Liputan6.com, Jambi - Kehidupan harimau Sumatera atau Panthera tigris Sumatrae masih saja terancam. Perburuan terhadap hewan dilindungi ini tetap saja tinggi.
Forum Harimau Kita (FHK) menyebut dalam kurun waktu tiga tahun saja ditemukan sekitar 800 jerat harimau yang menyebar di sejumlah hutan habitat harimau Sumatera.
"Selama tiga tahun itu, tim patroli menjelajah 12 kilometer di lima bentang alam Sumatera," ujar Ketua FHK, Munawar Kholis, Senin, 28 Agustus 2017.
Baca Juga
Advertisement
Tim patroli itu, kata Munawar terdiri dari berbagai elemen, baik pemerintah maupun nonpemerintah.
Dalam kurun waktu tersebut, aparat penegak hukum menangkap 48 orang tersangka pemburu dan pedagang harimau Sumatera. Hukuman yang dikenakan bervariasi.
Ancaman terhadap sang 'raja' hutan itu tak hanya dari para pemburu, tetapi juga habitat yang rusak dan tergerus. Hal itu akibat perambahan maupun makin meluasnya pemukiman warga yang berbatasan dengan kawasan habitat harimau.
"Hal ini juga memicu konflik antara manusia dengan harimau maupun satwa lain," ucap Munawar.
Sementara itu, berdasarkan hasil kajian atas populasi bentang alam di Sumatera, memperlihatkan populasi harimau di kawasan Sumatera tak lebih dari 600 ekor saja. Meski sejumlah analis menyebut ada peningkatan, namun masih dalam tahap analisis lengkap demi memastikannya.
"Jadi harus tetap waspada karena banyak faktor yang mengancam kepunahan harimau Sumatera," ujarnya.
Ia menambahkan, punahnya harimau Jawa (Panthera tigris Sondaica) dan harimau Bali (Panthera tigris Balica) 30 tahun lalu harus menjadi pelajaran agar Indonesia tidak boleh lagi kehilangan subspesies harimau lainnya, khususnya harimau Sumatera.
"Karena harimau Sumatera adalah subspecies satu-satunya yang tersisa di Indonesia. Jadi semua pihak harus berkomitmen sungguh-sungguh dalam melindunginya," ujar Munawar memungkasi.
Cara Sadis Pemburu Harimau
Pada awal Agustus 2017 lalu, pemerhati harimau dari FHK, Yoan Dinata menyebutkan, dalam kurun waktu tiga tahun, ditemukan 391 jerat harimau di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).
TNKS membentang seluas 13.750 kilometer persegi di empat provinsi yakni Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu dan Sumatera Selatan. Jambi menjadi daerah terluas taman nasional ini. TNKS disebut sebagai kawasan paling banyak dihuni harimau Sumatera.
Selain TNKS, ada kawasan lain di Jambi yakni Taman Nasional Bukit Berbak (TNB) yang juga menjadi salah satu habitat harimau Sumatera di daerah itu. Di sini, sejumlah jerat harimau juga ditemukan oleh tim patroli dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi.
Kepala Seksi Wilayah III BKSDA Jambi, Suratman menyebutkan, jerat yang dipasang pemburu cukup beragam. Mulai dari jerat bertegangan listrik hingga jerat biasa.
Jika ada harimau yang menginjak jerat, maka tubuhnya akan tersentak ke atas dan tergantung. Bila ada harimau atau satwa lain yang terkena jerat itu, bisa dipastikan bakal mati. Ini karena kuatnya jerat ketika mendapatkan mangsa.
Suratman bahkan mengaku pernah mendapati seekor harimau yang sudah mati membusuk tergantung di tali jerat.
"Bahkan jika tak waspada, petugas pun bisa kena. Makanya dalam upaya pembersihan jerat harus hati-hati," ujar Suratman akhir Juli 2017 lalu.
Advertisement