Ketua GP Ansor Ajak Umat Beragama Bersatu untuk NKRI

Yaqut mengimbau seluruh masyarakat bersatu melawan musuh-musuh negara yang mengancam terpecahnya keutuhan NKRI.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 29 Agu 2017, 07:51 WIB
Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas (berdiri). (Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, hubungan antar-umat beragama begitu baik karena Ansor begitu cinta terhadap negara. Ansor sangat mencintai persatuan bangsa yang majemuk ini.

"Bahwa sahabat-sahabat kita yang tidak memiliki keimanan yang sama tetap saudara kita. Itu yang harus kita tegaskan," ujar Yaqut dalam sambutan acara Tasyakuran Kemerdekaan ke-72 RI, Kantor GP Ansor, Jakarta Pusat, Senin, 28 Agustus 2017.

Tak hanya dekat dengan kaum minoritas, Ansor juga dituding membenci dan memusuhi kelompok seimannya. Kendati, Yaqut tetap mengimbau kelompoknya agar menjaga tali persaudaraan.

"Sahabat sekalian, kita tetap mengutamakan ukhuwah Islamiyah. Kita bersaudara, kita berhubungan sesama muslim. Tetapi dengan tegas kita harus katakan, kita menolak bersilaturahmi dengan sesama umat muslim yang selalu mengajak kita ke arah kemungkaran," tutur dia.

Yaqut pun mengkritisi perilaku kelompok yang mengklaim paling religius, namun tak meninggalkan perilaku bar-bar. Bahkan mereka cenderung intoleransi.

"Misalnya mereka teriak Allahu Akbar, tetapi mereka merusak warung, teriak Allahu Akbar tetapi persekusi anak-anak yang tidak berdaya, persekusi perempuan, ini adalah cara Islam yang mengajak kemungkaran," ujar dia.

"Dan kita sebagai kader pemuda Ansor, kader NU, harus menolak berhubungan, bersilaturahim dengan umat seperti ini," dia menegaskan.

 


Lawan Musuh Bangsa

Yaqut mengajak seluruh kadernya untuk terus menjaga keutuhan NKRI. Ia juga menekankan agar anggotanya tak gentar melawan musuh-musuh negara.

"Saya ingin berikan pesan, jangan pernah mundur selangkah pun dalam menghadapi orang atau kelompok yang merongrong negara ini," tegas dia.

Yaqut mengimbau agar kader Ansor tidak hanya mengandalkan TNI-Polri untuk melawan musuh-musuh negara. Sebab, keutuhan NKRI bukan hanya tanggung jawab aparat pemerintah.

"Negara ini, Indonesia ini tegak karena perjuangan kita semua, perjuangan kiai-kiai kita, perjuangan semua suku bangsa. Maka semua punya kewajiban untuk menjaga berdirinya negara ini," ujar dia.

Setidaknya, kata Yaqut, ada tiga permasalahan yang tengah dihadapi bangsa Indonesia, terutama kader Ansor. Masalah terbesar adalah adanya kelompok yang ingin mengganti konsensus nasional dengan bentuk lain.

"Mereka ingin mendirikan Khilafah Islamiyah, mereka ingin menggantikan Pancasila sebagai dasar negara yang kita yakini sebagai pemersatu perbedaan yang ada di bumi Indonesia," kata dia.

Problem selanjutnya, lanjut Yaqut, adanya klaim keagamaan yang dikuasai segelintir orang atau kelompok kecil, yang merasa paling Islami dan saleh. Mereka mudah menyalahkan kelompok lain, bahkan mengkafirkan.

"Probelm ketiga, problem di mana mayoritas yang mencintai kebinekaan, pluralitas itu justru memilih diam karena merasa tenang dan tidak ingin ambil risiko," kata dia.

Karena itu, Yaqut mengimbau seluruh masyarakat bersatu melawan musuh-musuh negara yang mengancam terpecahnya keutuhan NKRI.

Yaqut berharap seluruh bangsa dari berbagai suku, etnik dan agama, bersatu padu menjaga kesatuan dan persatuan Indonesia.

"Karena tidak ada Indonesia kalau tidak ada Islam, tidak ada Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan agama lain. Tidak ada Indonesia kalau tidak ada Jawa, Sunda, Dayak, (etnik) Arab, China," ujar dia.

"Maka sekali lagi kita teguhkan sikap bahwa kita ini sama. Kita sama-sama hidup di negeri Indonesia, menghirup udara di Indonesia, meminum air dari Indonesia. Dan Insyaallah kita terus berjuang, mengabdikan seluruh apa yang kita punya untuk tetap (menjaga) tegak berdirinya Indonesia," Ketua Umum GP Ansor itu menandaskan.

GP Ansor merupakan organisasi sayap Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Nasionalisme dan pluralismenya tidak perlu diragukan lagi.

Ansor begitu dekat dengan kelompok-kelompok minoritas. Bahkan, mereka kerap mengamankan tempat ibadah umat lain, seperti saat perayaan Misa Natal di gereja-gereja. Namun, kondisi itu dimanfaatkan pihak lain yang berbeda paham untuk menyerangnya.

Saksikan video menarik berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya