Belanda Tertarik Model Pengembangan Bawang Merah RI

Belanda tertarik untuk menggali informasi terkait penggunaan benih, budidaya, pengendalian hama penyakit yang dilakukan petani Indonesia.

oleh Arthur Gideon diperbarui 01 Sep 2017, 08:00 WIB
Pekerja membawa bawang merah di Gudang Bulog, Jakarta, Senin (16/5). Sebanyak 23.000 ton bawang merah disiapkan Kementerian Pertanian menjelang bulan puasa dan lebaran. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) menjadi tuan rumah pertemuan ke-19 Working Group on Agriculture, Fisheries and Forestry (WGAFF) Indonesia-Belanda. Dalam pertemuan itu, Belanda tertarik untuk menggali informasi terkait penggunaan benih, budidaya, serta pengendalian hama penyakit yang dilakukan petani Indonesia.

Direktur Jenderal (Dirjen) Hortikultura Kementerian Pertanian, Spudnik Sujono Kamino, menjelaskan, pertemuan WGAFF sebagai forum penting untuk berbagi keahlian, pengalaman, dan sumber daya untuk dapat memperbaiki keadaan pangan dan pertanian kedua belah pihak melalui kemitraan yang inovatif, serta penyelesaiannya.

“Di kesempatan ini, kami sampaikan komitmen Indonesia dan kami pun meminta komitmen yang sama dari pihak Belanda, untuk memfasilitasi keberhasilan pelaksanaan kegiatan kerja sama ini. Kami berharap kita dapat memperkuat kerja sama yang menghasilkan keuntungan lebih bagi kedua negara,” tutur Spudnik dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (1/9/2017).

Vice Minister for Agriculture and Nature-Ministry of Economic Affairs, Marjolijn Sonnema mengatakan pemerintah Belanda sangat tertarik untuk menggali informasi terkait penggunaan benih, budidaya, pengendalian hama penyakit yang dilakukan petani Indonesia selama ini.

Tak hanya itu, pemerintah Belanda juga tertarik dengan kemampuan petani dalam kegiatan pasca-panen.

“Karena itu, agar pengembangan bawang merah yang berkelanjutan, kami berharap petani Indonesia, dapat melakukan pengendalian hama penyakit yang ramah lingkungan, tidak bergantung pada pestisida dan menghindari penggunaan pestisida di luar aturan yang seharusnya seperti mencampur,” ungkap Marjolijn.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:


Ekspor

Produksi bawang merah Indonesia sangat besar sehingga saat ini mampu ekspor ke beberapa negara tetangga. Pada Senin kemarin, Kementerian Pertanian (Kementan) kembali melepas ekspor bawang merah ke Thailand dan Singapura sebanyak 9 kontainer (247,5 ton) dengan nilai mencapai US$ 436.500 atau sekitar Rp 4,7 miliar.

Spudnik Sujono mengatakan, ekspor bawang merah dari Surabaya ini membuktikan Kementan tidak hanya mewujudkan swasembada, tetapi juga mewujudkan kedaulatan bawang merah. Tercatat, sejak 2016 hingga saat ini, Indonesia sudah tidak lagi mengimpor bawang merah, tetapi terus mencatatkan diri sebagai pengekspor bawang merah.

"Kita patut bersyukur dan berbangga hati, bahwa saat ini Indonesia tidak hanya telah mewujudkan swasembada bawang merah, tapi telah mampu mencapai kedaulatan bawang merah. Hari ini kita lepas ekspor yang kedua selama bulan Agustus tahun ini dari Surabaya ke Thailand dan Singapura," kata Spudnik.

Berdasarkan data BPS, pada 2014 Indonesia masih mengimpor bawang merah untuk konsumsi dan benih sebesar 74.903 ton. Kemudian pada 2015 total impor 17.429 ton. Namun, pada 2016 tidak ada impor untuk bawang merah konsumsi, dan bahkan tetap mampu mengekspor sebesar 735 ton.

"Ini pencapaian yang luar biasa dari kinerja kita bersama di bawah komando Bapak Presiden Joko Widodo dan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Prestasi ini tentu harus kita pertahankan dan tingkatkan di masa-masa mendatang. Tidak ada lagi kata impor, tapi kita terus ekspor," ujar dia.

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya