Liputan6.com, Seoul - Korea Utara secara provokatif meluncurkan misil melewati langit Jepang. Hal itu membuat tensi negara-negara di kawasan tinggi.
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pun segera memerintahkan agar militernya bersiap. Bahkan, jika perlu menyerang Korea Utara.
Advertisement
Dikutip dari CNBC, Selasa (29/8/2017), Korea Selatan dan Jepang mengutuk keras peluncuran itu.
Perintah militer Korea Selatan untuk bersiap sebenarnya telah dikumandangkan sehari sebelum peluncuruan misil itu.
Pada Senin, 28 Agustus 2017, kepada Menteri Pertahanan, Presiden Kim telah memerintahkan reformasi militer lebih cepat untuk jaga-jaga jika Korea Utara nekat melanggar batas.
"Militer kita harus dipaksa memenuhi persyaratan perang modern sehingga dapat dengan cepat beralih ke sikap ofensif jika Korea Utara melakukan provokasi," menurut kantor berita Korea Selatan, Yonhap.
Kepala Pasukan Gabungan Korea Selatan merilis pernyataan bahwa Korut menembakkan rudal tak dikenal dari sebuah wilayah di dekat Sunan, Pyongyang. Rudal itu melintasi arah timur laut Semenanjung Korea dan terbang di langit Jepang pada hari ini, 29 Agustus 2017.
Adapun Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshihide Suga mengatakan, peluru kendali itu melintasi Tanjung Erimo di Hokkaido dan diperkirakan jatuh di Samudra Pasifik.
Peluncuran dikabarkan terjadi pada pukul 05.57 waktu setempat.
Peluncuran ini dilakukan hanya beberapa hari setelah Pyongyang menembakkan tiga rudal balistik jarak pendek dari provinsi Kangwon. Peristiwa tersebut terjadi pada Sabtu lalu.
Moon Jae-in, Presiden Korsel Pemersatu Korea?
Moon Jae-in naik ke puncak pimpinan Korea Selatan saat Semenanjung Korea tengah panas.
Terpilihnya Moon mengakhiri kekisruhan politik yang terjadi selama ini, yang berujung pada pemakzulan mantan presiden konservatif, Park Geun-hye, atas dugaan korupsi.
Park jadi presiden pertama di Korsel yang dipilih secara demokratis dan dimakzulkan.
Sejak masa kampanye, Moon telah menyampaikan keinginannya berdialog dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un. Ia memilih pendekatan damai kepada Pyongyang. Hal ini sangat berbeda dengan pendekatan sanksi keras dan retorika agresif yang dilakukan oleh Park.
"Saya yakin dengan memimpin upaya diplomatik yang melibatkan banyak pihak, sepenuhnya akan mengakhiri program nuklir Korea Utara. Ini akan berujung pada perdamaian, kerja sama ekonomi, serta kemakmuran antara Korut dan Korsel," ujar Moon pada acara debat kampanye calon presiden beberapa waktu lalu.
Alasan lainnya bahwa Presiden Moon dianggap pemersatu Korea karena latar belakang yang ia miliki.
Orangtua Moon melarikan diri dari pemerintahan Komunis saat Perang Korea terjadi. Mereka adalah salah satu dari puluhan ribu warga yang dievakuasi dari pelabuhan Hungnam di Korea Utara.
Para pengungsi Korut saat itu dibantu oleh kapal angkatan laut AS. Adapun evakuasi terjadi pada musim dingin pada 1950.
Orangtua Moon bercerita bahwa mereka kerap ditawari permen-permen manis Natal oleh para tentara AS selama perjalanan evakuasi itu.
Moon lahir pada Januari 1953 setelah orangtuanya tinggal di kamp pengungsi di pantai selatan Korsel. Ayahnya seorang pekerja kasar, sementara ibunya menjual telur, arang, dan barang-barang AS di pasar gelap.
Keluarga besar ibu Moon masih banyak yang tinggal di Korut.
Advertisement