Liputan6.com, Paris - Putri Diana mengembuskan napas untuk terakhir kali di terowongan Pont de l'Alm, Paris, Prancis, pada 31 Agustus 1997. Menurut hasil investigasi formal, tewasnya mantan istri Pangeran Charles itu disebabkan kecelakaan mobil tunggal.
Penyelidikan otoritas resmi menyebut, kecelakaan nahas itu terjadi karena sopir tak mampu mengontrol mobil yang mendadak kehilangan kendali saat melaju kencang di terowongan. Kendaraan yang ditumpangi Lady Di terpaksa mengebut, agar mampu melepaskan diri dari sejumlah kendaraan paparazi yang menguntit Princess of Wales.
Akan tetapi, sejumlah kalangan meragukan hasil penyelidikan itu. Mereka mengklaim, ada sejumlah kejanggalan, keanehan, dan sebab musabab lain yang tak dijelaskan secara detail oleh otoritas.
Baca Juga
Advertisement
Beberapa orang mulai mencetuskan sejumlah teori, dan menyebut ada sekelompok pihak yang berkontribusi atas tewasnya sang putri. Teori konspirasi yang terpopuler menduga, pihak Kerajaan Inggris terlibat dalam kematian ibu Pangeran William dan Pangeran Harry itu.
Ada pula sekelompok penggelut teori konspirasi lain yang tak langsung menuding Kerajaan Inggris sebagai dalang kematian sang putri. Kelompok ini biasanya mencetuskan sejumlah "kisah alternatif" atau sejumput klaim "kesaksian" seputar kematian Diana.
Meski secuil, kisah alternatif atau klaim kesaksian itu mampu memberikan sudut pandang baru atau berbeda dari apa yang telah diutarakan oleh hasil penyelidikan resmi otoritas.
Kini, salah seorang saksi mata yang mengklaim sebagai orang pertama di lokasi tewasnya Putri Diana, buka suara seputar TKP nahas tersebut. Ia adalah Stanlee Culbreath (69), seorang pensiunan pengacara. Demikian seperti dilansir oleh Daily Post, Selasa (29/8/2017).
"Ada kekuatan lain di balik kematian Putri Diana," kata Culbreath.
Menurut kesaksiannya di lokasi kejadian saat kecelakaan baru saja terjadi, mantan pengacara itu menjelaskan bahwa sang Princess of Wales itu masih hidup dan sempat berbicara. Meski kala itu, Culbreath tidak menyadari bahwa individu yang tengah meregang nyawa itu adalah Diana Spencer, sang Princess of Wales.
Ia menambahkan, kala itu, ada seorang polisi di tempat kejadian. Namun yang bersangkutan tidak bertindak untuk membantu sang putri.
Ia mengklaim, Diana sempat memohon pertolongan kepada petugas polisi itu. Namun, si aparat hanya acuh tak acuh, bahkan memerintahkan orang-orang yang berusaha membantu Lady Di untuk menjauh dari mobil nahas tersebut.
Culbreath mengatakan, dinas tanggap darurat Paris seakan sengaja menunda kedatangan untuk menyelamatkan ibu Pangeran William dan Harry itu. Tujuannya agar peluang hidup sang putri yang tengah kritis itu, semakin minim.
Pria yang kini berusia 69 tahun itu juga mengungkapkan, ketika dinas tanggap darurat akhirnya tiba dan membawa Diana ke dalam ambulans, petugas medis seakan sengaja melewati satu rumah sakit terdekat.
Tujuannya, diduga agar Lady Di semakin larut dalam kondisi kritis.
"Mengapa diperlukan 20 menit bagi dinas tanggap darurat untuk sampai ke Diana. Ketika akhirnya telah dibawa menggunakan ambulans, mengapa mereka melewati satu rumah sakit dan membawanya ke fasilitas yang lebih jauh?" ujar Culbreath penasaran.
"Seorang pecandu yang overdosis saja mendapatkan penanganan yang lebih cepat dari itu," kata dia, mengenang kejadian tersebut.
Menurut investigasi tahun 2007, terungkap bahwa butuh 1 jam 6 menit untuk membawa Diana dari TKP ke rumah sakit. Penelisikan itu juga menyebut, petugas IGD Pitié-Salpêtrière Hospital Paris seakan sengaja mengulur-ulur waktu untuk memberikan perawatan krusial kepada mantan istri Pangeran Charles itu.
"Saya selalu berpikir bahwa fakta-fakta itu sangat mencurigakan. Seakan ada kekuatan lain yang berperan pada peristiwa itu. Dua puluh tahun kemudian, saya masih mempertanyakan apakah itu kecelakaan asli. Saya pikir itu meragukan," kata Culbreath.
Ia menyatakan, pada tahun-tahun sebelumnya, ia mengunci mulut untuk mengungkap fakta tersebut, demi melindungi William dan Harry yang masih belia.
Palsukan Kematian, Teori 'Liar' Soal Kematian Diana
Ini adalah teori konspirasi yang paling liar: Diana diduga memalsukan kematiannya karena tak tahan dengan sorotan media yang selalu menguntitnya.
Bahwa Diana terkekang oleh popularitasnya memang pernah disampaikan keluarganya. "Lady Di merupakan orang yang paling diburu pada zaman modern. Tak mengherankan jika ia sering berkhayal untuk melarikan diri dari hidupnya," ujar saudara laki-laki Diana, Earl Spencer, dalam pidato pemakaman Princess of Wales tersebut seperti dikutip dari Daily Mail.
Diana kerap bermimpi hidup di luar Inggris, di mana ia bisa menikmati kebebasan. Sang Lady rela kehilangan impian ala "negeri dongeng" -- bisa menikahi seorang pangeran -- yang sudah ada dalam genggamannya demi bisa menjadi orang biasa.
Namun, benarkah demikian? Tentu saja tidak. Bukti-bukti yang menguatkan kematian Diana, juga sang kekasih Dodi Al Fayed terlalu nyata dan kuat untuk dipalsukan.
Sejumlah saksi mata yang menyaksikan saat-saat terakhirnya, mobil remuk, jenazah dalam peti, serta upacara pemakaman megah yang disaksikan dunia mustahil dimanipulasi.
Meski demikian, sebuah novel yang ditulis Monica Ali, Untold Story, mencoba memberikan gambaran apa yang seandainya terjadi jika Diana memalsukan kematian untuk memulai kehidupan yang baru.
Apa yang disampaikan Earl Spencer itu, menurut Ali, menginspirasi kisah dalam novelnya. Namun, tokoh utama dalam ceritanya bukan bernama Diana, melainkan Lydia.
"Putri dalam kisahku merupakan karakter fiksi yang terinspirasi dari Diana. Ia disukai jutaan orang, tapi dalam kehidupan pribadinya ia telah menerima penolakan, patah hati, dan pengkhianatan," tulis Ali seperti dikutip dari Daily Mail.
"Dalam kehidupannya yang serbamewah, ia sering merasa dipenjara dan kesepian. Dikelilingi media, ia berjuang untuk mengukir peran yang berarti untuk dirinya sendiri dengan membantu orang kurang mampu dan mereka yang hak-haknya yang dirampas," ia menambahkan.
Ali pun menjelaskan, Lydia menolak melakukan seluruh aturan kerajaan. Segala tekanan itu membuatnya berperilaku semakin nekat.
Berbeda dengan Diana yang hidupnya harus berakhir dalam kecelakaan mobil, Lydia memutuskan untuk memalsukan kematiannya dan memulai kehidupan baru.
Lydia kemudian berhasil mewujudkan fantasinya, tinggal di sebuah kota kecil di Amerika Serikat. Perempuan itu sesekali membuka-buka majalah, mencari berita tentang London -- di mana kehidupan masa lalunya berlangsung.
Lydia diceritakan bisa melakukan apa yang tak bisa ditanggung Diana -- meninggalkan dua putra yang amat disayanginya.
Simak pula video berikut ini
Advertisement