India dan China Sepakat Kurangi Ketegangan di Wilayah Perbatasan

Ketegangan India dan China di wilayah perbatasan Doklam atau Donglang telah berlangsung lebih dari dua bulan.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 28 Agu 2017, 18:13 WIB
Seorang tentara India berjaga-jaga di wilayah perbatasan (AFP)

Liputan6.com, New Delhi - India dan China telah sepakat untuk menarik pasukan mereka dari daerah perbatasan yang disengketakan. Langkah ini diambil setelah ketegangan yang berlangsung lebih dari dua bulan.

Tiongkok mengatakan, New Delhi akan menarik pasukannya sementara Beijing akan "melanjutkan hak kedaulatannya".

Seperti dikutip dari BBC pada Senin (28/8/2017), Kementerian Luar Negeri India mengonfirmasi bahwa pasukannya di Doklam akan ditarik selepas adanya kesepakatan antar kedua negara.

Ketegangan India-China dimulai pada pertengahan Juni ketika Negeri Hindustan mengatakan, pihaknya menentang upaya Tiongkok untuk memperpanjang jalan di dataran tinggi yang dipersengketakan tersebut.

India menyebut wilayah sengketa itu sebagai Doklam, sementara China mengenalinya sebagai Donglang. Kabar tentang deeskalasi ketegangan antar kedua negara ini mencuat sepekan sebelum kunjungan Perdana Menteri India Narendra Modi ke China.

Dataran tinggi yang terletak di tikungan antara China dengan negara bagian Sikkim, India, dan Bhutan tersebut sebenarnya dipersengketan oleh Beijing dan Timphu. Sementara, dalam klaim ini India hanya mendukung klaim Bhutan.

Imbas ketegangan adalah China dan India meningkatkan jumlah pasukan bahkan sampai terlibat dalam beberapa konfrontasi kecil di wilayah tersebut.

Kedua negara juga mendesak satu sama lain untuk mundur. Secara khusus, China memperingatkan soal "konsekuensi serius".

Atul Bhardwaj dari Institute of Chinese Studies di Delhi mengatakan, sebuah kesepakatan adalah satu-satunya alternatif sejak konfrontasi bergulir antara kedua raksasa Asia tersebut. "India membutuhkan pasar dan investasi China," ujar Bhardwaj.

Pria itu menambahkan, menarik untuk melihat dampak keputusan India mengingat New Delhi mengatakan bahwa pihaknya tidak akan mundur.


Bhutan di antara dua kekuatan nuklir dunia

Dipicu sengketa perbatasan, India dan China pernah berperang pada tahun 1962. Peristiwa di masa lampau inilah yang menimbulkan kekhawatiran bahwa pertempuran dapat kembali pecah. Yang lebih menakutkan lagi, keduanya kini dikenal sebagai kekuatan nuklir dunia. Dan di antaranyalah Bhutan terjebak.

Baik India maupun China sama-sama mengincar dominasi atas Bhutan, sebuah negara pegunungan yang berpenduduk sekitar 800.000 jiwa. Namun, sejak beberapa dekade, Bhutan memilih bersekutu dengan India.

Lebih dari setengah abad yang lalu, Bhutan mengawasi dengan hati-hati saat Komunis China mengambil alih kekuasaan dan akhirnya menduduki Tibet. Sementara, India menawarkan bantuan untuk membela diri dan Bhutan menerimanya melalui sebuah perjanjian pada tahun 1949.

Perjanjian tersebut membuat sektor pertahanan Bhutan bergantung pada India. Hingga hari ini, India melatih dan membayar gaji Tentara Kerajaan Bhutan, sementara korps tekniknya membangun dan memelihara jalan-jalan di Bhutan. Jumlah pasti tentara India di Bhutan tidak pasti, namun lazimnya terdapat 300 hingga 400 orang.

Belakangan, Bhutan dikabarkan "tercekik" dengan perlindungan yang diberikan India. Banyak yang berpendapat bahwa India telah menghalangi upaya Bhutan untuk membangun hubungan diplomatik dan memperluas hubungan perdagangan dengan Beijing.

Bagi Bhutan, iming-iming hubungan yang lebih baik dengan China adalah uang melalui sektor perdagangan dan pariwisata -- salah satu industri terbesar di Bhutan.

Warga India tidak memerlukan visa untuk bepergian ke Bhutan, namun orang China harus membayar US$ 250 per hari untuk paket liburan. Dan untuk pertama kalinya tahun lalu, wisatawan asal China yang berkunjung ke Bhutan membludak.

 

Saksikan video menarik berikut:

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya