Liputan6.com, Jakarta Limbah baterai mobil menjadi isu hangat khususnya pada kendaraan listrik. Hal ini pula yang dikhawatirkan sejumlah kalangan agar baterai diharapkan bukan menjadi limbah, tetapi juga bisa digunakan cukup lama dan bermanfaat.
Isu limbah baterai ini semakin mencuat kala pemerintah Indonesia tengah merangkum aturan terkait program kendaraan emisi rendah atau Low Carbon Emission Vehicle (LCEV), di mana di dalamnya terdapat soal mobil hybrid dan listrik yang menggunakan baterai sebagai penyuplai tenaga.
Baca Juga
Advertisement
Menanggapi hal tersebut, Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Warih Andang Tjahjono ikut angkat bicara. Kata dia, saat ini Toyota sedang mengembangkan baterai selain lithium, dan itu menggunakan teknologi baru.
“Di mana itu memperpanjang life time baterai. Kedua, charging time line-nya supaya lebih rendah,” ungkap Warih saat ditemui wartawan di pabrik di Auditorium Hall TIA Karawang 3, Jawa Barat, Rabu (30/8/2017).
Warih menyatakan, teknologi baterai ini masih dalam tahap pengembangan. Jika masuk Indonesia, lanjut dia, maka kemungkinan akan dikirim utuh dalam bentuk Completely Build Up (CBU), kemudian Completely Knocked Down (CKD).
“Off course finally, kami mau nanti fuel efficient vehicle part by part seperti mobil Kijang Innova sekarang. Supaya Industri bukan hanya Toyota tapi supply change bisa ikut,” jelas Warih.
“Kita berdoa supaya manajemen baterai lebih baik,” tutupnya.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini:
Gandeng Swasta, Solusi Mudah Kembangkan Stasiun Mobil Listrik
Stasiun pengisian adalah satu infrastruktur yang perlu ada agar populasi mobil listrik bisa berkembang. Di Indonesia juga itu masih jadi salah satu kendala.
Idealnya stasiun pengisian memang disediakan oleh pemerintah. Tapi bisa juga dengan cara menggandeng swasta. Ini bisa jadi solusi di tengah keterbatasan dana. Menggandeng swasta artinya pemerintah hanya perlu regulasi dan perizinan saja.
Thailand telah melakukan itu. Baru-baru ini perusahaan energi bernama Energy Absolute Plc (EA) telah resmi mengumumkan rencana mengembangkan dan mengoperasikan stasiun mobil listrik pertama di Thailand. Alokasi dana yang dianggarkan mencapai 600 juta Baht atau setara Rp 241 miliar.
Selain stasiun pengisian, EA juga mempersiapkan proyek terkait seperti pembuatan baterai lithium-ion, serta pembangkit listrik tenaga angin.
Advertisement