Liputan6.com, Yogyakarta - Pemilik warung satai klatak di Jejeran, Wonokromo, Pleret, Bantul, menutup lapaknya selama lima sampai tujuh hari terhitung sejak Idul Adha. Sekalipun, libur Idul Adha yang bersamaan dengan akhir pekan panjang membuat Yogyakarta didatangi banyak wisatawan.
Mereka memilih untuk menutup warungnya dengan pertimbangan supaya tidak merugi mengingat momentum Idul Adha selalu disertai dengan stok daging sapi dan kambing melimpah di masyarakat.
Di kawasan itu memang menjadi sentra kuliner satai klatak sejak puluhan tahun lalu, dimulai dari sebuah warung satai klatak bernama Pak Jupaini yang pertama kali berdiri. Saat ini, jumlah warung satai klatak di daerah itu mencapai puluhan buah.
"Kami libur dari Jumat tanggal 1 sampai Rabu tanggal 6 September," ujar salah satu karyawan di warung Sate Pak Pong yang enggan disebutkan namanya, Kamis sore, 31 Agustus 2017.
Dia mengatakan, menutup warung selama beberapa hari saat Idul Adha sudah menjadi kebiasaan setiap tahun di Jejeran. Iwaisun Nawawi, warga Dusun Jejeran, membenarkan warung satai klatak di wilayahnya selalu tutup beberapa hari saat Idul Adha.
"Selain stok daging melimpah, para jagal kambing banyak yang bekerja untuk menyembelih hewan kurban di kampungnya," ujar Gus Wes, sapaan akrabnya.
Ia mengatakan tukang jagal mempunyai kelompok untuk melayani jasa potong hewan kurban dari sapi hingga kambing. Setiap kelompok terdiri dari empat orang dengan biaya jagal Rp 600.000 per ekor.
Mereka bertugas memotong sapi, melepas kulit, dan memotong bagian-bagian tubuh yang besar. "Memotong kecil-kecil jadi tugas panitia kurban," ucapnya.
Saksikan video menarik di bawah ini:
Advertisement