Liputan6.com, Yogyakarta Sejumlah desainer Jogja memamerkan 40 busana sarung di trotoar Jalan Margo Utomo, tepatnya di depan Hotel 101 Yogyakarta dalam "Fashion on The Pedestrian - Urban Sarong", Kamis (24/8/2017). Indonesian Fashion Chamber (IFC) Chapter Yogyakarta sebagai pemrakarsa pergelaran busana sengaja mengangkat tema sarung seiring dengan ditetapkannya Agustus sebagai Bulan Sarong oleh IFC.
Desainer yang terlibat dalam perhelatan ini, meliputi, Afif Syakur, Lia Mustafa, Philip Iswardono, Amin Hendra Wijaya, Dewi Roesdji, Hendri Budiman, Dany Paraswati, Lanny, Novi, dan Lian. Mereka menghadirkan beragam gaya sarung yang bisa dikenakan oleh anak muda sebagai pakaian sehari-hari.
Advertisement
Lia Mustafa, misalnya, mengusung tema Merajut Batik. Ia memadukan batik cap dan tulis dengan motif tribal pada rajutan. Kombinasi gaya konservatif dan modern tertuang dalam sejumlah busana atasan dan bawahan.
"Ditetapkannya Bulan Sarong sebagai upaya mengglobalkan sarung di kancah nasional dan internasional," ujar Lia Mustafa, Ketua IFC Chapter Yogyakarta.
Ia mengatakan Bulan Sarong tidak bisa dilepaskan dari gerakan Sarong is My New Denim. Artinya, sarung menjadi bagian dari busana sehari-hari dan tampil lebih kontemporer, tidak hanya untuk acara adat, melainkan juga untuk bekerja dan pergi ke mal.
Tampil Gaya dengan Sarung
"Selain mengangkat sarung sebagai kain tradisional Indonesia, juga mengajak perajin membuat sarung karena lebih efisien dan cepat menghasilkan secara ekonomi," kata Lia.
Philip Iswardono memaparkan cara penerapan kain sarung sebagai busana sangat fleksibel. Semua jenis kain bisa dikenakan sebagai sarung.
"Teknik silinder, lembaran, semua bisa dikreasikan apapun, supaya terlihat kekinian," ujarnya.
Ia mencontohkan, selembar sarung bisa digunakan dengan cara seperti memakai jarik atau dibuat model celana. Ornamen seperti sabuk bisa dipasang untuk memperindah tampilan. (Switzy Sabandar)
Simak juga video menarik berikut ini:
Advertisement