Liputan6.com, New South Wales - Banyak orang awam mungkin menganggap bahwa terjun payung dari pesawat yang tengah terbang tinggi di udara adalah aksi yang sangat memacu adrenalin. Sementara bagi para fobia ketinggian, berparasut dari angkasa adalah aktivitas yang sangat menakutkan.
Bagi yang terlatih sekalipun, seperti tentara misalnya, berparasut dari udara setinggi ribuan hingga puluhan ribu meter tetaplah aktivitas berisiko tinggi. Salah-salah, nyawa taruhannya.
Akan tetapi, bagi pria Australia ini, skydiving atau parachuting merupakan persoalan sepele.
Bahkan, agar semakin mendebarkan, pria itu membumbui aksi terjun payung yang dilakukannya dengan sejumlah tantangan tertentu.
Baca Juga
Advertisement
Glen Donnelly, pada hari ulang tahunnya yang ke-30, berparasut dari pesawat tanpa busana sambil bermain biola. Demikian seperti yang dilansir dari BBC, Selasa (29/8/2017).
Menginjak usia yang memasuki kepala tiga, pria Australia itu menantang dirinya sendiri untuk melakukan terjun payung tanpa busana sambil melantunkan melodi menggunakan biola.
Dilengkapi dengan sebuah biola, sebuah busur dawai, dan parasut, serta didampingi oleh seorang instruktor, Donnelly memenuhi tantangan yang dibuatnya sendiri dengan ber-skydiving di langit Coffs Harbour, New South Wales, pada Minggu 27 Agustus.
Simak video Glen Donnelly terjun payung tak berbusana sambil memainkan biola berikut ini
Di dalam pesawat di angkasa, Donnelly telah menanggalkan pakaian dan hanya mengenakan sebuah parasut bersama dengan seorang instruktor yang menjadi tandem skydiving-nya. Terjun payung secara tandem berarti dua orang menggunakan bersama satu parasut yang sama.
Ia pun melompat dari pesawat. Parasut terbuka, jemari Donnelly dengan lincah memainkan dawai, melantunkan The Lark Ascending karya komposer Inggris Ralph Vaughan Williams.
"Musik itu (The Lark Ascending) sangat indah, seakan menceritakan seekor burung yang tengah terbang di udara, sangat sempurna," kata sang violinis itu.
"Saat parasutku terbuka, aku dapat dengan bebas memainkan biola tersebut, sungguh sebuah kebebasan yang sangat luar biasa," tambahnya.
Di pertengahan menuju darat, Donnelly turut memainkan nada lagu 'Happy Birthday to You' pada biola, turut merayakan HUT-nya yang ke 30.
Untuk Sebuah Misi
Glen Donnelly mengaku bahwa aksi unik itu dilakukan demi sebuah misi untuk meningkatkan kesadaran tentang gangguan psikis body dysmorphic disorder (BDD), serta gangguan rasa percaya diri atas citra tubuh para kaum Adam.
Sang musisi yang sempat berdomisili di Inggris dan menjadi anggota London Symphony Orchestra itu pun sempat mengalami BDD pada usia muda. Hal itu membuatnya memiliki kepercayaan diri yang rendah dan kegelisahan atas citra tubuh dirinya sendiri.
"Saat itu aku berusia 18 tahun ketika orang lain merundung diriku karena perut gendut yang aku miliki. Hal itu berlangsung parah hingga membuatku sangat gelisah. Di pikiranku, rasanya aku terpenjara dalam tubuh itu," kata Donnelly.
Gangguan psikis BDD terjadi ketika seseorang menjadi sangat terobsesi secara berlebih atas citra tubuhnya dan kerap memandang bahwa badannya jauh dari kesempurnaan atau standar ideal. Individu yang mengalami gangguan itu kerap memandang tubuhnya diselimuti kecacatan, meski orang lain melihat badan itu merupakan postur yang normal.
Misalnya, seseorang dengan BDD akan menganggap lemak berlebih di perut, hidung yang pesek, atau paha yang besar pada tubuhnya adalah sebuah kecacatan. Dan gangguan psikis itu membuat mereka dirundung rasa gelisah, kepercayaan diri yang rendah, depresi, hingga tendensi bunuh diri.
Beberapa tahun berikutnya, Donnelly telah pulih atas bantuan seorang psikiater. Sejak itu, sang violinis memiliki misi untuk meningkatkan kesadaran orang lain atas gangguan psikis itu.
Terjun payung yang dilakukan oleh Donnelly itu pun ternyata bukan sekadar aksi publisitas semata, melainkan ditujukan untuk memancing para pemberi donasi dan amal.
Uang yang ia peroleh akan disumbangkan untuk beberapa badan sosial yang bergerak di bidang peningkatan kesadaran BDD, salah satunya adalah Nude Movement yang didirikan oleh Donnelly.
"Saya merasa sangat takut dan cemas sebelum berparasut, seperti yang saya rasakan saat melepaskan pakaian di depan orang lain, yang saya " katanya.
"Namun, setelah semua ini, saya jadi benar-benar merasa bangga, menerima, dan merayakan diri saya sendiri," ujar Donnelly.
Advertisement