Liputan6.com, Jakarta - Anggota Komisi I DPR Sukamta prihatin dengan nasib warga sipil Rohingya yang kembali mengalami kekerasan dari militer Myanmar.
"Semua pihak saat ini harus fokus untuk hentikan segera kekerasan yang terjadi di Rakhine. Tekanan yang kuat harus diberikan kepada pihak Militer Myanmar yang secara de facto memegang kendali Pemerintahan Myanmar," ujar Sukamta kepada Liputan6.com di Jakarta, Sabtu (2/9/2017).
Advertisement
Menurut Sukamta yang juga Sekretaris Fraksi PKS DPR ini, kondisi saat ini harus segera direspons negara-negara ASEAN dengan menyelenggarakan pertemuan darurat ASEAN. Mengingat, kata dia, warga Rohingya yang berjatuhan banyak di antaranya kelompok anak-anak dan perempuan.
Jika merunut kebijakan diskriminatif yang dikeluarkan oleh Pemerintahan Militer Myanmar pada 1960-an, dengan tidak memberikan status kewarganegaraan kepada Etnis Rohingya, menurut Sukamta, tindak kekerasan yang telah berlangsung puluhan tahun ini bisa dikategorikan pembersihan etnis, jelas masuk pelanggaran HAM berat.
"Karenanya harus ada tindakan sesegera mungkin, kondisi saat ini sudah darurat kemanusiaan. Jika tidak ada desakan yang kuat dari dunia internasional, korban jiwa akan semakin banyak", kata dia.
Ketua Bidang Pembinaan dan Pengembangan Luar Negeri (BPPLN) DPP PKS ini berharap, Indonesia yang selama ini cukup didengar oleh Pemerintah Myanmar bisa memainkan peran yang lebih besar, dengan secara langsung menyodorkan solusi strategis.
Menurut Sukamta, pengalaman Indonesia dalam mengelola keragaman suku dan agama bisa ditularkan kepada Myanmar.
Saksikan video di bawah ini:
Peran Indonesia
Sukamta mengatakan, upaya rekonsiliasi juga perlu didorong, setidaknya dengan mempertemukan antara 3 pihak yaitu militer, kelompok sipil yang dimotori Aung San Suu Kyi, serta perwakilan suku-suku. Indonesia sangat mungkin untuk diterima memediasi berbagai pihak tersebut.
Secara khusus Sukamta memberikan apresiasi kepada Kemenlu yang melalui Dubes RI di Myanmar, telah membantu memberikan akses bagi lembaga-lembaga sosial dari Indonesia membawa bantuan kemanusiaan ke Myanmar untuk membantu para korban.
Myanmar Dituduh Bantai Perempuan dan Bocah Rohingya
Sejumlah warga Rohingya -- termasuk anak-anak dan perempuan -- dibunuh aparat keamanan Myanmar dan warga lokal. Kejadian ini semakin memperburuk kondisi negara tersebut.
Kejadian itu berlangsung di Desa Chut Pyin. Tempat itu dekat dengan kota Rathedaung di Barat Myanmar.
"Sejauh ini, dari sumber cukup terpercaya ada lebih dari 130 orang termasuk perempuan dan anak-anak yang dibunuh," ucap Direktur LSM untuk membantu Rohingya Arakan Project, Chris Lewa seperti dikutip dari ABC, Jumat 1 September 2017.
"Kejadian itu terjadi pada Minggu (pekan lalu), saat itu secara tiba-tiba aparat keamanan dan warga lokal mengepung desa tersebut, ini seperti sebuah pembantaian besar," papar dia.
Media Australia ABC, berdasarkan video yang diterimanya, melaporkan adanya aparat keamanan yang turut membakar desa yang ditempati warga Rohingya. Usai itu, mereka mengubur jenazah di sebuah tanah lapang.
Advertisement