Jasriadi Saracen Bakal Direkrut Siber Polri?

Jika Jasriadi mau bertobat, maka kepolisian ingin merekrutnya untuk bergabung dengan Direktorat Siber Polri.

oleh Nila Chrisna YulikaAndrie Harianto diperbarui 26 Agu 2017, 10:56 WIB
Tiga tersangka kasus penyebaran ujaran bernada kebencian lewat internet digiring polisi saat rilis di Jakarta, Rabu (23/8). Tiga tersangka masuk dalam satu kelompok. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Polisi telah menangkap Jasriadi alias JAS, ketua jaringan penyebar ujaran kebencian Saracen.

Kasubdit 1 Dit Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, Kombes Pol Irwan Anwar, mengatakan Jasriadi adalah orang yang cerdas dalam menggunakan internet.

"JAS ini cerdas. Otodidak dia ini. Cocoknya masuk siber sebenarnya orang ini," ujar Irwan kepada Liputan6.com, Kamis, 24 Agustus 2017.

Untuk itu, kata Irwan, jika Jasriadi mau bertobat, maka kepolisian ingin merekrutnya bergabung dengan Direktorat Siber Polri.

"Ya, pelan-pelanlah. Nanti kita kan pelajari. Kalau dia insaf ya tarik, kalau dia bandel ya bahayalah ini," tutur Irwan.

Jasriadi sendiri mengaku memiliki kemampuan meretas jaringan media sosial. Dia belajar secara autodidak di internet. Bahkan, dia belajar secara khusus tentang Facebook.

"Jadi tidak ada namanya kita diajari orang, prosesnya panjang sekali. Waktu itu saya mempelajari dasar-dasar Facebook, saya membuka kode source. Kebetulan di bawahnya ada pengembang developer-nya, orang India," kata dia.

"Beliau menjual program dasar-dasar FB (Facebook), saya pelajari dari situ. Saya beli waktu itu pembayarannya pakai Paypal," Jasriadi mengklaim.


Banyak Peretas Direkrut

Mabes Polri sudah banyak merekrut para mantan peretas. Para peretas yang ditangkap dan memiliki kemampuan itu sudah banyak yang diajak membantu kinerja polisi.

"Enggak hapal. Ada banyaklah. Mereka itu kan tertangkap juga tergantung ada yang ngelapor, kan. Nyarinya susah," tutur Kanit III Subdit I Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri AKBP Idam Wasiadi kepada Liputan6.com, Jakarta, Jumat, 7 April 2017.

Hanya saja, Idam enggan menyebutkan jumlah pasti dari peretas yang sudah membantu. Kemampuan mereka tidak hanya digunakan untuk kepolisian, tapi juga instansi pemerintahan lainnya.

"Ya rahasialah (jumlahnya). Itu untuk intelijen. Masa semua dibuka," jelas dia.

Menurut dia, perekrutan yang dimaksud itu tidaklah terkait penggunaan kemampuan yang dimiliki si peretas agar digunakan ke arah yang baik, tapi juga soal pembinaan usai menjalani masa tahanan.

"Ngerekrut ya kita bina, kita arahkan jadi anak baik. Kita rekrut maksudnya ya kalau bisa dimanfaatkan ya enggak apa-apa. Kalau bagus, potensial, daripada ikut yang enggak bener," ujar dia.

"Ya bantu bangsa lah bukan hanya Polri. Kalau sudah dimanfaatkan orang kan banyak yang gelap. Kalau jadi baik, jadi peretas putih kan bagus," ujar Idam.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya