Liputan6.com, Jakarta - Timnas Indonesia U-22 akan bertemu Myanmar di Stadion Selayang, Malaysia, Selasa (29/8/2017). Kedua tim berebut medali perunggu cabang sepak bola SEA Games 2017.
Di ajang SEA Games, ini bukanlah pertemuan pertama bagi kedua tim. Dalam lima edisi terakhir ajang multievent dua tahunan itu, Indonesia sudah empat kali bertemu Myanmar. Hanya pada SEA Games 2011 yang berlangsung di Indonesia, kedua negara ini terpisah dan tidak sempat bertemu baik itu di babak penyisihan grup maupun saat fase knock out.
Baca Juga
Advertisement
Dari empat pertemuan ini, Indonesia hanya menang sekali. Sementara, Myanmar berhasil mengalahkan Garuda Muda dua kali dan satu laga lainnya berakhir dengan hasil imbang.
Satu-satunya kemenangan yang diraih Indonesia atas Myanmar di lima edisi SEA Games sebelumnya terjadi pada 2013 lalu, saat SEA Games berlangsung di negara lawan. Saat itu, kedua negara bertemu di laga pamungkas penyisihan grup B.
Duel berlangsung di Thuwunna Stadium, Yangon. Timnas Indonesia yang diarsiteki Rahmad Darmawan berhasil menang tipis 1-0 lewat gol penalti, Alfin Tuasalamony menit 36. Dengan kemenangan ini, Timnas Indonesia berhasil meraih tiket menuju babak semifinal. Sementara Myanmar akhirnya tersingkir karena finis di urutan ketiga klasemen Grup B dengan 7 poin.
Menang dan kalah dalam sepak bola tentu sudah hal yang biasa. Namun bagi Myanmar kala itu, kekalahan dari Indonesia sangat menyakitkan. Bukan hanya karena mereka tersingkir di depan publik sendiri, tapi lebih karena kejadian konyol yang menghentikan laju mereka.
Seperti apa kisahnya?
Hari Terkutuk
Senin, 16 Desember 2013, menjadi hari yang tidak akan terlupakan bagi para pecinta sepak bola Myanmar. Hari "terkutuk" yang mencoreng sepak bola negeri seribu kuil tersebut.
Saat itu, Myanmar akan bertemu Timnas Indonesia U-23. Kick off baru akan digelar pukul 18.45 waktu setempat. Namun sejak siang hari, jalanan dan halaman di sekitar Stadion Thuwunna yang menjadi arena pertemuan sudah ramai oleh suporter tuan rumah.
Euforianya mirip Piala Asia 2007 di Indonesia. Masyarakat Myanmar bahkan ada yang rela menginap untuk mendapatkan tiket pertandingan tersebut. Animo penonton memuncak, karena pertandingan melawan Timnas Indonesia U-23 merupakan penentu ke semifinal.
Jalanan di depan stadion berubah jadi panggung hiburan. Suporter tuan rumah dari berbagai aliran bernyanyi dan meneriakkan yel-yel penyemangat bagi tim nasional mereka. Dengan sirih di mulut, mereka berpesta meski pertandingan belum masih jauh dari jadwal kick off.
Ribuan tentara dikerahkan untuk mengamankan suasana. Sebagian berjaga di pintu masuk. Pemeriksaan juga berlangsung ketat. Yang tak punya ID atau tiket jangan harap bisa dekati stadion. Dengan cermat mereka memeriksa satu persatu penonton yang masuk.
Wajar bila hari itu, pendukung Myanmar membludak. Sebab sepanjang babak penyisihan Myanmar tampil memukau lewat permainan cepatnya di bawah asuhan, Park Sheong-hwa.
Sebelum bertemu Indonesia, tuan rumah berhasil mengalahkan Kamboja 3-1 dan menggulung Timor Leste 3-1. Myanmar juga mampu menahan imbang Thailand 1-1.
Sebaliknya, Indonesia baru menang satu kali, yakni atas tim terlemah, Kamboja. Itu pun dengan skor tipis 1-0. Selebihnya Indonesia dibantai Thailand 1-4 dan imbang 0-0 lawan Timor Leste. Itu sebabnya, Myanmar sempat menempati posisi kedua dan Indonesia ketiga.
Di atas kertas, Myanmar unggul segala-galanya atas Indonesia. Tuan rumah telah mengemas 7 poin sedangkan Indonesia baru 4 poin. Agregat gol juga bak langit dan bumi. Indonesia -2 sedangkan Myanmar +5. Produktivitas apalagi, Indonesia 2 gol dan Myanmar 7 gol.
Wajar bila publik Myanmar menaruh harapan besar tim kesayangannya bakal melaju ke babak semifinal. Ibaranya, duel melawan Indonesia hanya sekadar pelengkap saja.
Mendekati jadwal kick off, stadion sudah terisi penuh. Ruang wartawan yang harusnya steril juga sudah didukui oleh suporter tuan rumah yang tidak kebagian tempat di tribun.
Advertisement
Simpan Pemain Andalan
Kesan menyepelekan timnas Indonesia semakin terlihat saat di susunan starter tidak terdapat nama Kyao Ko Ko yang menjadi andalan lini depan timnas Myanmar. Dia justru berada di bangku cadangan. Meski memang sempat cedera pada laga sebelumnya, belakangan diketahui bahwa pelatih Park Sheong hwa sengaja menyimpannya. Dia tengah dalam hukuman akibat tindakan indisipliner sehari sebelum bertemu timnas Indonesia.
Indonesia tampil menekan sejak peluit dibunyikan. Namun kokohnya pertahanan Myanmar membuat Bayu Gatra dan kawan-kawan sulit mendekati kotak penalti tuan rumah.
Barulah pada menit ke-36, Alfin Tuasalamony berhasil merangsek ke area terlarang. Namun pergerakannya segera dihentikan kiper Myanmar yang berbuah penalti bagi Indonesia. Alfin sendiri yang maju sebagai algojo dan berhasil membawa Indonesia memimpin 1-0.
Skor ini bertahan hingga turun minum.
Di babak kedua, Park Sheong segera menurunkan Kyaw Ko Ko. Kehadiran pemain lincah ini langsung memberi warna baru bagi Myanmar. Namun serangan demi serangan yang dibangun tim tuan rumah selalu kandas di kaki pemain belakang Timnas Indonesia.
Mendekati akhir pertandingan, suasana bertambah panas. Dua penonton tiba-tiba masuk ke tengah lapangan. Berbagai benda juga beterbangan dari tribun penonton. Wasit terpaksa menghentikan laga. Hingga peluit penjang berbunyi, Indonesia tetap unggul 1-0.
Timnas Indonesia segera bersorak kegirangan. Pelatih Myanmar, Park Sheong Hwa keheranan melihatnya. Dia bingung karena meski menang Indonesia kalah selisih gol dari pasukannya. Pelatih asal Korea Selatan itu menganggap timnya yang lolos ke semifinal.
Namun tidak lama kemudian, Park sadar. Pasukannya ternyata tersingkir. Mereka gagal ke semifinal karena kalah head to head atas Timnas Indonesia U-23. Di akhir laga, dia baru mengetahui aturan tersebut dan hanya bisa menepok jidat atas keteledorannya.
Tinju Tembok dan Tertunduk Lesu
Suasana terus memanas usai pertandingan. Suporter mulai anarkistis. Mereka menyopot bangku dan melemparnya ke tengah lapangan. Di luar stadion, massa juga membakar berbagai atribut timnas Myamar. Mulai dari baju hingga spanduk yang ada di tepi jalan.
Jumpa pers juga tak kalah panasnya. Wartawan Myanmar segera membombardir pelatih Park Shewong hwa. Mereka menanyakan perilah ketidaktahuannya akan aturan head to head. "Kami baru tahu regulasi itu di akhir laga saat para pemain Indonesia melakukan selebrasi. Ini kesalahan kami, dan saya siap bertanggung jawab," ujar Park tertunduk.
Park sebenarnya ikut dalam pertemuan manajer sebelum pertandingan. Saat itu, pertarungan mengenai head to head juga sudah disampaikan. Hanya saja, dia tidak bisa bahasa Inggris, sedangkan penerjamahnya tidak mengikuti secara saksama aturan itu. Di benak mereka, seperti bila dua tim punya poin sama maka yang menentukan selisih gol.
Ketua Federasi Sepak Bola Myanmar (MFF) saat itu, Zaw Zaw tidak kalah murka. Saking kesalnya, dia bahkan sempat meninju salah satu tiang yang ada di stadion. Meski demikian, Zaw Zaw tetap bertanggung jawab terhadap keselamatan Timnas Indonesia yang masih tertahan. Hingga pasukan Rahmad Darmawan beranjak, Zaw Zaw tetap di lokasi.
Advertisement
Timnas Indonesia Juga Sempat Ragu
Sebelum pertandingan, kubu Indonesia juga tidak memperhatikan regulasi yang ada. RD saat ditanya setelah latihan terakhir sebelum laga juga masih beranggapan Indonesia butuh minimal empat gol untuk melaju ke semifinal. Begitu juga dengan para pemain timnas Indonesia.
"Kami baru tahu saat hendak berangkat ke lapangan. Kami diberitahu bahwa menang berapa pun, bisa lolos ke semifinal. Ini memberi kami kekuatan baru," kata Alfin usai laga.
Keraguan atas sistem perhitungan poin sebenarnya baru terjawab saat wartawan menghubungi match commisioner, Prince Rufus. Dia menjelaskan bahwa sistem yang digunakan untuk menentukan dua tim yang memiliki poin yang sama adalah head to head.
"Jadi bila hasilnya seri, maka Myanmar yang masuk. Jika Myanmar menang, Myamar lolos. Tapi jika Indonesia menang dengan skor berapa pun, tetap Indonesia yang lolos. Karena sistem yang digunakan head to head bukan selisih gol," katanya saat dihubungi.
Namun aturan ini sudah tidak berlaku lagi. Sebab penentuan peringkat pada penyisihan grup didasari pada jumlah poin kemudian diikuti dengan selisih poin dan produktivitas. Bila masih tim yang sama, barulah berlaku head to head di antara tim-tim yang bersangkutan.
Tentu ini hanya berlaku di fase grup. Saat Timnas Indonesia U-22 bertemu Myanmar di Selayang Stadium sore ini, siapa yang jadi pemenang dia yang berhak dapat perunggu.