Pengakuan Lengkap Ketua Sindikat Saracen Jasriadi

Melalui penuturan Jasriadi, terungkap bahwa awal perkenalan para anggota Saracen adalah saat Pilpres 2014.

oleh Nila Chrisna YulikaAndrie Harianto diperbarui 29 Agu 2017, 14:01 WIB
Ketua Saracen Jasriadi. (Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri mengungkap praktik penyebaran ujaran kebencian sindikat Saracen. Polisipun terus menyelidiki otak dan pengguna jasa Saracen.

Melalui penuturan Jasriadi, terungkap bahwa awal perkenalan para anggota Saracen adalah saat Pilpres 2014. Jasriadi pun mengakui jika dia adalah simpatisan calon presiden yang gagal pada Pilpres 2014.

Kemudian, pada Pilkada DKI Jakarta para anggota kelompok Saracen pun kopi darat dalam sebuah acara silaturahmi akbar. Di sana, mereka mendapat ceramah tentang bagaimana memilih pemimpin.

Analis Kebijakan Madya bidang Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Komisaris Besar Sulistyo Pudjo Hartono, mengatakan bahwa Saracen ini memang sudah sejak lama diperhatikan oleh pihak kepolisian.

"Ini sudah kita mencoba melakukan mapping berbagai konten di medsos setahun terakhir. Setelah kita lihat setahun terakhir, kita mengerucut ke enam bulan terakhir, dan satu bulan terakhir," ucap dia.

Presiden Jokowi telah memerintahkan Kapolri Tito Karnavian untuk mengusut tuntas sindikat Saracen. Sindikat ini diduga menyebarkan ujaran kebencian di media sosial.

Jokowi mengungkapkan, tidak sekadar mengusut sindikatnya, dirinya juga meminta Kapolri menelusuri siapa saja yang menggunakan jasa sindikat Saracen ini untuk kepentingannya.

"Saya sudah perintahkan kepada Kapolri diusut tuntas. Bukan hanya Saracen-nya saja, tetapi siapa yang pesen. Siapa yang bayar, harus diusut tuntas," ujar dia di Silang Monas, Jakarta, Minggu, 27 Agustus 2017.

Berikut pengakuan lengkap Jasriadi saat wawancara dengan Liputan6.com pada Kamis 24 Agustus 2017 lalu:

Apa sih Saracen itu?

Saracen awalnya terbentuk begitu saja setelah kita hack grup. Nah di situ isi dalam grup itu ujaran kebencian banyak, dan kami sebagai tim yang punya keahlian ingin menghancurkan grup tersebut. Di situ kita sama teman-teman banyak sekali salah satunya yang kemarin kena hatespeech itu si Ropi Yatman, dari Padang. Itu kita saling komunikasi di medsos Facebook terus itu, dari tim cyber muslim, mujahidin dan sebagainya (membahas) bagaimana menghancurkan grup itu.

Ternyata grup itu adminadminnya banyak yang menyamar sebagai muslim, nah saya merasa terpanggil unuk menghancurkan itu, saya coba mengambil alih grup itu. Waktu itu kita menggunakan Saracen, Saracen ini yang membuat nama si Ropi, dia ambil dari wikipedia kalau nggak salah artinya perjuangan di media sosial.

Dari mana belajar meretas?

Kita otodidak dengan banyak mencoba. Kita belajar dari situ. Jadi tidak ada namanya kita diajari orang. Prosesnya panjang sekali. Waktu itu saya mempelajari dasar-dasar Facebook, saya membuka kode source kebetulan di bawahnya ada pengembang developernya, orang India. Namanya kalau nggak salah Kerdikeyen nama akun Facebooknya, beliau juga pengembang di yahoo, beliau menjual program dasar-dasar FB, saya pelajari dari situ, saya beli waktu itu pembayarannya pakai paypal.

Bagaimana bisa berubah menjadi penyedia konten kebencian?

Kenapa kok bisa dituduhkan ke Saracen, kita setiap akun FB, grup itu kan umum, siapa aja bisa masuk, itu kan kebencian belum tentu anggota Saracen. Nah anggota Saracen yang mana kita pun tidak tahu, karena nama Saracen melejit banyak yang menggunakan logo-logo Saracen.

Apakah anda juga membuat proposal untuk menjual ujaran kebencian?

Kita tidak menyediakan jasa cyber, tapi ada orang yang pernah meminta cyber itu seperti apa sih. Jadi kalau untuk pilpres, mengampanyekan seperti apa sih di media sosial. Nah trik-trik, saya dapat trik itu didapat dari yang saya lihat di media sosial. Kemudian orang meminta membuatkan anggaran. Nah anggara itu kok bisa saya mematok sekian-sekian, alasannya di berita-berita hoax dia mematok sekian-sekian, jadi saya sesuaikan saja.

Bagaimana para anggota Saracen bisa berkenalan?

Perkenalan kita di medsos, waktu itu kan ada Pilpres 2014 kebetulan kita simpatisan salah satu calon yang gagal ya. Nah di situ kita kenal dengan yang seide, dan dari situ setiap yang seide ya kita kenal.

Apakah para anggota Saracen pernah kopi darat?

Kopdar pernah, waktu itu 2016 ada teman saya ngajak kopdar namanya Agus Setiawan, pas momen silaturahmi akbar di situ juga kebetulan kita kopdar bareng. Sebatas itu, setelah itu lupa lagi.

Kalau yang silaturahmi akbar itu waktu Pilkada DKI kalau nggak salah. Itu pertemuannya saya nggak tahu persis yang silaturahmi akbar, di situ ada ceramah cara memilih pemimpin. Tapi saya lebih detilnya lupa, karena sudah lama. Itu sekitar bulan 6 atau 7 gitu. Itu juga tak ada sangkutpautnya dengan Saracen.

Sudah berapa orang menggunakan jasa Saracen?

Saya tidak menawarkan. Orang minta buatkan anggarannya berapa sih yang seperti itu. Saya tidak pernah menerima atau pesanan dari orang yang seperti itu misalnya ini pilkada, oh dibayar sekian, saya tidak pernah menerima seperti itu.

Soalnya yang dulu waktu minta anggaran itu di Pekanbaru, tidak ada sangkutpautnya dengan di Jakarta. Karena waktu itu ada pemilihan wali kota kalau nggak salah. Hanya sebatas itu, selebihnya nggak ada.

Apakah anda kenal dengan Eggin Sudjana dan Ampi Tanudjiwa?

Tidak kenal.

Bagaimana nama Eggi Sudjana dan Ampi Tanudjiwa bisa masuk ke struktur Saracen?

Waktu itu bang Rizal Kobar main tunjuk karena wacana belum resmi. Ide dari bang Rizal Kobar, jadi waktu itu siapa ininya (pengutusnya)? Bagaimana kalau pak Eggi Sudjana? Apa nggak masalah itu? Nanti kita bicarakan. Waktu itu pas kopdar tahun 2016, setelah silaturahmi akbar.

Bagaimana caranya menarik orang untuk gabung ke Group Saracen?

Saya tidak ada menawarkan embel-embel dayatarik supaya masuk. Itu bebas yang masuk. Yang nyebarin situs porno ada, yang sebarin kebencian juga ada, yang hujat-hujat orang lain juga ada. Macem-macem isinya. Jadi isinya bukan hanya simpatisan ada banyak macamnya. Jadi dikatakan orang yang bergabung di situ orang saracen semua, itu salah.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya