Diam-Diam Ivanka Trump Dijuluki 'Putri Kerajaan'

Bersama sang suami, Ivanka Trump yang merupakan putri kesayangan Donald Trump menjabat sebagai penasihat di Gedung Putih.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 30 Agu 2017, 12:00 WIB
Putri Presiden AS Donald Trump, Ivanka Trump mengenakan kacamata khusus saat melihat fenomena gerhana matahari total dari balkon Gedung Putih, Senin (21/8). Fenomena ini kembali sambangi AS sejak terakhir terjadi pada tahun 1918. (AP/Andrew Harnik)

Liputan6.com, Washington, DC - Sejak Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat pada Januari 2017, putri kesayangannya, Ivanka, memainkan peran penting di Gedung Putih. Oleh sang ayah, perempuan berusia 35 tahun itu ditunjuk menjadi penasihat.

Dengan jabatan tersebut, Ivanka leluasa berpartisipasi dalam diskusi meja bundar dan bertemu para pemimpin dunia. Padahal faktanya, ibu tiga anak itu minim pengalaman di dunia politik.

Tidak hanya Ivanka yang berada di lingkaran kekuasaan. Suaminya, Jared Kushner, juga berkantor di Sayap Barat Gedung Putih sebagai penasihat. Peran keduanya dalam pemerintahan Trump menimbulkan pro dan kontra. Tak sedikit yang menuding bahwa Presiden ke-45 AS itu menjalankan praktik nepotisme.

Laporan Vanity Vair yang dikutip dari Independent, Rabu (30/8/2017), menyebutkan, para staf di Sayap Barat Gedung Putih menjuluki Ivanka -- tentu saja tanpa sepengetahuannya -- sebagai "princess royal" atau "putri kerajaan".

Hingga berita ini diturunkan, belum ada komentar resmi dari pihak Gedung Putih.

Namun, ini bukan kali pertama sosok Ivanka menjadi perbincangan. Anak Trump dari istri pertamanya, Ivana, itu sempat diprotes saat duduk di kursi ayahnya dalam KTT G20. Kala itu, Ivanka diketahui duduk di antara Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri Inggris Theresa May.

Peristiwa itu memicu kemarahan di media sosial. Para kritikus beramai-ramai mempertanyakan peran anggota keluarga Trump di pemerintahan.

"Ini aneh. Sangat aneh," kicau mantan Duta Besar AS untuk Rusia, Michael McFaul.

"Maaf, ini bukan keluarga kerajaan dan dia bukan putri kerajaan," tulis McFaul yang juga merupakan mantan penasihat senior di pemerintahan Barack Obama.

Terkait hal tersebut, Trump membela putrinya. Menurutnya, itu adalah persoalan "sangat standar" dan Kanselir Jerman telah menyetujui agar Ivanka bergabung bersama dengan para pemimpin dunia lainnya.

Sementara itu, Merkel yang menjadi tuan rumah KTT G20 menjelaskan dalam sebuah konferensi pers, terserah pada kepala negara untuk menentukan wakil mereka dalam pertemuan tersebut.

"Delegasi yang memutuskannya sendiri, seandainya presiden tidak hadir dalam sebuah pertemuan, siapa yang akan mengambil alih dan duduk di kursinya," kata Merkel.


Sosok Kontroversial Ivanka

Rumor bahwa putri Donald Trump, Ivanka, akan menjalankan peran sebagai ibu negara, kencang berembus jauh sebelum inaugurasi Presiden ke-45 Amerika Serikat (AS). Ivanka membantah kabar tersebut dan menegaskan hanya ada satu first lady di Gedung Putih, dia adalah Melania Trump.

"Saya bukan first lady. Hanya ada satu ibu negara dan dia akan melakukan hal-hal yang luar biasa," kata Ivanka Trump dalam program ABC News " 20/20 " Januari lalu.

Meski demikian, putri kesayangan Trump tersebut terus mempertontonkan kepada publik bahwa ia memiliki pengaruh besar di Gedung Putih.

Pada Februari lalu, sebelum sosoknya resmi menjadi penasihat, foto yang diunggahnya di media sosial Twitter yang menunjukkan dirinya tengah duduk di kursi presiden dengan diapit oleh sang ayah dan Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau menjadi buah bibir.

"Sebuah diskusi yang hebat dengan dua pemimpin dunia tentang pentingnya perempuan memiliki kursi disamping meja," tulisnya menyertai foto tersebut seperti dikutip dari CBS News.

Sejumlah pengguna Twitter melayangkan kritik terhadap Ivanka.

"Ruang Oval tidak seharusnya dimanfaatkan oleh putri presiden," tulis pengguna Twitter @FaustMN.

Sementara itu, pemilik akun @SLClawyer menyinggung soal nepotisme. Ia menuliskan, "Anda tidak punya urusan di Gedung Putih. Negara kita tidak dijalankan dengan nepotisme".

Penolakan juga disuarakan oleh @AlexSoFLA di mana ia mencuit, "Tidak seorang pun memilih Anda".

Juli lalu, Ivanka juga diolok-olok di media sosial. Pemicunya adalah kicauan Ivanka empat tahun lalu. Kala itu perempuan berusia 35 tahun tersebut mengutip kata-kata yang menurutnya milik Albert Enstein.

"If the facts don't fit the theory, change the facts - Albert Einstein #quote #sunday," demikian kicauan Ivanka pada 24 Juni 2013 seperti dikutip dari Independent.

Jika diartikan, kutipan tersebut berarti, "Jika faktanya tidak sesuai dengan teori, ubahlah faktanya."

Kicauan tersebut muncul kembali sepanjang akhir pekan lalu. Yang jadi persoalan, Enstein tidak pernah mengungkapkan kata-kata tersebut.

Ada pengguna Twitter yang berseloroh dengan mempertanyakan apakah Ivanka menggunakan kutipan tersebut untuk mengubah fakta tentang dirinya.

Ramainya kicauan Ivanka ini bukan tidak mungkin disebabkan oleh komentar seorang penulis AS.

"Fakta bahwa Enstein tidak pernah menuliskan hal seperti itu membuat kicauan ini jauh lebih sempurna," tulis pemilik akun @colindickey.

 

Saksikan video menarik berikut:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya