Tidur di Emperan Toko, Nasib Tragis Kerja Jadi Karyawan di Jepang

Kerja yang tiada berakhir, para karyawan di Jepang sering tertidur di tempat umum. Mulai dari kafe, restoran, hingga di emperan toko.

oleh Akbar Muhibar diperbarui 31 Agu 2017, 08:00 WIB
Kerja yang tiada berakhir, para karyawan jepang sering tertidur di tempat umum. Mulai dari kafe, restoran, hingga di emperan toko. (David Tesinsky)

Liputan6.com, Jakarta Jepang memang menjadi surga untuk pariwisata, namun tidak untuk menjadi karyawan. Tidak hanya sering bekerja lembur, banyak tata tertib yang membuat mereka terjebak dalam pola kerja tak berakhir. Seperti yang dirkutip dari laman Boredpanda.com, Rabu (30/8/2017).

Saat berkunjung ke Jepang, David Tesinsky memotret keseharian kerja para karyawan yang menarik hatinya. Ia mendapatkan kenyataan bahwa para pekerja, melakukan aktivitasnya bak robot. Sehingga foto-fotonya ia beri judul “The Man-Machine”. Lalu seperti apa kebiasaan yang mereka jalani?

“Hanya lima tahun lagi, dan saya akan mendapatkan posisi lebih tinggi dalam piramida tak berakhir ini,” tulis David menggambarkan ekspresi para karyawan di Jepang ini.

Foto dok. Liputan6.com

Setiap malam mereka akan minum bersama kolega dan klien yang bekerja sama. Bahkan aktivitas ini bisa berlangsung hingga jam 2 pagi sebelum matahari terbit, dan mereka akan kembali ke kantor di pagi harinya. Lalu bagaimana durasi kerja di Jepang?


Durasi kerja berlebihan

Dalam sehari, mereka dapat menghabiskan 14 jam untuk bekerja. Angka ini bahkan terus bertambah, ketika ada lembur dari kantor yang mengharuskan mereka bekerja lebih lama. Tidak heran, langkah gontai mereka menuju ke rumah tidak ubahnya seperti hantu yang tercabut otaknya karena memikirkan pekerjaan.

Foto dok. Liputan6.com

Tragisnya, mereka rela tidur di emperan toko dan jalanan karena tidak mampu membayar taksi. Padahal mereka adalah pegawai dari perusahaan besar. Tidak jarang mereka tertidur, saat menikmati makan malamnya di restoran.

Bahkan di jalur karir yang tidak cemerlang sekalipun, mereka masih optimis akan mendapatkan posisi lebih tinggi dalam 5 tahun ke depan. Lalu bagaimana dengan Anda? Apakah ingin menjalani pola kerja yang sama dengan orang Jepang?

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya