Liputan6.com, Jakarta - Motor bebek pernah jaya di masanya. Sampai kemudian matik perlahan tapi pasti mengeruk pangsa pasar hingga titik tertinggi. Saat ini, sepanjang semester pertama 2017, matik terjual 2,2 juta unit, sementara bebek yang hanya 230 ribuan unit.
Tentu banyak alasan yang dapat dikemukakan mengapa pada akhirnya motor bebek kalah pamor ketimbang matik. Namun satu sisi yang patut dikedepankan adalah dari soal teknis, sebab bagaimanapun ada faktor itu ketika seseorang memilih motor matik.
Untuk itu kita perlu membandingkan bagaimana cara kerja motor bebek dan matik.
Pada dasarnya, di sektor mesin baik matik ataupun manual relatif sama. Untuk menggerakkan piston, dibutuhkan ledakan di ruang bakar. Ledakan ini sendiri berasal dari campuran antara api yang berasal dari busi, bahan bakar, dan udara.
Baca Juga
Advertisement
Namun yang membedakan adalah transmisinya, atau komponen yang bertugas mengaliri tenaga dari mesin ke pengerak akhir, dalam hal ini roda.
Mudahnya, cara kerja transmisi manual adalah menggunakan komponen gear transmisi yang saling terhubung satu sama lain. Pada kondisi netral, tenaga di mesin tidak disalurkan pada poros output karena syncromesh tidak terhubung dengan roda gigi tingkat.
Ketika gigi kecepatan dipindah, atau mudahnya ketika sedang melakukan "oper gigi", maka tenaga mesin mulai mengalir. Gigi percepatan akan "mengunci" dan berputar pada porosnya masing-masing sesuai dengan tingkatannya. Semakin atas, maka kecepatan putaran semakin tinggi, tetapi power akan semakin rendah. Begitupun sebaliknya.
Itu kenapa ketika gigi satu masuk, maka tenaga motor akan maksimal di putaran awal, tetapi dengan batasan kecepatan paling rendah.
Nah, seluruh proses yang berkaitan dengan pemindahan gigi ini tidak ada dalam transmisi matik. Pada motor matik tenaga mesin langsung diteruskan ke drive pulley, V-Belt, driven pulley, unit kopling centrifugal, baru terakhir roda belakang.
V-belt serta pulley, di sini menggantikan seluruh gear pada motor matik. Mereka bisa mengatur secara otomatis perbandingan giginya sesuai dengan output mesin. Perpindahan rasio transmisi terjadi secara otomatis terus menerus seiring dengan kondisi tarikan gas.
Dengan penjelasan ini, maka dapat disimpulkan kalau motor matik memang lebih mudah dikendarai. Tidak perlu pusing-pusing oper gigi --sesuatu yang kerap sulit dilakukan mereka yang baru belajar motor -- tinggal gas, maka motor pun akan jalan.
Simak juga video menarik di bawah ini:
Pernah jaya
Untuk diketahui, motor bebek sempat menguasai hingga 90,8 persen pangsa pasar pada 2004 lalu, sesuatu yang bahkan belum bisa dilakukan motor matik sekarang. Saat itu, motor sport hanya menguasai 8,7 persen. Bahkan matik tak lebih dari 1 persen.
Ketika muncul bebek seperti Kymco dan Nuovo, kedigdayaan matik seperti Supra belum tertandingi. Barulah ketika Mio hadir pada 2007, tanda-tanda "kematian" motor bebek muncul. Ketika itu Mio langsung menarik minat konsumen berkat desainnya yang "murni matik".
Hanya butuh tiga tahun sampai matik benar-benar jadi penantang serius bebek. Tahun 2010, matik akhirnya menembus angka 49,1 persen. Ketika itu posisi sudah sangat tipis dengan bebek yang menguasai 50,8 persen pangsa pasar. Kejadian selanjutnya tentu bisa kita tebak.
Tapi apakah motor matik akan selamanya berjaya? Belum tentu, sebab kalau melihat sejarah, pernah ada juga motor yang begitu berkuasa tetapi toh akhirnya runtuh juga.
Tahun 1980an sampai 1990an adalah era kejayaan motor "ngebul". Beberapa yang patut dicatatkan sebagai motor 2-Tak laris adalah RX King, F1ZR, dan Satria. Sampai kemudian terbit regulasi baru yang mengatur soal emisi gas buang kendaraan bermotor.
Pada tahun 2003, Menteri Negara Lingkungan Hidup mengeluarkan Keputusan Menteri Nomor 141 yang mewajibkan ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor setara dengan standar Euro 2. Keputusan ini mulai diberlakukan pada 2005.
Peraturan ini membuat banyak motor 2-Tak tidak akan memenuhi standar. Sementara bagi industri motor, perlu waktu sekira 2-3 tahun untuk merancang motor dengan gas buang yang lebih rendah, dan itu artinya mau tidak mau mengalihkan produksi dari 2-Tak ke 4-Tak.
Beberapa pabrikan yang terkenal dengan motor 2-Tak nya pun menghentikan produksi motor 2-Tak. Sejak peraturan tersebut dibuat, maka penjualan motor 2-Tak pun mengalami penurunan.
Advertisement