Pensiun Dini, Rifki Feriandi Memilih Mendaki Gunung

Mengisi waktu pensiun dengan mendaki merupakan sesuatu hal yang baru. Ini pengalaman Rifki Feriandi mendaki tiga gunung di Indonesia.

oleh Dzulfikar Alala diperbarui 29 Agu 2017, 19:11 WIB
Rifki Feriandi mendaki gunung usai pensiun dini (istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Tidak ada yang menyangka jika kegiatan mendaki gunung menjadi salah satu hobi barunya selepas pensiun dini. Pria yang berjenggot putih tipis ini akhirnya terbujuk rayu salah seorang teman komunitasnya untuk mendaki gunung. Setelah berdiskusi dengan teman komunitas lainnya yang memilik track record pendakian, Rifki merasa yakin dengan kondisi kesehatannya cukup memadai, akhirnya Rifki melakukan pendakian gunung untuk pertama kalinya.

“Awalnya saya juga kurang yakin mas. Lah selama ini tidak punya catatan naik gunung atau melakukan kegiatan luar ruang seperti ini. Tapi karib saya berkata “mendaki gunung itu tidak seberat yang dibayangkan, lho”. Tapi, memang butuh persiapan fisik, ya minimal rajin olahraga seperti jogging” tutur Rifki kepada Liputan6.com, Senin (28/8/2017). Gunung Semeru kemudian menjadi gunung pertama yang Rifki daki.

Dengan mendaki gunung, Rifki merasakan banyak hal. Salah satunya merasakan keagungan Tuhan. Rifki sangat menikmati saat-saat matahari terbit di pagi hari, dengan nuansa warna-warni yang menakjubkan. Termasuk ketika tanpa sengaja kamera ponselnya merekam siluet-siluet pendaki yang terasa dramatis.

Belum lagi ketika hangatnya sinar matahari menerpa kulitnya di ketinggian 3.000 meter di atas permukaan laut, membuat sedikit demi sedikit jaket dan semua yang menghangatkan badan dibuka. Atau merasa berada di "Negeri di Atas Awan", yaitu saat-saat berdiri di tanah berpasir dengan hamparan awan putih bersih berada di bawahnya.

Dan momen yang membuat Rifki meleleh adalah tatkala di kepekatan malam, Rifki bisa dengan tenang berbaring dan melihat taburan bintang mengisi seluruh ufuk langit. Apalagi ditambah awan, bintang atau galaksi juga kelihatan. Pemandangan ini tidak akan bisa ditemui di tempat dimana Rifki tinggal, Pamulang, Tangerang Selatan atau bahkan Jakarta.


Tantangan mendaki gunung saat usia tak muda lagi

Memang ada yang berkata bahwa jika sudah sekali mendaki gunung akan ketagihan. Rifki pun merasakan hal itu.

“Ya nggak tahu Mas. Meski cape daki itu, tapi apa ya. Ada saja rasa kepengen nanjak lagi”. Rifki menuturkan bahwa dirinya tak merasa malu untuk mendaki gunung meskipun sudah tidak muda lagi.

“Orang-orang kan mendaki tuh usia remaja, sekolah atau ya asih muda lah. Tapi, ya gak apa-apa. Kita imbangi saja mas. Agar tidak cedera, ya apa salahnya kita sewa porter. Tujuan kita mendaki kan bukan buat sombong-sombongan dengan keril segede gaban di punggung. Sudah bukan masanya seusia saya, Mas.” tutur Rifki merendah.

Dalam dua pendakian pertama, Semeru dan Rinjani, Rifki menyewa porter untuk membawa separuh beban kerilnya. Sementara untuk pendakian terakhir di Gunung Dempo, Rifki membawa kerilnya sendiri.

Ketika ditanya tentang pengalaman terberat saat mendaki gunung, Rifki menjawab tiap gunung memiliki kesulitannya sendiri. Seperti di Gunung Semeru, kesulitan terberat adalah ketika summit attack, ternyata tanah yang diinjak adalah pasir yang selangkah naik, dua tiga langkah pasir turun.

“Itu beneran capek. Menguji fisik dan mental.” ungkap Rifki.

Kesulitan yang kurang lebih sama juga dijumpai di Gunung Rinjani. Sementara itu di Gunung Dempo, Rifki mengalami masalah terberat ketika menghadapi tanjakan ekstrim dan bahkan vertikal sehingga kita harus menggunakan bantuan tali untuk mendaki.

“Apalagi saya kan termasuk gendut Mas, jadi ya gitu. Beneran menguras tenaga.” tambah Rifki.

Uniknya ternyata Rifki awalnya takut terhadap ketinggian. Namun, justru dengan mendaki gunung, Rifki bisa berkompromi dengan ketakutannya itu. Rifki mengaku masih ada perasaan takut ketika turun gunung. Apalagi jika sudut kemiringannya cukup ekstrem.

Namun halangan dan rintangan itu semua menjadi tak seberapa ketika Rifki berhasil mencapai puncak. Mendaki gunung membuat Rifki menjadi banyak berkontemplasi tentang alam dan kehidupan.


Menemukan kegiatan postif selepas pensiun

“Saat mendaki itu jantung terasa berdegup kencang seperti terdengar oleh telinga kita sendiri. Saat itu biasanya merupakan alarm untuk berhenti dan beristirahat. Bagi saya, mendaki gunung itu tak perlu buru-buru. Perlu persiapan matang namun juga tak harus mengejar waktu. Semua biasa diatur agar mencapai puncak tepat pada waktu yang sudah diperkirakan sebelumnya. Jangan memaksakan diri jika memang tubuh sudah memberikan sinyal-sinyal lelah.” tutur Rifki dengan nada yang penuh semangat.

Biasanya Rifki menghabiskan waktu antara tiga sampai lima hari meninggalkan rumah jika ada pendakian. Alumni Teknik Sipil ITB ini memang memilih untuk mengerjakan hal-hal yang tidak pernah sempat dikerjakan olehnya semasa masih bekerja.

Rifki mungkin alpa bahwa kehidupan di luar kerja ternyata masih banyak yang baru diketahuinya selepas pensiun.

“Namun, saat mendaki saya pun mengoreksi niat. Awalnya sih pengen membuktikan kalau saya bisa. Tapi akhirnya niat saya diubah untuk lebih menikmati perjalanan. Mencapai puncak gunung itu mah bonus. Lagipula tujuan utama seorang pendaki bukankah untuk kembali ke keluarga dengan selamat?” tambahnya.

Kegiatan Rifki selepas pensiun memang berbeda dari orang lain. Rifki memilih untuk mendaki dan melakukan kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Rifki juga aktif sebagai salah satu ketua komunitas blogger di Tangerang Selatan.

Penulis buku “Cara Narsis Bisa Nulis” ini memilih untuk memiliki kegiatan yang tergabung dalam komunitas filantropi, terutama menyebarkan virus menulis di sekolah-sekolah atau perguruan tinggi.

“Tanggung mas, saat mendaki sekalian saja kan kasih sesi berbagi ke sekolah di sana”, jelas Rifki sambil menyebutkan beberapa sekolah dan perguruan tinggi yang pernah dia beri sesi berbagi, baik itu di Sumatera, Jawa atau di Lombok saat mendaki Gunung Rinjani.

Rifki mengaku bahwa dia tidak memiliki target berapa banyak gunung yang akan didaki.

“Mengalir saja lah. Namun, pengen sih tahun depan mendaki gunung tertinggi di Sumatra, Gunung Kerinci." ungkapnya dengan semangat.

Hal menarik lainnya dari pria yang masih mengantar jemput anak bungsunya ini adalah kerap membagikan kesehariannya bersama anaknya di sosial media. Rifki memilih untuk membagikan konten positif dan menjauhi hiruk pikuk politik yang menjemukan. Bahkan halaman instagramnya pun hanya penuh dengan foto-foto saat pendakian.

Pesan tiket pesawat murah kemanapun tujuan Anda hanya di Reservasi.com. Nikmati potongan dan diskon harga tiket pesawat dan reservasi hotel favorit Anda dari manapun juga. Unduh juga Aplikasi Reservasi untuk mendapatkan promo eklusif dari Reservasi.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya