pengusaha angkutan barang dan sopir angkutan umum. Dampak kemacetan membuat pengusaha angkutan barang dan penumpang diperkirakan merugi hingga Rp 40 miliar.

Tak mau merugi, sebagian pengusaha bahkan meliburkan angkutannya hingga menunggu selesainya pembangunan Jembatan Cisadane di kawasan Cisalopa, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor.

Sekretaris DPD Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jawa Barat, Budi Setiawan, mengatakan kemacetan disebabkan adanya sistem buka tutup di lokasi proyek jembatan. Akibatnya, terjadi antrean panjang, terutama di jam sibuk.

"Otomatis aktivitas angkutan barang juga tertahan," kata Budi di Bogor, Jawa Barat, Jumat (25/8/2017).

Kondisi ini membuat para pengusaha mengaku merugi, karena pasokan barang seperti produk air dalam kemasan, garmen, pertanian dan barang-barang lainnya terganggu.

"Pengusaha rugi karena harus mengeluarkan ongkos operasional lebih besar. Kita menyiasatinya dengan mengurangi jumlah pengiriman hingga 50 persen," ucap Budi.


Saksikan video menarik berikut ini:

 


Efek Domino Kemacetan

Budi memperkirakan setiap 1 bulan pengusaha angkutan kehilangan pendapatan berkisar Rp 30 miliar sampai Rp 40 miliar. "Jika proyek jembatan ini selesai empat bulan kemudian, berapa ratus miliar kerugian mereka," ujar Budi.

Tak hanya itu, sistem buka tutup jalur di lokasi proyek juga membuat efek domino terhadap operasional jasa pengiriman barang.

"Konsumen mungkin paham. Tapi kita harus memenuhi jumlah pengiriman yang tertunda. Yang kita pusing mengejar jadwal pengiriman karena proyek itu baru selesai sekitar empat bulan lagi," ucap Budi.

Karena itu, Aptrindo meminta Kementerian PUPR mencari solusi agar persoalan kemacetan bisa segera ditanggulangi. "Kalau harus menunggu empat bulan itu cukup lama," kata dia.

Sementara Sekjen Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin), Sudarman Bolo, memprediksi bakal terjadi kelangkaan pasokan air minum kemasan di Jabodetabek akibat tersendatnya pengiriman barang dari Sukabumi.

Sebab, mayoritas industri air kemasan yang disuplai ke Jabodetabek berada di wilayah Bogor dan Sukabumi.

"Setiap industri air kemasan berproduksi 24 jam. Produksi ini hanya bisa mencukupi untuk 18 jam per hari (buffer stock). Sementara kebutuhan air kemasan untuk Jakarta 40 persen dari total kebutuhan nasional dan 90 persen diangkut melalui jalur ini," kata Bolo.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya