10 Menu Terinspirasi Kamasutra Jawa untuk Hangatkan Pagi

Kamasutra Jawa atau Serat Centhini ternyata bisa menjadi sumber inspirasi menciptakan menu-menu eksotis yang kaya cerita.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 29 Agu 2017, 06:02 WIB
Kamasutra Jawa atau Serat Centhini ternyata bisa menjadi sumber inspirasi menciptakan menu-menu eksotis yang kaya cerita. (Liputan6.com/Switzy Sabandar)

Liputan6.com, Yogyakarta - Serat Centhini yang juga dikenal sebagai Kamasutra Jawa sekarang bisa dinikmati dalam bentuk kuliner. Tembi Rumah Olah-Olahan (TRO) menghadirkan aneka menu yang diadopsi dari karya sastra abad ke-19 yang ditulis selama sembilan tahun ini.

TRO mengaktualkan Serat Centhini lewat menu-menu eksotis dari pengalaman pengembaraan putra-putri Sunan Giri Prapen, bahkan sejumlah kuliner yang disebutkan bahkan kini tidak dikenali lagi.

Kuliner yang disajikan TRO diambil dari ragam suguhan untuk Seh Amongrogo dan Cebolang, mulai dari Bogor, Dukuh Argapura Lumajang, Padepokan Gunung Tidar Magelang, Kerta ibu kota Mataram, Kecamatan Pleret, Bantul, rumah Pujangkara Mataram, dan di Tembayat Klaten.

"TRO membagi menu Serat Centhini menjadi dua kelompok, yakni Paket Ndelok Wayang dan Paket Tarub serta 10 menu gubugan Centhini," ujar Niken Kintaka Sari, Sales Manager TRO, beberapa waktu lalu.

Ia memaparkan paket Ndelok Wayang terdiri dari nasi, soto ayam, wader goreng, pindang telor, gudeg, pecel sayur, gudangan, teh, dan es beras kencur. Paket ini termasuk gubugan makanan sate ayam, jajan pasar, aneka gorengan dan rebusan, aneka buah-buahan, wedang ronde, es dawet, dan es cincau.

Paket ini berdasarkan kuliner yang dapat ditemukan pada pertunjukan wayang di masa lalu, seperti yang dialami Syeh Amongrogo, Cebolang, atau tokoh yang lain di dalam Serat Centhini.

"Kuliner ini umumnya dibuat oleh orang yang punya hajat dan ada pula yang memang dijajakan di arena orang menonton wayang ataupun menjadi bagian dari sajen yang disajikan untuk pentas wayang," ucap Niken.

Sementara, Paket Tarub terdiri dari nasi, jangan menir, pecel, rujak, ayam goreng, pisang, es dawet, serta dilengkapi gubugan nasi gurih komplit, sega golong (nasi putih, ayam goreng, gudangan, tempe, telur rebus yang dibelah, sambal), jenang abang dan putih, serta jajanan pasar.

Masyarakat Jawa mempercayai tarub sebagai bagian penting untuk menyambut dan memeriahkan hajatan pengantin. Pemasangan tarub tidak dilakukan begitu saja, namun disertai dengan menyajikan aneka sajen.

Pemasangan tarub juga melibatkan cukup banyak orang yang memerlukan suguhan. Kuliner itu berdasarkan pada hal-hal yang ditemukan dalam proses pasang tarub yang dialami oleh para tokoh dalam Kamasutra Jawa itu.

Niken menuturkan paket gubugan Centhini memiliki ragam menu yang berbeda dan juga sarat cerita. Pertama, Gubugan Mataram terdiri dari sega lemeng, pepes tombro, dendeng sapi, telur asin, sambal bawang, dan acar timun.

Sajian menu Gubugan Mataram berdasarkan pengalaman Cebolang yang sampai di ibu kota Mataram di Kerta, dan mendapatkan suguhan aneka kuliner yang ada di tempat itu.

Kedua, Gubugan Wirasaba terdiri dari sega megana, yakni nasi pulen, separuh telur rebus, oseng nangka muda, sambal kering tempe, sambal, dan dendeng gepuk. Menu ini memiliki kaitan dengan Ki Jamali yang tinggal di Wirasaba dan mempunyai dua istri. Istri muda selalu menyiapkan dan melayani Ki Jamali dengan makanan yang lezat.

Saksikan video menarik di bawah ini:


Menu Ketiga hingga Kesepuluh

Kamasutra Jawa atau Serat Centhini ternyata bisa menjadi sumber inspirasi menciptakan menu-menu eksotis yang kaya cerita. (Liputan6.com/Switzy Sabandar)

Ketiga, Gubugan Paesan terdiri dari nasi, ayam panggang, serundeng, wader goreng, dan gulai pondhoh. Menu ini berkaitan dengan hajatan pernikahan, mulai hidangan untuk jamuan maupun untuk sesaji saat rias pengantin.

Keempat, Gubugan Bogor terdiri dari sega liwet, tombro bacem, pepes tombro, opor tombro, lalapan, dan sambel uleg. Hidangan ini berkaitan dengan perjalanan Raden Jayengresmi bersama abdinya, Gatak dan Gatuk. Saat sampai di Bogor, mereka mendapatkan hidangan yang kebanyakan berbahan baku ikan tombro atau ikan mas.

Kelima, Gubugan Patanen terdiri dari nasi, sayur menir, ayam serundeng, dan pecel. Menu ini diadopsi dari sesaji saat tuan rumah mengadakan hajatan.

Keenam, Gubugan Sajen Memule terdiri dari sega golong, pecel, sayur menir, sayur padhamara, ayam goreng, iwak goreng, kolak ketan, dan apem kocor. Menu ini untuk menghormati arwah leluhur. Memule yang bermakna memperingati sekaligus memuliakan ditemukan oleh Cebolang dalam perhentiannya di Mataram.

Ketujuh, Gubugan Tembayat terdiri dari sega gurih, pecel kembang uri, sayur menir, sayur bobor, sayur padhamara, lodeh mbayung, gudeg, ayam ingkung, pelas urang, garang asem, tongseng kambing, ikan goreng, bothok bethik, sambal bawang, dan lalapan.

Kamasutra Jawa atau Serat Centhini ternyata bisa menjadi sumber inspirasi menciptakan menu-menu eksotis yang kaya cerita. (Liputan6.com/Switzy Sabandar)


Perjalanan tokoh Serat Centhini bernama Cebolang bersama keempat santrinya pernah sampai di Tembayat, Klaten, dan mereka juga mendapatkan aneka menu ini.

Kedelapan, Gubugan Wonogiri terdiri dari nasi, opor menthok, ayam goreng, gudeg, bubuk kedelai, sambal petai hati ampela, sambal uleg, gorengan emprit, telur asin, dan pisang emas. Menu ini diperoleh Cebolang bersama dengan santrinya di wilayah Wonogiri.

Kesembilan, Gubugan Tidar terdiri dari sega liwet, oseng buncis, ikan goreng, dan sambal petis. Hidangan ini diangkat dari pengembaraan Seh Amongrogo ke kawasan Gunung Tidar Kedu. Di tempat ini Seh Amongrogo berkunjung ke rumah Ki Wasibagena dan disuguhi aneka macam jenis makanan.

Terakhir, Gubugan Argapura terdiri dari sega liwet, pecel sayur, sayur menir, dan dendeng kerbau. Menu ini diambil dari Perjalanan Raden Jayengsari bersama Niken Rancangkapti dan abdinya yang bernama Buras ketika mencari sang kakak, Raden Jayengresmi.

Mereka tiba di Argapura Lumajang dan membayangkan makanan yang lezat. Secara kebetulan, mereka disuguhi hidangan seperti yang dibayangkan.

"Harga menu bervariasi mulai dari Rp 20.000 sampai Rp 100.000 per pak, dengan pemesanan minimal 200 pak," kata Niken. Selain di Bantul, menu TRO juga hadir di Waroeng Boelondo Kotabaru Yogyakarta.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya