Bos BEI Bantah Dana Asing Ramai Keluar dari RI

Dana investor asing keluar dari pasar saham mencapai Rp 19,79 triliun dalam tiga bulan.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 31 Agu 2017, 14:43 WIB
Pekerja melintas di bawah layar indeks saham gabungan di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Sebelumnya, Indeks harga saham gabungan (IHSG) menembus level 5.600 pada penutupan perdagangan pertama bulan ini, Senin (3/4/2017). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Manajemen PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membantah dana asing berbondong-bondong keluar dari Indonesia. Dana asing yang banyak keluar dikatakan karena pelaku pasar melakukan transaksi tutup sendiri (crossing saham) sebagai tindak lanjut Program Pengampunan Pajak (tax amnesty).

Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengatakan, sebenarnya dana asing yang masuk masih besar mencapai Rp 16 triliun. "Tolong yang crossing jangan dihitung, karena yang crossing asing ke Indonesia sebagian adalah tax amnesty. Jadi kalau dihitung kalau tanpa crossing dana asing yang masuk masih Rp 16 triliun," jelas dia di Gedung BEI Jakarta, Kamis (31/8/2017).

Dia menuturkan, saat crossing saham, sejumlah saham dijual kepada investor lokal. Padahal, sejatinya itu bukan transaksi jual saham. "Karena yang crossing rata-rata jual dari asing ke Indonesia, dianggap dana asing keluar padahal itu adalah sebagian tax amnesty, bukan jual," ungkap dia.

Tito menuturkan, dalam tax amnesty investor harus mengungkap identitas sebenarnya. Proses balik nama sendiri akan terus berlangsung hingga paling lambat 31 Desember 2017.

"Coba buang yang crossing karena tax amnesty itu harus diganti namanya selambatnya 31 Desember 2017. Nah itu lagi banyak yang ganti nama, mindahin nama asing ke Indonesia. Jadi sebagian besar bukan dana asing keluar. Jadi kalau real dari regular transaction masih sekitar Rp 16 triliun positif," tukas dia.


Investor Asing Lepas Saham Rp 19,79 Triliun dalam 3 Bulan

Investor asing terlihat cenderung melakukan aksi jual selama tiga bulan dari periode Juni hingga Agustus 2017. Aksi jual tersebut lantaran investor asing tengah menanti gebrakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Hal ini mengingat harapan pertumbuhan ekonomi Indonesia belum sesuai yang diharapkan.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), aliran dana investor asing mencapai Rp 21,69 triliun pada 31 Mei 2017. Per 25 Agustus 2017, dana investor asing sekitar Rp 1,9 triliun. Jadi dana investor asing keluar dari pasar saham mencapai Rp 19,79 triliun dalam tiga bulan.

Analis PT Minna Padi Investama Tbk Christian Saortua menuturkan, ada sejumlah faktor mendorong investor asing keluar dari pasar saham Indonesia. Pertama, dari faktor eksternal. Ini ditunjukkan dari pasar saham Amerika Serikat (AS) yang terus cetak rekor. Indeks Dow Jones sempat berada di level 22.000.

Christian menambahkan, bursa saham AS terus cetak rekor tersebut juga didorong dari indikator ekonomi Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan pemulihan. Ditambah langkah bank sentral AS mendorong kenaikan suku bunga membuat dolar AS menguat. Hal itu juga membuat surat utang Amerika Serikat jauh lebih menarik.

"Indikator makro ekonomi AS dan bursa saham AS lebih menarik dari negara berkembang," kata Christian saat dihubungi Liputan6.com, Senin (28/8/2017).

Sementara itu, Analis PT Semesta Indovest Aditya Perdana menilai investor asing merealisasikan keuntungannya. Ini mengingat investor asing sudah masuk dari awal tahun. Dari faktor eksternal, ketidakpastian kebijakan ekonomi AS dengan reformasi pajaknya dan kebijakan the Federal Reserve membuat investor asing mengambil aksi untung.

"Saat ini ketidakpastian suku bunga AS masih menjadi concern. Selain itu, ketika Indonesia masuk dalam investment grade oleh S&P, investor asing juga perlahan keluar di sini sell on news. Investor asing sudah cukup untung ketika itu," jelas Aditya.

Sedangkan faktor dari dalam negeri, menurut Aditya, hasil laporan keuangan emiten pada kuartal II yakni emiten konsumer dan aneka industri tidak terlalu bagus mempengaruhi investor asing. Kinerja keuangan emiten yang masih positif yaitu bank dan komoditas.

"Investor asing mencari aman dengan realisasikan keuntungan," ujar Aditya.

Christian menambahkan, langkah Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 4,5 persen mempengaruhi nilai tukar rupiah. Ini membuat persepsi risiko investasi asing terhadap Indonesia meningkat. Selain itu, valuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah cukup tinggi. IHSG mencetak rekor baru ke level 5.915 pada Jumat 25 Agustus 2017. Kapitalisasi pasar saham mencapai Rp 6.482 triliun.

"Investor asing sudah masuk sejak Oktober 2016, dan IHSG cetak rekor, sehingga ada aksi ambil untung," kata Christian.

Christian menilai, sejumlah faktor dari dalam negeri seperti kinerja emiten yang tidak terlalu menggembirakan, hanya sektor tambang dan pertanian yang positif juga menjadi pertimbangan investor asing. Christian menuturkan, penguatan IHSG lebih ditopang dari sektor saham komoditas.

Meski demikian, analis menilai aksi jual investor asing tersebut masih cukup wajar. Aditya menuturkan, kini aksi jual investor asing tidak terlalu besar.

 Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya