Liputan6.com, Jakarta Andrea Dovizioso membuktikan bahwa dirinya layak dijadikan sebagai kandidat kuat juara dunia MotoGP 2017. Hal itu dibuktikan dengan kemenangan pada MotoGP Inggris 2017 di Sirkuit Silverstone, Minggu (27/8/2017).
Pada balapan MotoGP Inggris, Dovizioso memulai balapan dari posisi keenam. Tapi, perjuangan keras dan ketenangan membawa pembalap Ducati tersebut mampu mengatasi rintangan hingga mencapai garis finis.
Baca Juga
Advertisement
Setelah menyalip Maverick Vinales, ia juga sukses mengasapi pembalap Repsol Honda, Marc Marquez. Puncaknya, pembalap berusia 31 tahun itu mengambil alih balapan usai menyalip Valentino Rossi pada tikungan ketujuh lap ke-18.
Keunggulan itu mampu dipertahankan Dovizioso hingga akhir balapan. Saat menyentuh garis finis, ia hanya unggul 0,114 detik atas Vinales. Itu adalah kemenangan keempat yang diraih pembalap asal Italia tersebut di musim ini.
Kemenangan kali ini membawa Dovizioso merebut puncak klasemen MotoGP dari tangan Marquez. Jadi, tak berlebihan jika publik menjagokan Dovizioso sebagai kandidat juara dunia. Tiga fakta ini pun diyakini menjadi senjata andalan Dovizioso dalam upaya mewujudkan hal tersebut.
1. Revolusi Ducati
Ducati memang tengah sibuk menjalankan proyek serius untuk mengakhiri masa paceklik gelar juara dunia. Seperti diketahui, gelar juara dunia tak lagi pernah didapat Ducati sejak kesuksesan Casey Stoner pada 2007.
Salah satu proyek mereka adalah menciptakan sesuatu pengganti fungsi winglet (sayap) yang dilarang musim ini. Terkait hal itu, mereka mencoba memaksimalkan manfaatkan fairing yang baru saja dicoba sejak MotoGP Republik Ceko.
Fairing baru pada Desmosedici GP17 mencoba memanfaatkan downforce (efek gaya tekan ke bawah) pada motor. Manfaatnya, motor tak akan banyak bergerak saat melaju dengan kecepatan tinggi, terlebih di lintasan lurus.
Kebetulan, kecepatan adalah salah satu keunggulan Ducati dari motor-motor pabrikan lain. Meski belum maksimal pada MotoGP Ceko, kini Dovizioso sudah bisa merasakan dampak positifnya menyusul kemenangan di Austria dan Inggris.
Advertisement
2. Pahami Karakter Desmosedici
Empat setengah musim memperkuat Ducati adalah waktu yang cukup bagi Dovizioso untuk memahami karakter motor Desmosedici. Ia tahu betul bagaimana memaksimalkan kekuatan dan meminimalisir kelemahan motornya di lintasan.
Seperti yang terjadi pada MotoGP Inggris, faktanya ia tak terlalu ngotor merangsek ke posisi terdepan sejak awal balapan. Ia justru lebih memilih menganalisa situasi dan menunggu untuk menyerang di saat yang tepat.
Meski fairing baru membuat kecepatan Ducati menurun, terbukti Dovizioso mampu menghilangkan kelemahan tersebut. Secara perlahan ia mampu mendekati Rossi hingga menyalipnya dua lap jelang balapan berakhir.
"Semua orang menyelamatkan ban untuk sebagian besar putaran. Intensitas yang ditunjukkan setiap pembalap dalam perlombaan benar-benar berbeda. Saya sangat pandai dalam memahami situasi," kata Dovizioso seperti dilansir Crash.
3. Kehadiran Lorenzo
Sejatinya, Lorenzo yang diharapkan mampu mengharumkan nama Ducati di MotoGP musim ini. Maklum, ia adalah pembalap sarat pengalaman dengan segudang prestasi. Tiga gelar juara dunia MotoGP adalah bukti kehebatan pria asal Spanyol tersebut.
Faktanya, pembalap yang lebih sering menyumbang hasil positif adalah Dovizioso. Tercatat, sudah empat kemenangan dipersembahkan pembalap Italia itu. Jika dibandingkan dengan Lorenzo, rapor Dovizioso jelas seperti langit dan bumi.
Bukan tak mungkin melesatnya rapor Dovizioso karena dirinya lebih bersemangat dengan kedatangan Lorenzo. Tentu ia ingin membuktikan bahwa dirinya jauh lebih baik dari X-Fuera.
Sejauh ini, motivasi tersebut cukup berhasil. Ducati pun tentu tak menyesal lebih memilih mempertahankan Dovizioso ketimbang Andrea Iannone.
Advertisement